BAB 6 p*********n Vampire

1389 Words
“Tidak!” Saat itu juga tubuh Drake membesar dan menghancurkan kandang buatan Kiana. Dengan cepat Drake membunuh vampire itu. Ia menatap Kiana yang masih tertidur pulas. Ia menatap wanita itu dengan kesal, dan tanpa rasa simpati lelaki itu membangunkan Kiana yang tertidur pulas dengan cara tak manusiawi. Lenguhan pelan dari bibir wanita itu terdengar saat wanita itu mulai terusik. Beberpa vampire kembali masuk ke dalam penginapan. Sedangkan Kiana masih berusaha mengembalikan seluruh kesadarannya. Wanita itu masih belum menyadari apa yang telah terjadi di kota itu dan penginapannya. Dengan polosnya wanita itu mengucek kedua matanya. Vampire itu semakin mendekat dan Kiana masih sepenuhnya belum sadar. Drake manatap Kiana kesal dan tanpa aba-aba lelaki itu memegang kedua tangan wanita itu dan melebarkan sayapnya. Drake terbang ke atas langit menghancurkan atap penginapan dengan begitu mudah bersama dengan Kiana yang ia pengang dan di iringi oleh teriakan kaget wanita itu. Teriakan Kiana terhenti saat kesadarannya mulai kembali seutuhnya. Apa yang telah terjadi? Itulah pertanyaan pertama kali yang ia pikirkan saat menatap ke bawah. Penginapannya telah hancur. Bukan itu saja, kebakaran, teriakan, dan tangisan ada di mana-mana. Kota yang beberapa jam yang lalu sangat indah kini berubah hancur hanya dalam beberapa jam saja. Tunggu? Wanita itu terdiam. Ada yang aneh pada dirinya. Mengapa ia bisa terbang? Wanita itu membalikan wajahnya dan menatap Drake yang kini bertelanjang d**a dan hanya memakai celana pendek. Kiana kembali berteriak nyaring. Saat menyadari dirinya kini melayang di bawa oleh makhluk bersayap dan bertelanjang d**a. “Tolong!” “Tolong!” Kiana berteriak minta tolong dan memberontak dalam pegangan Drake. Kesal dengan teriakan Kiana yang tak ingin berhenti, akhirnya lelaki itu menyepi di salah satu atap bangunan yang masih utuh. Ia melepas tubuh Kiana di atap. Dan saat ia melepas pegangannya Kiana hampir saja jatuh karena terpelosot. Untungnya Drake dengan singgap menangkap lengan kanannya. Saat itu juga, Kiana dapat melihat jelas wajah lelaki bersayap itu. “Kamu!” pekiknya. Drake tersenyum saat mendengar pekikan Kiana. Akhinya wanita itu mengenalinya. Tapi, senyumnya tiba sirna saat wanita itu melontarkan pertanyaan yang sektikan menusuk hatinya. “Kamu ... siapa, yah?” tanya Kiana bingung. What the hell! Bisa-bisanya Kiana melupakan lelaki penolongnya. Dengan wajah cemberut lelaki itu melayangkan pukulan pelan di kepala Kiana sehingga terdengar erangan protes dari wanita itu. “Apa yang kau lakukan!” bentaknya. “Bisa-bisanya kau melupakanku. Aku yang telah menolongmu bahkan ini yang kesekian kalinya, asal kau tahu,” ujarnya ketus sambil menyilangkan kedua tangannya di d**a khas orang yang lagi kesal. Lelaki itu melangkah menjauh membelakangi Kiana. Dan duduk bersilah di atap. Menyadari lelaki bersayap yang menolongnya kesal membuat Kiana menjadi tidak enak hati. Ia mendekati lelaki itu dan berusaha merajuk dan membujuk. Kiana memang tidak mengenal lelaki yang di hadapannya karena mereka berdua memang belum penah berkenalan jadi Kiana tidak mengetahui siapa nama lelaki penolongnya itu. “Maafkan kelancanganku ... aku tahu kamu yang menolongku tapi aku tidak tahu siapa namamu. Kita kan belum pernah kenalan,” kata Kiana berusaha menenangkan lelaki penolongnya. “Benar juga,” batin Drake. Akhirnya lelaki itu berbalik menatap Kiana. “Aku maafkan. Dan perkenalkan namaku Drake aku seekor naga hitam yang telah hidup beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang. Jadi kamu harus menuruti kataku.” Lelaki itu memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya di hadapan Kiana dengan percaya diri. “Namaku Kiana.” Sambil memegang tangan Drake. “Tunggu! Kamu bilang kamu sudah hidup beribu-ribu tahun?” tanyannya pada Drake dan lelaki itu menganggguk tersenyum penuh percaya diri. “Jadi kamu sudah kakek-kakek dong. Atau bisa jadi kamu kakek moyangku,” kata Kiana dan di selingi dengan ketawa lucu hingga memperlihatkan gigi gisulnya. Drake yang semula tersenyum, seketika cemberut masam menatap Kiana yang menertawakannya. Dengan kesal lelaki itu meremas tangan Kiana yang masih ia pegang hingga terdengar erangan kesakitan wanita itu dan meminta ampun. “Maafkan aku. Aku akan menjaga ucapanku.” Akhirnya lelaki itu melepas tangan Kiana. Pandangan Kiana teralihkan oleh teriakan-teriakan meminta pertolongan yang tak henti-hentinya. Perasaan wanita itu bercampur aduk. Hati nuraninya memberontak ingin menolong tapi di sisi lain ia juga merasa ketakutan menatap monster bertaring yang semakin bertambah banyak. Wanita itu meremas bajunnya sendiri untuk meredakan ketakutannya menyaksikan tiap-tiap adengan pembunuhan yang ada di bawah sana. Tak hanya pembunuhan, evolusi manusia biasa menjadi monster bertaring yang sangat mengerikan juga membuat Kiana ketakutan. Drake yang menyadari ketakutan Kiana dengan lembut lelaki itu mengapai lengan Kiana. Mengenggam lengan kurus itu dengan lembut untuk memberikan kenyamanan pada wanita itu. Drake menatap Kiana begitu pun dengan wanita itu menatapa wajah Drake. Mereka saling bertatapan dan sebuah senyuman manis terukir di wajah dingin Drake membuat Kiana mulai merasa nyaman. “Jangan takut. Aku akan menjagamu,” kata Drake dengan sebuah senyuman manis di bibirnya. Kiana mengangguk dan tersenyum. Lagi-lagi pandangan Kiana teralihkan oleh sebuah teriakan lirih. Wanita menatap kebawah, seorang anak kecil yang menagis histeris menatap kedua orang tuanya yang terbunuh di depannya. Setelah membunuh kedua orang tua anak lelaki itu. Monster bertaring itu pergi meninggalkan mayat kedua orang tua anak lelaki itu. Anak lelaki itu menghampiri orang tuanya yang tak bernyawa lagi. Ia peluk tubuh ibunya dan menangis histeris, tak kuasa jika harus kehilangan sosok yang paling berarti baginya. Ia terus memanggil-manggil nama ibu dan ayahnya berharap mereka bangun. Pemandangan menyedihkan itu membuat air mata Kiana jatuh di pelupuk matanya. Tak lama kemudian mayat kedua orang tua anak lelaki itu bergerak. Awalnya anak lelaki itu tampak senang. Ia mengira orang tuanya belum mati. Akan tetapi, gerakan aneh kedua orang tuanya membuat ia ketakutan. Apalagi mata merah orang tuanya menambah ketakutannya. Anak lelaki itu meringsut mundur ketakutan sambil memangil orang tuanya. Berharapp ia dapat menyadarkan orang tuanya yang semakin mengerikan di matanya. “Ma! Pa! ... ini aku. Aku mohon sadarlah ...” kata anak lelaki itu sambil meringsut mundur menjauh. Orang tuanya yang telah berubah menjadi vampire berjalan kearahnya. Kiana yang sedari tadi menyaksikan adengan sedih tersebut memalingkan wajahnya menatap Drake yang hanya berwajah dingin. “Kita harus membantunya,” kata Kiana pelan. “Tidak!” kata Drake dingin. Perkataan Drake membuat Kiana jengkel dan emosi. Dengan cepat wanita itu menepis tangan Drake yang sedari tadi mengenggam lengannya. “Apa yang kau lakukan!” bentak Drake. “Aku akan menolong anak itu,” kata Kiana dan meninggalkan Dreke. Dengan tubuh lemahnya wanita itu berusaha mencari jalan turun dari atap bangunan yang sangat tinggi. Drake hanya menatap Kiana yang kebingungan mencari cara untuk turun dari atap. “Bisakah kau membantuku untuk turun? Aku harus menyelamatkan anak lelaki itu,” kata Kiana meminta tolong. Tapi, Drake hanya memalingkan wajahnya dan menyilang kedua tangannya di d**a. Lelaki itu dengan santainya duduk di atas atap dan menulikan pendengarannya saat Kiana meminta pertolongannya. Kiana mengepalkan kedua tangannya emosi melihat tingkah Drake yang menurutnya sangat keterlaluan. “Baiklah kalau kau tidak mau membantu! Aku akan turun sendiri,” kata Kiana dengan nada ketus. Perkataan Kiana membuat Drake merasa tidak nyaman. Dengan ujung matanya ia mengintip usaha yang di lakukan Kiana. Dalam hatinya ia ingin membantu Kiana. Tapi, ia juga tidak bisa melong orang-orang yang ada di bawah sana. Ia sangat membenci manusia. Di bawah sana, anak lelaki itu semakin ketakutan saat kedua orang tuanya semakin dekat dengan dirinya. Anak lelaki itu juga tidak bisa lari lagi. Sebuah dinding bangunan membuat ia terjebak dan tak bisa lari. “Ma! ... Pa! ... aku mohon sadarlah,” lirih anak lelaki itu. Mendengar lirihan anak itu membuat Kiana semakin cemas. Sekali lagi wanita itu menatap Drake yang masih memalingkan wajahnya. “Drake! Aku mohon turunkan aku. Anak itu bisa mati, kita harus membantunya!” Teriak Kiana berharap Drake mau membantunya. Tapi, lelaki itu seakan menulikan pendengarannya. Kiana menghembuskan napasnya kasar. Drake masih tidak ingin membantunya. Wanita itu mengintip ke bawah, kedua tangannya gemetar ketakutan. Jalan satu-satunya yaitu dengan melompat, tapi jarak antara atap rumah dan tanah sangat tinggi. Kakinya bisa patah jika ia melompat. Wanita itu menghitung satu sampai tiga dan mencoba untuk melompat. Tapi, rancenanya gagal karena ia tidak berani. Kiana telah mencoba untuk melopat yang ketiga kalinya tapi saat hitungan ketiga ke beranian wanita itu kembali menciut. Keringat dingin membanjiri wajahnya. Drake yang sedari tadi diam-diam menatap Kiana hanya tersenyum dalam hati. “Lompatlah kalau berani,” batinnya mengejek Kiana yang ketakutan. Kadang lelaki itu ikut tersenyum melihat tingkah Kiana yang menurutnya sangat lucu. Tiba-tiba sebuah teriakan membuat Drake langsung panik setengah mati. “Aa!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD