BAB 54

1633 Words
            “Tolongggg ... seseorang tolong dia!” pekik Daniel sambil membawa Kiana pada beberapa warga desa.             Salah satu lelaki paruh baya mendekat dan memeriksanya. “Mungkin istriku yang bisa menangani ini,” ujar lelaki parh baya itu yang merupakana kepala desa.             “Dan sebaiknya kita semua keluar khususnya untuk para lelaki.” Lelaki paruh baya itu meminta para lelaki itu untuk keluar temasuk Daniel namun lelaki masih bersikeras untuk tetap tinggal di sisi Kiana.             “Kenapa? Bisakah aku tetap di sini?” tanya Daniel. Ia harus mengetahui keadaan Kiana.             “Tidak bisa. Kau harus keluar.” Lelaki paru h baya itu memaksa Daniel untuk keluar. Jadi mau tidak mau lelaki itu pun menurut. Dan membiarkan istri lelaki tua tadi menangani Kiana. ****              Istri kepala desa itu segera membuka sedikit baju Kiana dan tersenyum pada salah satu ibu-ibu yang akan membantunya. “Sepertinya dia kedatangan tamu,” ujar wanita itu sambil tersenyum-senyum.             “Eunggg ...” Kiana yang sedari tadi tak sadarkan diri akhirnya bangun walau pandangannya masih kabur. Wanita itu memperhatikan sekitarnya dan melihat dua wanita di sampingnya.             “Apa aku terkena penyakit fatal ...” lirih Kiana yang masih belum menyadari apa yang terjadi padanya.             Yang di tanya hanya tersneyum melihat Kiana yang sangat polos. “Kenapa? Apa penyakitku sungguh tak bisa di sembuhkan ...” lirih Kiana yang makin panik.             “Tidak kau tidak sakit. Kau hanya mengalami pendewasaan bagi  wanita.”             “Pendewasaan?”             “Iya. kau sedang kedatangan tamu.”             “Tamu apa? siapa yang bertamu?” pertanyaan polos Kiana sekali lagi membuat dua wanita itu semakin tertawa.             “Kau lagi haid. Ini umum bagi para wanita. Biasanya haid di tandai dengan perubahan siklus tubuh. Dan dapat merasakan sakit di daerah perut dan  mempengaruhi perasaan seperti marah dan sebagainya.”             “Marah? Apa cinta juga termasuk yah? ahhh jadi karena aku haid jadi aku tiba-tiba saja mempunyai rasa cinta pada Drake yah,” batin Kiana bingung.             “Besok aku harus minta maaf padanya telah marah-marah tak jelas padanya. Ini bukanlah cinta tapi ini semua pengaruh dari haidku,” batin Kiana lagi dan mengangguk-ngangguk kepalanya mengerti.             “Lalu kenapa aku berdarah? Apa itu hal yang wajar? Jika haid harus berdarah?”             Sekali lagi dua ibu-ibu itu tertawa dan mengangguk. “Iya. Itu hal wajar. Dan kau merasakan sakit pada perutmu karena siklus darahmu tidak lancar. Biasanya para wanita akan mengalami haid saat umur lima belas tahun.”             “Kalau boleh tahu umurmu berapa?”             “Saat ini umurku delapan belas tahun,” ujar Kiana.             “Wahh. Pantas kau merasakan sangat sakit. Darahmu sangat tidak lancar.”             “Arkhhh ...” lagi-lagi wanita itu meringis sambil memegangi perutnya. salah satu wanita meninggalakan Kiana dan istri kepala desa.             Dan tak lama kemudia wanita itu kembali dengan segelas air hangat yang dicampur dengan madu dan gula.             “Minumlah. Ini bisa meredakan sakit pada perutmu.”             “Terima kasih.” Kiana pun mengambil gelas pemberian wanita itu.             “Sebaiknya kau ganti baju dan kau harus memakai ini pada celanaamu.” Ujar wanita itu sambil memberinya pakaian dan pembalut yang terbuat dari kain sutra pada Kiana setelah wanita itu menghabiskan minumannya.             “Terima kasih.” Sekali lagi wanita itu berterima kasih pada dua wanita yang sedari tadi membantunya.             Dua wanita itu pun keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Kiana untuk berganti pakaian. namun sebelum keluar Kiana menghentikan salah satu wanita. “Di mana lelaki yang datang bersamaku?” tanya Kiana. “Ahhh. Dia ada di luar. dia sangat mencemaskanmu,” jawab wanita itu sebelum keluar. Di luar Daniel duduk bersama dengan teman-temannya dengan perasaan tidak tenang. “Kau tenang saja. Wanita itu tidak apa-apa,” ujar istri kepala desa yang baru saja keluar.             “Benarkah? Lalu kenapa dia berdarah sangat banyak?” tanya Daniel dan berdiri mengampiri isteri kepala desa.             “Itu ...” wanita itu terlalu ragu untuk mengantakannya. Namun Daniel memaksa wanita itu mengatakan yang sejujurnya.             Akhirnya wanita itu membisikkan sesuatu pada Daniel dan seketika tubuh lelaki itu membeku dan bersemu merah saat itu juga. “Aiisss, memalukan ...” batin Daniel saat itu juga. ****             Di dalam ruangan Kiana yang sedang asik berganti pakaian tak sengaja mendengar percakapan di luar ruangan. “Kau tenang saja wanita itu tidak apa-apa.” salah satu percakapan yang membuat Kiana yakin bahwa lelaki yang di ajak wanita itu bicara pasti Drake.             “Dia pasti sangat mencemaskanku,” batin Kiana dan cepat-cepat meperbaiki penampilannya tak lupa ia memperhatikan penampilannya di cermin.             “Ahh. Harus kah aku memeluknya saat bertemu nanti sebagai tanda permintaan maafku selama ini yang selalu marah padanya yah,” batin Kiana sekali lagi.             “Tidak apa-apa. Lagian kami kan sudah sering pelukan,” batin Kiana sekali lagi dan mengangguk-ngagguk menyetujui ide yang baru saja ia pikirkan.              Saat berada di pintu. Wanita itu tersenyum sangat lebar walau perutnya masih sakit tapi agak mendingan dari yang sebelumnya setelah meminum pemberian wanita tadi.             “Satu ... dua ... ti ...” wanita itu pun membuka pintu dalam hitungan ketiga. Saat itu lelaki yang ia kira Drake sedang membelakanginya.             Wanita itu segera menghamburkan pelukannya pada tubuh lelaki itu. “Terima kasih terlah membawaku kemari. Aku senang kau selalu berada di sisiku. Aku sudah tidak apa-apa lagi jadi kau tidak perlu mencemaskanku lagi.” lelaki yang Kiana peluk tersenyum-senyum bahagia mendengar perkataan Kiana yang sangat romantis baginya.             “Apa jangan-jangan dia telah jatuh cinta padaku saat pertemun pertama kita di bawah jurang itu yan,” batin Daniel.             “Maafkan aku yang kemarin selalu marah padamu.”             “Tidak apa-apa. aku tidak marah kok,” jawab Daniel yang memang tidak marah pada wanita itu saat di bawah tebing. Ia hanya sedikit kesal telah di bohongi.             “Kenapa suaranya berbeda,” batin Kiana yang mulai merasakan keanehan. “Apa kau benar-benar tidak marahkan padaku ...”             “Tent_”             “Drake,” ujar Kiana yang memotong pekataan Daniel. Baru saja lelaki itu ingin mengatakan tentu perkataannya segera terpotong saan mendengar nama yang asing baginya.             Daniel melepaskan pelukan Kiana dan membalikkan tubuhnya. “Siapa itu Drake?” tanya Daniel.             Saat itulah Kiana kaget bukan main. “Kau!” pekiknya. Seketika emosi menghampirinya melihat lelaki yang telah meninggalaknnya saat di bawah tebing.             “Bukankah kau yang meninggalkanku kemarin? Gara-gara kamu aku telah menghadapi situasi yang sangat rumit!”             “Apa? rumit? Heee. Ngaca dong ... gara-gara kamu aku demam semalam.”             “Apa kau demam gara-gara aku? emangnya aku lakukan apa padamu? Jelas-jelas kamu yang meninggalakanku.”             “Tapi kau membohongiku. Kau bilang kau tidak bisa naik tapi nyatanya kau bisa sihir juga.”             “What? Aku berbohong? Aku benar-benar tidak bisa naik waktu itu.”             “Bohong jelas-jelas saat aku ke sana kau sudah tidak ada di tempat. Itu artinya kau sudah naik.” Seketi Daniel membekap mulutnya setelah menyadari kesalahannya. Beberapa teman Daniel yang sedari tadi mendengarkan pertengkaran Kiana dan Daniel pun kaget.             “Apa? jadi kau kembali untukku ...” ujar Kiana pelan.             Daniel semakin gugup karena ketahuan. Lelaki itu membalikkan tubhnya tak ingin menatap Kiana. “Itu semua karena aku ingin menjaga nama baikku. Aku tidak ingin orang-orang pada bercerita jelek tentangku karena aku meninggalkan gadis jelek sendirian di bawah tebing.”             “Gadis jelek enak saja kau mengataiku sebagai gadis jelek!” pekik Kiana tak terima dan kembali marah pada Daniel dan akan memukulnya. Untungnya teman-teman Daniel segera melerai Kiana dan Daniel.             “Hei. Gadis jelek dengar yah. jika bukan Daniel kau tidak akan pernah selamat.”             “Selamat? Apa maksudmu?” tanya Kiana yang masih belum menyadari situasi.             “Kau lihatlah desa ini sendiri.” Kiana pun mulai memperhatikan sekelilingnya. DUGGG             Saat itu juga jantungnya seakan ingin keluar. “Apa yang terjadi?” tanya Kiana pada dirinya sendiri. Sekitarnya banyak rumah-rumah hancur dan pertanian yang subuh kini hangus terbakar. “Bukankah ini adalah tempku akan menjalankan misi? Dan di mana Drake? kenapa lelaki itu tidak ada?” Kiana mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang apa yang telah terjadi dengan desa ini saat ia tak sadarkan diri. “Tadi ada dua mosnter yang menyerang desa. Salah satu monster menyerang mosnter yang lainnya dan membakar habis semua tananaman. Lalu pergi dari desa. Beberapa petualan yang lain melihatmu di bawah pergi monster bersayap itu dan meinggalkanmu di hutan. Untungnya ada Daniel yang menemukanmu. Jika tidak kau akan mati di makan monster bersayap itu.”             “Monster ... tidakkk ... bagaimana dengan Drake?” lirih Kiana pada petualang tersebut.             “Di mana Drake? kenapa dia tidak ada di sini?” tanaya Kiana yang muali panik. “Siapa Drake?” “Lelaki yang datang bersamaku.” Para warga desa dan petualan terdiam dan menunddukkan kepala tak ada yang bisa menjawab.             “Kami hanya menemukanmu. Kami tidak menemukan orang lain selain kamu di hutan.”             “Apa ... tidak ... hiskkk ... kalian pasti salah ...” wanita itu mulai menangis histeris.             Apa Drake sudah mati di makan mosnter itu saat ia tak sadarkan diri tadi. Apa Drake mengrbankan dirinya untuknya. Berbagai  macam pikiran negatif menghantuinya. Ia sangat takut saat ini.             “Aku harus mencarinya ... hiskkk ...” wanita itu pun berjalan mengarah ke hutan. Namun dengan cepat Daniel menghentikannya.             “Kau mau ke mana? Kau tidak boleh pergi. Di sana sangat berbahaya ...”             “Tidak ... aku harus menyelamatkannya ... hiskkk Drake pasti membutuhkan pertolonganku ... hiskk ...” lirih Kiana dan bersikeras untuk pergi. Namun, Daniel memeluknya menahanya untuk tetap tinggal.             Wanita itu mulai memberontak pada pelukan Daniel. “Tidak lepaskan aku ... hiskkk Drake ...” beberapa teman Daniel segera membatu Daniel untuk mencegah Kiana pergi kehutan.             Tak lama kemudian hujan pun turun Kiana kembali menagis histeris dan meronta-ronta pada pelukan Daniel.             “Yang sabar yahhh. Aku yakin dia pasti tak ingin kau seperti ini.”             “Hisskkk ... hiskkk ... Drake ... aku tidak ingin pisah dengannya ... hiskkk ... aku harus menemukannya  ... hiskk ...” TBC                                       
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD