BAB 55

1145 Words
            Daniel dan teman-temannya telah membawa Kiana ke bagungan yang masih utuh di desa tersebut. Kiana masih saja terus menangis histeris mengingat ia telah kehilangan lelaki yang selama ini selalu menjaga dan melindunginya.             Baru saja kemarin ia dan Drake berantam dan hari ini ia mengetahui lelaki itu telah tiada di terkam monster bersayap yang menyerang desa.              “Hinssskkk ... ini semua salahku ... hiskkk seharusnya aku tidak sakit perut waktu itu. Seandainya saat itu aku tidak pingsang aku pasti akan menyalamatkannya ... hiskkk ... hiiskkk ... kalau dia benar-benar telah tiada aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri. Hiskkk ...” racau Kiana dalam tangisnya.             Beberapa warga yang melihat Kiana sedih hanya bisa menundukkan kepala merasa ikut sedih terutama Daniel yang masih senantiasa memeluk wanita itu berusaha untuk menenangkannya.             “Sudahhh ... ini bukanlah salahmu ...”             “Kita akan mencarinya di hutan saat keadaan sudah membaik. Saat ini kita masih belum bisa ke sana apa lagi monster bersayap itu tadi mengarah ke hutan tempatmu ditemukan,” ujar Daniel dan masih menepuk-nepuk punggung wanita itu untuk menenangkannya.             “Kiana ...” lirih seorang lelaki yang berjalan mendekat ke arah Kiana tak perdulikan hujan menguyur tubuhnya.             Saat it Kiana di peluk oleh Daniel dan memebelakangi lelaki yang kini berjalan kearahnya. “Kaiana.” Sekali lagi lelaki itu memanggil Kiana dengan suara lirih.             Ia sekit melihat Kiana yang terpuruk saat ini. Melihat wanita itu terus menangis mengira ia telah tiada membuat Drake merasa tidak enak dan dengan terpaksa lelaki itu keluar dari persembunyiannya.             “Drake...” lirih Kiana dan mulai melepaskan pelukannya pada Daniel. Membalikkan tubuhnya menatap lelaki yang memanggilnya dengan suara yang sangat ia kenal. Dan benar. Lelaki itu adalah Drake lelaki yang ia kira telah tiada berada di hadapannya saat ini walau dengan lengan yang terluka parah.             “Drake!” pekik wanita itu dan segera menghamburkan pelukannya pada tubuh Drake. tak memperdulikan guyuran air hujan yang sangat deras membasahi tubuh mereka.             “Hiskkk ... aku kira kau telah tiada ... hiskkk aku kira kau telah meninggalkanku ... hiskkk aku kira aku tidak akan pernah melihatmu lagi ... kau membuatku sangat takut .... hiskkk ... hiskkk ...”Drake tersenyum mendengar keluhan Kiana dalam tangisannya.             Lelaki itu membalas pelukan Kiana dan menepuk-nepuk punggung wanita itu yang bergetar. “Sekarang kau bisa tenang. Aku tidak apa-apa. Aku kan sudah janji aku tidak akan pernah meninggalkanmu.”             Setelah lima menit berpelukan di bawah guyuran air hujan. Akhinya Kiana sudah mulai tenang. Drake pun membawa Kiana berteduh bersama dengan warga desa dan petualang yang lainya.             “Lalu bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja? tadi kau berdarah sangat banyak. Apa lukamu sudah membaik?” tanya Drake yang kembali mengingat apa yang terjadi pada Kiana.             “Ahhh. Itu kau tenang saja aku sudah tidak apa-apa. Aku berdarah karena aku lagi_ ummm.” Istri kepala desa segera membekap mulut Kiana dan membawanya masuk ke dalam ruangan.             “Kenapa kau membawaku ke sini?” tanya Kiana bingung.             “Itu semua kerena mencegahmu untuk mengatakan yang sebenarnya.” “Emangnya kenapa? Apa wanita yang lagi Haid tidak boleh diketahui oleh Drake?” tanya Kiana.             “Tentu saja tidak boleh. Haid itu adalah rahasia bagi kau wanita. Karena itu menyangkut frivasi. Jadi kau jangan mengungkitnya di hadapan para lelaki.”             “Ohhh. Baiklah aku mengerti.” Setelah berbicara sebentar di ruangan itu. Dua wanita itu pun segera keluar.             “Apa yang kalian bicarakan? Dan bagaimana keadaanmu apa kau baik-baik saja?” tanya Drake.             “Ahhh. Kau tenang saja aku tidak apa-apa. Aku hanya sakit perut. Ha ha aha ...” jawab Kiana sambil tertawa canggung.             Daniel yang sedari tadi memperhatikan keduanya sedikit tidak suka dengan keakrapan Kiana dan Drake. Tak hanya itu ia juga merasakan hal aneh pada Drake.             “Kalau boleh tahu bagaimana kau bisa lolos dari monster bersayap yang diduga adalah seekor naga hitam?” tanya Daniel.             “Apa? naga hitam?” tanya Kiana bingung. “Naga hitam itu adalah Drake. Lalu yang menghancurakan desa siapa? Apa Drake yang melakukannya?” Kiana semakin bingung dengan apa yang terjadi. Wanita itu menatap Drake menuntut penjelasan dan lelaki itu juga menatap Kiana dan memberikan isyarat untuk tidak berbicara. “Ada apa? apa kalian merahasiakan sesuatu?” tanya Daniel pada Kiana. Dengan cepat wanita itu menggelengkan kepalanya. “Ha ha ha tidak mungkin. Aku tidak menyembunyinkan apapun,” jawab Kiana berbohong. Daniel kembali menatap Drake menuntut penjelasan bagaimana lelaki itu bisa kabur dari monster yang di duga adalah naga hitam yang terkenal sangat kejam. “Itu karena aku pura-pura mati dan mosnter itu meninggalkanku seorang diri di hutan dan membawa Kiana pergi.” “Ohhh. Jadi saat itu kau tidak menolongku? Kau hanya melihatku dibawa pergi oleh mosnter itu?” tanya Kiana yang ta k terima. Tak terima dengan amukan Kiana Drake pun membalas Kiana dengan perkataan yang menyinggung dan akhirnya keduanya kembali berantam di hadapan Daniel, para petualan dan warga desa. Beberapa dari mereka tertawa melihat pertengkaran keduanya yang sangat konyol. Namun tidak dengan Daniel. Lelaki itu menatap curiga pada Drake apa lagi dengan luka lelaki berada di lengan kanan yang saat itu ia juga berhasi menembakkan anak panah pada sayap kanan naga hitam itu. “Siapa dia sebenar?” batian Daniel yang penuh kecurigaan. ****             “Ahh. Sayang sekali. bukan kita yang mendapatkan hasil dari misi itu,” keluh Kiana. Keduanya kini berjalan kaki untuk kembali ke penginapan. Untungnya saat kembali dari desa itu hujan tidak turun lagi membuat mereka berdua leluasa untuk berjalan kaki menuju penginapan.             Hasil misi itu diberikan oleh lima petualang yang mengikuti Drake dan Kiana. Mereka mengklaim bahwa merekalah yang telah mengalahkan monster yang ada di desa yang ada di pinggir kota Karion.             Kiana menatap wajah Drake yang sedari tadi hanya diam. “Apa benar dia yang melakukan itu,” batinnya.             “Kira-kira monster bersayap yang mereka katakan tadi apa benar naga hitam?” tanya Kiana dan tak ada jawaban.             “Apa naga hitam itu adalah kamu?” tanya Kiana sekali lagi dan Drake masih saja diam.             “Hey. Kenapa kau diam saja?”tanya Kiana.             “Apa monster yang mereka sebut itu benar-benar kamu? Apa kau yang telah membakar hangus hasil pertanian warga desa?” tanya Kiana.              Sontak Drake pun menghentikan langkahnya. “Apa manurutmu aku yang melakukannya?” tanya Drake.             “Aku tidak tahu. Hanya saja tolong katakan sesuatu. Jika kau katakan bukan kamu maka aku akan percaya. Jika kau_”             “Jika aku bilang aku yang melakukannya. Apa yang akan kau lakukan?” tanya Drake yang memotong perkataan Kiana.             Kiana pun diam. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. “Jadi  benar itu adalah ulahmu ...” tanya Kiana ragu.             Darke terdiam. Sepertinya Kiana akan membencinya setelah ini. Namun, pikiran negatifkanya menghilang saat tiba-tiba saja Kiana memeluknya erat. “Aku percaya bahwa kau yang melakukannya dan aku percaya padamu jika kau tidak sengaja waktu itu.”             Drake pun tersenyum. “Terima kasih telah percaya padaku.” TBC    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD