BAB 56

1336 Words
           Di sebuah ruangan yang sangat luas terlihat beberapa orang kini makan malam bersama. “Bagaimana dengan misi-misimu? Apa kau melakukannya dengan baik?”            “Iya, Pa,” jawab seorang lelaki yang lebih muda yang tak lain adalah Daniel. Kini dia sedang makan malam bersama dengan orang tuanya. Di belakannya beberapa pelayan telah menunggu mereka selesai untuk membersihkan meja saat mereka selesai.            “Ada apa, Daniel? Sepertinya kau tengah memikirkan sesuatu?” tanya sang ibu saat melihat anaknya yang tidak napsu makan dan hanya memandang makanan di hadapannya.            “Itu ...” lelaki itu terlihat sangat ragu untuk mengatakannya.            “Ada apa? katakan saja mungkin ayah dan ibu bisa bantu jika ada masalah.”            “Begini. Kemarin saat saya dan teman-temanku ke perbatasan kota untuk melaksanakan misi saya lihat ada moster yang terlihat seperti naga hitam menyerang desa. Kami sempat bertarung dan monster itu berhasil kabur. Tapi, bukankah yang membuatku bingung adalah menurut buku-buku yang saya baca di dunia ini sudah tak ada lagi naga. Bukankanh semuanya sudah punah?” tanya Daniel.            “Naga?” lelaki paruh baya yang sedari tadi mendengarkan perkataan anaknya seketika mengepalkan kedua tangannya.            “Berarti dia ada di sini,” batin lelaki itu sambil menyeringai.            “Ahhh. Itu tidak mungkin. Naga sudah musnah sejak beberapa abad yang lalu. Iya kan sayang?” ujar sang ibu sambil menatap suaminya.            “Ahh. Iya. naga sudah punah dan jika pun naga itu masih hidup ia pasti akan diburu di mana pun ia berapa tak ada yang akan pernah menerimanya.”            “Ahh. Berarti aku benar-benar salah,” batin lelaki itu. Lelaki itu pun memakan makanannya dengan lahap hatinya mulai tenang. Bahkan ia sempat berpikiran yang tidak-tidak tentang lelaki bernama Drake. Apa lagi melihat luka yang ada pada lelaki itu tepat di tempat ia melukai monster yang mirip naga itu. *****            “Ahhh ... pelan-pelan...” lirih Drake saat Kiana mengobati lukanya. Luka yang ada pada lengannya sangat sulit sembuh. Bahkan Kiana sudah memberinya obat-obatan khas neneknya namun luka di lengannya masih saja sakit dan sedikit mengeluarkan nana.            “Tahan.” Sambil membalut lengan Drake.            “Ahhh. Akhirnya selesai,” gumam Kiana saat selesai mengobati lelaki itu.            Kiana pun membaringkan tubuhnya di ranjang. Menatap langit-langit kamarnya lalu beralih menatap Drake yang terlihat sangat tidak nyaman lelaki itu seakan ingin ikut berbaring di ranjang namun ia pasti takut dengan Kiana.            “Kemarilah. Untuk hari ini kau boleh tidur di ranjang.”            “Benarkah?”            “Iya.”            “Tumben kau baik sekali padaku. Apa ada sesuatu yang kau inginkan?” tanya Drake penuh selidik.            “Tidak juga.”            Drake pun mendekat dan berbaring di samping Kiana dan tak lama kemudian keduanya pun tertidur dan masuk ke alam mimpi masing-masing. ****            Tok Tok Tok            Terdengar suara ketukan yang sangat keras dari pintu membuat seorang lelaki yang sedang asyik tertidur di atas ranjang menjadi terusik. Dengan malas lelaki itu pun melangkah turun dari ranjang sambil mengucek-ucek kedua matanya malas.            “Siapa sih yang membangunkanku,” batinnya masih setengah sadar.            “Siapa sih,” pekik Drake kesal sambil membuka pintu malas.            Seketika seorang wanita menghamburkan pelukan ke arahnya. “Yakkk! Apa yang kau lakukan!” bentak Drake sambil mendorong wanita itu hingga terjatuh ke lantai.            “Awww. Sakit tau ...” lirih wanita sambil bangkit dari posisinya menatap Drake kesal.            “Kiana. Kenapa kau bisa ada di sini? bukankah tadi kita tidur bersama?” tanya Drake bingung lalu berbalik ke ranjang empat ia tertidur tadi.            Kosong. Tak ada Kiana di ranjang itu.            “Kiana? Siapa itu Kiana?” tanya wanita itu bingung sambil mencari seseorang yang ada di ruangan tersebut dan tak menemukan siapapun.            “Apa aku sedang bermimpi? Apa jangan-jangan dia adalah Daisy?” batin Drake yang mulai bingung. Semakin ia mengenal Kiana ia mulai melupakan bagaimana sosok Daisy wanita yang ia cintai dulu.            Menyadari wanita yang saat ini ada di hadapannya membuat hati Drake sedikit sakit. Tangan lelaki itu terangkat ingin menggapai wajah wanita itu. Namun lebih dahulu wanita itu memegang tangannya.            “Ahhh. Kau pasti masih setengah sadar. ha ha ha ...” uajr wanita itu sambil tertawa. Wanita itu segera menarik tangan lelaki itu membawa Draka menuju ranjang.            “Aku ingin memberitahukanmu sesuatu.”            “Apa?” tanya Drake walau ia masih terlihat sangat bingung.            “Aku menyukai seseorang.”            “Ahhh? Siapa?”            “Dia adalah seorang penyihir dia selalu membantuku selama ini dan membuatku jatuh cinta padanya. Dia bla bla bla...” wanita itu terus bercerita panjang lebar tentang lelaki yang membuatnya jatuh cinta.            Sedangkan Drake sedari tadi lelaki itu terus menatap wanita itu dengan penuh kasih. Kedua matanya masih berkaca-kaca antara sedih dan senang. “Aku ingin mengenalkanmu padanya besok,” ujar wanita bernama Daisy itu mengakhiri ceritanya. Melihat Drake hanya bingung membuat wanita itu kesal. Wanita itu melambai-lambaikan tangannya di hadapan Drake. “Heiii. Apa kau mendengarkanku?” tanya wanita itu. “Ahhh. Maafkan aku ... tadi kau bilang apa?”            “Besok aku ingin mengenalkanmu pada seseorang yang aku sukai.”            “Emm. Baiklah...”            Ke esokan harinya, sesuai janji. Daisy dan Drake memutuskan untuk menemui lelaki yang ingin Daisy kenalkan padanya. Keduanya telah menunggu lama membuat Drake mulai kesal.            “Apa dia benar-benar akan datang? Dari tadi kita menunggu dan dia belum menunjukkan batang hidungnya, dia pasti lelaki berengsek,” gumam Drake kesal.            “Jangan sepeti itu, pasti ada sesuatu yang membuatnya terlambat,” jawab Daisy.            “Tunggu sebentar lagi. Dia bilang dia akan datang kok.”            Keduanya pun kembali menunggu. Dan tak lama kemudian lelaki yang mereka tunggu akhinya menunjuukan batang hidungnya.            “Dia sudah datang,” gumam Daisy pelan. Lalu melambaikan tangannya sambil memanggil-manggil lelaki itu karena terlihat sangat sulit menemukanya. Lelaki itu tersenyum pada Daisy dan mulai melangkah ke arah Drake dan daisy.            “Lihat ... lihat dia adalah lelaki yang ingin aku kenalkan. Dia sangat tampan kan ...” gumam Daisy yang mulai kegirangan saat lelaki idamannya berjalan ke arahnya. Drake yang sangat kesal pada lelaki yang di sukai Daisy tak ingin melihatnya.            “Maafkan aku yang datang terlambat,” gumam lelaki itu meminta maaf pada Daisy dan Drake.            “Tidak apa-apa,” ujar Daisy sambil tersenyum-senyum. Membuat Drake semakin kesal bukan main.            “Heiii. Kau jangan kesal seperti itu. Dia sudah minta maaf atas keterlambatanya,” ujar Daisy sambil menguncang-guncang tubuh Drake meminta lelaki itu untuk tidak kesal pada lelaki yang ada di hadapan mereka.            “Iya ... iya ... aku tidak marah lagi ...” gumam  Drake malas dan menatap lelaki itu. saat itulah Drake tertegung dengan wajah lelaki di hadapannya.            “Dia ...” tubuh lelaki itu pun membeku saat itu juga.            “Perkenalkan namaku ...” ****            “Drakee ... Drakeee .. ayo bangunnn ...” terlihat seorang wanita yang terlihat sangat kesulitan membangunkan seorang lelaki yang masih betah dengan tidur panjangnya.            “Jangan salahkan aku kalau aku melakukan ini,” gumam wanita itu pelan dan menatap Drake kesal. Wanita bernama Kiana itu pun menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya dan menipnya cepat. Saat itu juga lah ia bersiap-siap akan memberikan tanparan keras pada lelaki yang masih nyaman dengan tidurnya.            “Satu ... dua ...” wanita itu mulai menghitung satu sampai tiga.            “Tig ....” dalam hitungan ketiga saat itu Drake bangun dengan cepat dan mendudukkan tubuhnya. Saat itu Kiana yang akan menamparnya kaget dan bukannya menampar lelaki itu Kiana malah jatuh pada pelukan Drake.            Dugg ... duggg ...            Jantung Kiana kembali berdetak tak karuan saat itu juga. dengan cepat Kiana melepas pelukannyanya. “Cepatlah pergi mandi dan kita serapan bersama,” kata Kiana cepat dan segera meninggalakan Drake.            “Aiiis ... memalukan sekali ...” batinnya saat ia keluar dari kamar.            Drake mengangkat salah satu tangannya dan memegang dadanya. Ingatannya tentang mimpi yang baru saja ia alami masih tercetak jelas. Hanya saja wajah lelaki yang ingin Daisy kenalkan padanya sangat buram memuatnya tak bisa mengingat bagaimana rupa lelaki itu. “Aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi ... tak akan kubiarkan Kiana jatuh cinta pada siapapun,” batin lelaki itu dengan wajah serius menatap pintu yang baru saja Kiana tutup. TBC             
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD