BAB 42

1128 Words
            Di sebuah ruangan yang ada di terowongan bawah tanah. Jon dan teman-temannya kini berdiskusi dengan serius sambil di tengah-tengah mereka terdapat sebuah selebaran mengenai anak ajaib yang dapat menyembuhkan segala penyakit.             “Aku yakin akan yang ada dalam lembaran kertas ini pasati yang di maksud adalah Kiana. Kita harus menolongnya sekarang juga,” gumam Jon.             “Benar. Kita harus menyelamatkannya.” Kali ini lelaki paruh baya yang berucap. Lalu diikuti oleh beberapa dari mereka yang telah di obati Kiana.             Namun, hanya satu orang yang tak bersuara. Jon menatap lelaki yang benama Roni. “Kenapa kau diam saja?”             “Aku tanya pada kalian. Untuk apa kalian menyelamatkan wanita itu? dia bukan siapa-siapa kita. Dia hanyalah orang asing.” Perkataan Roni membuat Jon kesal. Segera lelaki itu mencengkram kerah banju Roni.             “Apa katamu? Orang asing? Memang Kiana bukan siapa-siapa kita. Tapi, karena wanita itu keluarga kita bisa tertolong. Kita tak perlu lagi memikirkan pengobatan.”             Roni melepas kasar tangan Jon. “Pokoknya aku tak mau menyelamatkan wanita itu.” Rini pun beranjak ingin pergi. Tapi, Jon kembali mengehntikan langkahnya. “Dari kemarin kau bertingkah aneh. Kalau dipikir lebih dalam lagi. Kekuatan Kiana tidak ada tahu di kota ini selain kita. Kecuali kalau kau yang melaporkan Kiana.” Roni seketika gugup. “Man ... na mungkin.” “Kalau bukan kau lalu kenapa kau terlihat sangat gugup. Apa jangan-jangan dugaanku benar?” tanya Jon sekali lagi. Lelaki itu hanya diam menunduk. “Apa jangan-jangan uang yang kau dapat kemarin adalah hasil pertukaran informasi Kiana?” sekali lagi Roni tak bisa menjawab. “JADI BENAR KAU YANG MELAPORKANNYA!” Saat itu juga Jon melayangkan sebuah pukulan keras di wajah Roni. “KENAPA KAU MELAKUKAN ITU? DIA TELAH MELONG KITA DAN KAU MALAH MEMBUATNYA MENDERITA.” “Maafkan aku ...” “Ini semua kulakukan untuk kita. Kita butuh uang untuk bertahan hidup.” “Tapi tidak dengan mengorbankan orang lain.” “Kepada siapa kau memberikan informasi itu?” “I ... itu ...” “JAWAB.” “Reonald ...” “APA!” sekali lagi Jon memukuli Roni bertubi-tibi hingga beberapa dari merekalah yang menghentikan pertengkaran tersebut. “Apa kau lupa bagaimana lelaki berengsek itu memimpin? Dia sangat kejam. Ia tak pernah pandang bulu dan melakukan apa yang dia mau. Dan aku takut lelaki itu memaksa Kiana untuk menghasilkan uang.” “Maafkan aku ... “ “Aku sangat kecewa padamu.” “Maafkan aku ...” hanya kata maaf yang bisa Roni lontarkan saat Jon dan keluarganya yang lain meninggalkannya dan merasa kecewa padanya. **** Kedua mata itu masih setia tertutup rapat. Walau begitu penciumannya masih saja taja. “Aroma ini ...” aroma bunga mawar yang berasal dari tubuh Kiana masih terpancar di ruangan itu. Tempat di mana Kiana sempat bermalam di sana.             “Apa aku sedang bermimpi,” batinnya. semakin lama lelaki itu menikmati aroma mawar itu. semakin jelas keyakinannya jika Kiana ada didekatnya.             “Kiana!” pekiknya saat itu juga.             Tapi, ia menghela napas saat tak menemukan wanita itu berada di sekitarnya. “Burung kecil kau sudah bangun?”             What? Burung? Lelaki itu membalik tubuhnya mendapati seorang lelaki yang berjalan ke arahnya. “Aroma Kiana ada pada lelaki ini. Apa jangan-jangan lelaki ini melakukan sesuatu pada Kiana?”             Seketika naga kecil itu pun berubah menjadi seorang lelaki tanpan dan dengan hitungan detik tangan lelaki itu kini berada di leher Jon.             “To ... long lepaskan aku ...” ujar Jon takut.  Ia tak menyangka burung lucu yang ia bawa adalah siluman jadi-jadian.             “Apa yang telah kau lakukan pada Kiana?”             “Kiana? Ada hubungan apa Kiana dengan siluman ini,” batinnya.             “To ... long ... le paskan aku ...” Jon masih berusaha melepaskan cekikan Drake pada tubuhnya. Kedua tangannya berusah memukul dan kakinya berusaha untuk menendang. Tapi, itu percuma. Lelaki di hadapannya sangat kuat.             Hingga. “Arkhhhh ...” sebuah suara kerar tercipta lalu di iringi oleh ringisan lelaki itu. Cekikan itu pun terlepas saat Drake akhirnya pingsang setelah luka parahnya yang tersembunyi di balik bajunya dipukul oleh seorang lelaki yang baru saja masuk yaitu Roni.             “Ukhhhh ... ukhhh ...” Jon terbatuk-batuk memegangi lehernya yang sakit akibat cekikan Drake.             “Apa kau tidak apa-apa?” Tanya Roni dan menghampirinya.             “Em ... aku tidak apa-apa. Terima kasih telah menolongku.”             “Tapi, dia siapa? Kenapa dia bisa ada di sini dan mencekikmu?”             “Dia adalah siluman jadi-jadian yang tak sengaja aku bawa kemari karena aku kira dia adalah seekor burung yang laki butuh pertolongan.”             “Lalu bagaimana? Apa kita membawanya keluar?”             “Tunggu dulu. Tadi ia mengatakan nama Kiana. Jadi sepertinya siluman jadi-jadian ini mengenal Kiana.”             Akhirnya setelah penuh pertimbangan. Kedua lelaki itu pun mengingat Drake dan mengurungnya. Pagi pun tiba. Drake bangun dari tidur panjangnya.             Sekali lagi lelak itu mengeram marah melihat Roni di hadapannya. Lelaki yang memukul dan mengenai lukanya kemarin malam. “LEPASKAN AKU BERENGSEKKK!” Pekiknya marah. Namun yang ditanya hanya menatapnya remeh.             “Dengar, yah. jika bukan karena Jon aku akan sudah membunuhmu dari semalam.”             “Kau pikir bisa membunuhku? Seandaninya kau tak terluka akulah yang akan membunuhmu duluan.”             “Yahh. Tapi, sayangnya kau terluka parah.”             Tak lama kemudian. Jon pun masuk dan menghampiri mereka.  Melihat Jon membuat Drake kembali emosi. Karena aroma Kiana ada pada lelaki itu.             “KAU!! APA YANG KAU LAKUKAN PADA KIANA BERENGSEKKKK!” Drake kembali memberontak berusaha melepas tali-tali yang mengikatnya.             “Tenanglah. Aku tahu kau mencemaskan Kiana dan aku pun sama. Aku juga mencemaskan wanita itu.”             “Apa maksudmu?”             Jon tersenyum lalu dengan pelan lelaki itu pun menceritakan awal mula mereka ketemu dengan Kiana hingga apa yang terjadi dengan wanita itu sekarang.  Tali-tali yang mengikat tubuh Drake pun sudah di buka. Lelaki itu sudah mengamuk lagi.             “Aku harus menyelamatkannya ...” Drake pun beridiri.             “Dengan tubuh seperti itu?” lelaki itu terdiam.             “Setidaknya tunggu hingga lukamu sembuh. Bagaimana caranya kau menyelamatkan Kiana jika keadaanmu saja lebih membutuhkan pertolongan.” Akhinya Drake pun menuruti tiap-tiap perkataan Jon. Diam saat Jon mengobati luka-luka. ****             Esok harinya, Drake, Jon dan teman-temannya mengunjungi tempat di mana Kiana mengobatai para pasiennya. Dan saat mereka tiba di sana. Aliran darah Drake seketika medesi marah. Wanita yang telah menjadi tanggung jawabnya kini terisksa.             Dengan kedua matanya sendiri ia melihat rantai-rantai besi itu melilit tubuh Kiana dengan erat. bahkan di pergalangan tangan dan kaki Kiana pun memerah dan sedikit mengeluarkan darah akibat rantai besi itu.             “Aku harus menyelamatkannya ...” Desis Drake. Tapi, lagi-lagi ia di cegah oleh Jon. “Tunggu hingga lukamu sembuh total. Dan pada akhirnya Drake hanya bisa menatap sendu wanita itu tersiksa tanpa bisa berbuat apa-apa. “Aku akan menyelamatkanmu. Tunggu aku ... aku mohon bertahanlah ...” TBC  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD