BAB 18 Flashback

1162 Words
Kini Drake dan Kiana berada di luar kota Viyesel. Keduanya terus berjalan bersama hingga akhirnya Drake berhenti dan menatap Kiana. “Mungkin ini lah saatnya kita berpisah,” kata lelaki itu. mendengar perkataan Drake sedikit membuat hati Kiana sakit, ia telah terbiasa bersama dengan Drake. Berpisah dengan lelaki itu pasti akan membuat rindu pada lelaki itu. Tapi mau bagaimana lagi, ia tak bisa melarang lelaki itu tetaptinggal bersamanya dan melindunginya. Kiana berusaha tersenyum. “Emmm, ia saya juga sudah bosan bersama denganmu terus,” ejek Kiana. Ia berusaha untuk tidak memperlihatkan wajah sedihnya di hadapan Drake dan berpura-pura jika ia tidak menyukainya. “Yakk! Bukan kah seharusnya kau sedih?” tanya Drake. “Untuk apa aku sedih. lagian aku sudah terbiasa hidup sendiri. Tanpa kamu aku pasti baik-baik saja.” “Beneran nih? Kamu tak akan menangis kan saat aku pergi?” “Untuk aku menangisimu. Kamu kegeeran sekali sih.” “Cepat sana pergi.” Kiana mendorong Drake untuk membiarkan lelaki itu pergi sebelum air matanya keluar. “Iya ... iya ... enggak sabaran amat sih ... tanpa kau suruh pun aku akan pergi kok,” ujar Drake kesal. “Baguslah kalau kau akan pergi ...” “Ka_” “Cepat pergi sana ...”ujar Kiana memotong perkataan Drake. saat itu lah lelaki itu berhenti menyahut. Sejenak ia memperhatikan wajah Kiana. “Apa dia sedih yah?” tanya lelaki itu dalam hatinya. Dari wajah wanita itu terlihat sedih. Namun dari perkataan wanita itu seakan-akan ia habahaga jika Drake pergi. Menyadari Drake tetap diam memperhatikannya membuat Kiana kesal. “Apa yang kau tunggu? Cepat pergi sana!” pekik wanita itu. “Iya ... iya ... aku pergi sekarang ...” Setelah itu lelaki itu pun melebarkan sayapnya dan terbang ke langit. Saat Drake telah menghilang dalam pandangannya. Saat itu juga lah Kiana menumpahkan segala kesedihannya. Air matanya mengalir membentuk air terjun di wajah cantiknya. “Selamat tinggal lelaki m***m ....” Wanita itu duduk di sebuah batang pohon yang sangat besar, menatap langit biru dan membiarkan saja air matanya mengalir. Ia juga terlalu gensi untuk mengatakan jangan pergi. Tanpa Kiana sadari sedari tadi Drake memperhatikannya di sebuah pohon besar. “Ternyata dia tak ingin aku pergi,” batin lelaki itu. Ia bersandar pada pohon yang ia duduki sekarang. Menemani wanita itu yang masih saja menangis walau tak menampakkan tubuhnya. Mendengarkan tangisan Kiana membawa lelaki itu masuk ke dalam mimpi. FLASHBACK “Darke kau di mana?” terdengar seseorang menangis kencang di sebuah hutan. Wanita itu selalu mondar-mandir kesana kemari mencari sesuatu yang entah kenapa ia tak menemukannya. Tanpa sadar kakinya menginjak batu dan akhirnya wanita itu pun terjatuh. Wanita itu meringis saat ia berusaha berdiri. Saat itu lah ia sadar lututnya berdarah. Wanita itu pun duduk di sebuah pohon menangis dan sesekali meniup lututnya yang berdarah. Tanpa wanita itu sadari aroma dari darah wanita itu menyebar hingga di seluruh hutan. Aroma yang sang wangi seperti bunga mawar. Di dalam hutan tersebut ada seorang vampire yang kebetulan tengah mencari mangsa. Vampire itu bersiap-siap akan menerkam sebuah harimau yang lewat di hadapannya. Tapi, vampire itu tiba-tiba diam saat aroma darah wanita itu tercium. “Emmm ... aromanya sangat wangi. Sepertinya ada makanan lezat di sana,” ujar vampire itu. Vampire itu pun mengikuti arah dari aroma yang wangi itu. Saat vampire itu semakin dengan aroma darah tersebut. Kedua matanya bersiar terang. Ia semakin kelap mata dan kuku-kukunya pun ikut memanjang seiring ia berlari. “Akhirnya ketemu juga,” ujar vampire itu di balik pahon. Segera vampire itu pun keluar dari persembunyiannya dan bersiap-siap menyerang Wanita itu. Namun sayangnya, saat vampire itu semakin dekat tiba-tiba saja ia terhempas jauh. Vampire itu membentur pohon sangat keras hingga darah keluar dari mulutnya. Vampire itu berdiri. “Siapa kau?” tanya vampire itu sambil menatap lelaki yang beridiri di hadapannya. “Aku?” tanya lelaki itu sambil menunjuk dirinya sendiri. “Emmmm...” sejenak ia berpikir. “Aku adalah pelindung wanita itu. Jadi ... jika kau macam-macam dengannya maka kau akan berurusan denganku.” Merasa kesal dengan perkataan lelaki yang bernama Drake. Lelaki itu pun langsung menyerang. Drake tersenyum mengejak saat vampire itu tak bisa mengenai Drake padahal ia telah mengeluarkan semua kekuatannya. “Hanya segini kemampuamu?” ejeknya. Semakin kesal vampire itu semakin membuat Drake tersenyum. Pasalnya serangan lelaki itu akan memudahkannya untuk menemukan celah untuk menghajarnya. Dan benar saja setelah beberapa detik kemudian, Drake menyeringai dan dalam sekali tendangan vampire itu pun kembali terpental jauh. Vampire itu terbatuk-batuk hingga akhinya darah keluar dari mulutnya saat itu juga. “Adolebitque eam.” Drake mengucapkan sebuah mantra sihir dalam bahasa latin dan saat itulah vampire itu terbakar hangus hingga menjadi abu. Angin berhembus dan saat itu lah abu tersebut mengilang terbawa angin. Suara keras yang di timbulkan pertarungan Drake dengan vampire tersebut terdengar di telinga wanita itu. “Suara apa itu?” batinnya. Dengan langkah tertatih wanita itu mendekati asal suara untuk mencari tahu apa yang terjadi di sana. Tapi, saat ia tiba di tempat tersebut, ia menlihat seorang lelaki tanpan yang berdir membelakanginya. “Kamu siapa?” tanya wanita itu. Seketika Drake berbalik dan tersenyum pada wanita itu. Namun, senyuman Drake malah terlihat bahwa lelaki itu kini menyeringai padanya. Seketika saat itu membuat wanita itu takut bukan main. Wanita itu melangkah mundur saat Drake melangkah maju mendekatinya. “K ...kau ... jangan mendekat ...” ujar wanita itu takut. Suara dan tubuhnya pun ikut bergetas saat itu juga. “Mati aku,” batin wanita itu saat tiba-tiba ia merasakan sebuah pohon kokoh mengalangi langkah mundurnya. Jadi ia tak bisa kemana-mana lagi. “A ... ku mohon jangan sakiti aku ...” lirih wanita itu. Dan air matanya pun jatuh saat itu juga. wanita itu terduduk di tanah dengan memeluk kedua lututnya. “Kok dia menangis,” batin Drake. Tak ingin ambil pusing lelaki itu mencoba mendekat sekali lagi. Saat itu lah wanita itu memekik kerasa dan menangis histeris. “Jangan mendekat! Drake tolong aku ...” lirihnya. “Dia menyebut namaku, tapi kok dia menangis, ” batin lelaki itu. Drake pun medekat sekali lagi dan memerhatikan darah wanita itu yang menetes sejak dari tadi. “Sepertinya karena Darah ini lah yang membuat vampire itu kemari dan hampir memangsa Daisy,” batin lelaki itu masih dengan memerahatikan luka Daisy. Dengan hati-hati Drake memegang kaki wanita itu. Dan sekali lagi wanita yang bernama Daisy itu kembali memekik ketakutan. “Aaaa .... aku mohon jangan sakiti aku ... Drake tolong aku ... seseorang akan membunuhku!!” teriak wanita itu sambil memeberontak berusaha melepaskan kakinya di tangan Drake. Teriakan wanita itu membuat Drake tersenyum. “Sepertinya wanita ini mengira aku akan membunuhnya,” batinnya namun ia tak memperdulikan teriakan Daisy dan malah mengeratkan pegangannya di kaki Daisy. “Ut bene.” Drake mengucap sebuah mantra dan saat itulah luka di kaki Daisy pun menghilang, saat itu juga setelah itu Drake melepasnya. “Ehh? Lututku ...” gumam Daisy sambil menatap lututnya yang tak terluka lagi. FLASHBACK END
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD