BAB 16 Meninggalkan Riki di Panti Asuhan

1098 Words
Kedua mata anak lelaki itu berkaca-kaca menatap Drake. “Aku tahu ... aku sangat membencinya. Tapi, jika kita membunuhnya maka apa bedanya dia denganku? Aku juga kan menjadi seorang pembunuh .... “ Riki pun menyelesaikan kalimatnya dan menangis di pelukan Kiana. Kiana menatap Drake. “Turuti saja keinginannya. Lebih baik kita melepasnya saja.” “Baiklah jika itu mau kalian.” Drake pun melepas sihir pengikatnya. Lelaki penguntit itu tersenyum senang. “Terima kasih, Tuan.” Setelah itu lelaki itu pun pergi. “Untuk sementara aku akan melepasmu. Tapi, tunggu saja. tak akan kubiarkan kau bertemu dengan Tuanmu. Akan kubunuh kau sebelum kau betemu dengannya,” batin Drake sambil tersenyum menyeringai menatap kepergian lelaki penguntit itu. *** Sepuluh menit telah berlalu. Riki masih saja murung dan di sampingnya Kiana masih berusha menenangkannya. Mereka belum makan sejak tadi. “Aku pergi mencari makan dulu,” ujar Drake pada Kiana dan wanita itu mengangguk. Drake pun tersenyum. “Inilah saatnya ia memburu lelaki itu. tak akan kubiarkan lelaki itu bertemu dengan Icarus. Salah satu lelaki yang paling ia benci seduania,” batinnya. Segera lelaki itu melebarkan sayapnya dan terbang ke langit mencari lelaki tersebut. Setengah jam ia mencari akhirnya Drake bisa tersenyum saat menemukan apa yang ia cari. “Akhirnya ketemu juga,” batinnya. Lelaki mempercepat terbangnya dan mendarat cukup sempurna tepat di hadapan lelaki itu. “Kau!” pekik lelaki itu kaget melihat Drake berhenti di hadapannya. “Kenapa kau kemari? Bukankah kau telah melepasku?” tanyanya. Drake tersenyum. “Kiana dan Riki memang melepasmu dan membiarkanmu hidup. Tapi tidak denganku. Aku tak bisa membiarkanmu hidup dan bertemu dengan Icarus lagi.” Drake pun menyelesaikan ucapannya dengan menyeringai. Sedetik kemudian. Terjadilah pertempuran sengit antara keduanya. *** “Lelaki itu lama sekali tak seperti biasanya. Padahal kita harus bergerak cepat untuk tiba di kota Viyesel,” gumam Kiana. Sudah dua jam lama nya Drake pergi dan hingga sekarang lelaki itu masih belum kembali. Padahal mereka telah kelaparan. “Sepertinya aku harus mencarinya,” ujar Kiana dan berdiri. Ia memutuskan untuk mencari lelaki m***m itu. “Kau ingin mencari siapa?” tiba-tiba mereka mendengar sebuah suara dari belakan. “Drake! kau sudah kembali! Aku baru saja ingin mencarimu. Kenapa kau lama sekali?” tanya Kiana. Lelaki itu duduk di samping mereka dan meletakkan buah-buahan yang ia dapat tadi. “Aku kesulitan mencari_” “Ehhh .. tunggu!” Ujar Kiana memotong perkataan Drake. “Ada apa?” tanya lelaki itu. “Tanganmu kenapa?” tanya Kiana cemas saat melihat sebuah luka di tubuh Drake. tak hanya itu ia melihat ada darah di tubuhnya Drake. “Tadi aku tak sengaja jatuh dan terkena ranting pohon,” ujar Drake bohong. “Ohh.” Ketiganya pun makan bersama dalam diam. Setelah makan keduanya pun kembali memulai perjalanan ke Kota Viyesel. Dua jam telah berlalu dan ketiganya masih melanjutkan perjalanan. Riki terjatuh saat tak sengaja menginjak batu dan menyebabkan kakinya keseleo. “Riki apa kau tidak apa-apa?” tanya Kiana menghampirinya. “Aku tidak apa-apa kak. Aku hanya lelah berjalan ...”lirih anak kecil itu. Kiana pun menatap Drake. “Apa?” tanya Drake belum peka. “Bisakah kau mengendongnya hingga ke kota?” tanya Kiana. “Enak saja. Emangnya aku pembantu kalian.” “Ayolah ....” ujar Kiana merajuk. Akhirnya lelaki itu pun menyerah ia tidak bisa menolak permintaan Kiana. Dengan wajah kesal lelaki itu berjongkok di hadapan Riki. “Naiklah,” kata lelaki itu dingin. Riki sejenak menatap Kiana. Ia tidak berani menaiki Drake. apa lagi lelaki itu terlihat sangat kesal padanya. Tapi Kiana malah menatapnya dan tersenyum seakan mengatakan kalau Drake tidak akan memarahinya. Akhirnya Riki pun naik ke punggung Drake dan mereka kembali berjalan menuju Kota Viyesel. *** Lama mereka berjalan akhirnya ketiganya pun dapat melihat banyaknya bangunan kokoh di hadapannya. Mereka juga di sambut oleh banyaknya tokoh penjual makanan dan buah-buahan di kota itu. kebetulan hari ini ada hari pasar sehingga banyak masyarakat yang berlalu lalang di sekitar situ dan banyak penjual. “Wah... “ ujar Kiana kagum. Wanita itu mengililingan jalanan yang penuh dengan lautan manusia. Sedangkan Drake hanya menatapnya malas. Setelah itu melepas tangannya dan saat itu juga Riki terjatuh dari gendongannya membuatnya meringis kesakitan. “Apa yang kau lakukan!” bentak Kiana marah sambil membantu Riki berdiri. “Aku hanya menurunkannya.” “Tapi kan tidak dengan cara kesar seperti itu.” “Sudah ... sudah kak Kiana. Aku tidak apa-apa kok,” kata Riki menenangkan Kiana yang marah-marah. Sedangkan Drake hanya melipat kedua tanganya di d**a tak memperdulikan perkataan Kiana. Akhirnya berkali-kali di bujuk. Kiana pun diam dan tidak marah lagi. Kiana dan Riki pun mengelilingi jalanan dan sesekali mencicipi atau membeli makanan yang mereka suka. Kebetulan ia masih punya sedikit uang yang di berikan Drake saat mereka berada di hutan sebelum ia ke kota yang penuh vampire itu. Ketiganya mulai menikmati kebersamaan mereka melakukan apa yang Riki sukai karena hari ini adalah hari terakhir Riki bersama mereka. Setelah ini Kiana dan Drake akan menitipkan Riki di panti asuhan yang bersedia untuk merawat anak kecil itu. *** Hari mulai gelap dan di sinilah mereka bertiga. Berdiri di depan pintu yang terdapat tulisan bersar “Panti Asuhan Vayesel” panti asuhan ini adalah temapat yang sangat terkenal. Di panti ini anak-anak akan di latih untuk menjadi kuat dan mendapatkan pendidikan yang layak. “Kak, Jaga diri baik-baik yah ...” lirih Riki. Kini anak kecil itu berdiri di dekat seorang wanita paruh baya yang di percayai sebagai salah satu pengurus panti asuhan. “Iya Riki. Kau tenang saja. kakak akan baik-baik saja. maafkan kakak yang tidak bisa membawamu bersamaku ...” suara Kiana saat mengucapkan kalimat itu sedikit bergetar. Ia berusaha keras untuk tidak menangis. Walau kebersamaan mereka hanya sekejap tapi Riki telah ia anggap sebagai adiknya. “Tidak apa-apa kok kakak. Aku mengerti kok.” “Kalau begitu aku pergi dulu yah.” Kiana memeluk Riki sejenak lalu melepasnya dan bebalik meninggalkannya. “Kak Kiana!” teriak Riki tiba-tiba saat Kiana dan Drake mulai berjalan menajuh. Kiana dan Drake berbalik menatap anak kecil itu. “Kak Tunggu aku yah. nanti kalau aku sudah besar dan kuat aku yang akan menjaga kak Kiana. Jadi tunggu Riki yah!” teriak anak kecil itu. “Iya Riki aku akan menunggumu! Semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu kembali!” balas Kiana sambil melambaikan kedua tangannya. Setelah itu keduanya pun menghilang dari pandangan Riki. “Tunggu aku. aku akan menjadi kuat dan aku yang akan menjagamu,”Batin Riki sebelum akhirnya ia masuk ke dalam panti asuhan bersama dengan wanita paruh baya yang sedari tadi berada di sampingnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD