BAB 40

1114 Words
             Suara langkah kaki menuruni anak tangga satu per satu menggema di ruang bawah tanah itu. terilhat seorang lelaki tua mangkah ringan dan berwajah di dingin. Walau wajahnya sudah tua. Tapi, lelaki itu masih saja bersikap sombong layaknya lelaki tanpan.              Lelaki yang bernama Raekart itu berjalan mendekat ke tempat di mana Drake terkurung dan terbelenggu oleh rantai-rantai besi.              Raekart menyeringai lalu mengucap sebuah mantra sihir dan saat itu lah ada air  keluar dari telapak tangannya dan menyembur ke tubuh Drake yang tak sadarkan diri itu.              Semburan air dingin itu membangunkan Drake. Pandangannya samar-samar menatap lelaki yang ada di hadapannya. Namun, walau pandangannya tidak jelas. Ia bisa tahu siapa yang ada di hadapannya.              “Raekart ...” desis Drake emosi. Lelaki itu kembali memberontak berusaha melepas belunggu yang ada pada kedua tangan dan kakinya. Tapi, usahanya itu hanya membuat ruangan itu semakin bising akibat rantai besi itu bergerak-gerak.              “Lepaskan aku sekarang juga !!”              “Dasar berengsekkkk!”              Pemberontakan dan makian lelaki itu malah membuat Raekart semakin senang. Kapan lagi ia bisa melihat Drake tersiksa. Teriakan dan caci maki yang di lontarkan Drake hanya terdengar sebuah lagu rock baginya. Rantai yang membelenggunya sangat erat dan tak bisa dihancurkan. Walau menggunakan sihir sekalipun rantai itu tetap kokoh di pergelangan tangannya.              “Bagaimana perasaanmu? Apa kau merasa nyaman tinggal di ruangan penggap ini?” tanya Raekart tak perduli dengan makian Drake.              “Aku bilang lepaskan aku!!”              “Emmmm, aku akan melepasmu asalkan kau mengatakan keberadaan keturunan terakhir sang dewi.”              “Sampai mati pun aku tak akan memberitahukanmu.”              “Obstringere, Ferrea.” Raekart pun mengucap mantra pengerat dan saat itu lah rantai besi itu pun tertarik.              “Arkhhhh ...” pekikan kesakitan Drake pun mengema di ruang bawah tanah itu saat merasakan kedua tangannya tertari di masing-masing sisi.              “Bagaimana? Apa kau ingin berbicara sekarang juga? atau kau ingin melanjutkan penyikasaanmu?”              “Siksa saja. Walau berhari-hari kau menyiksaku. Aku tak akan pernah mengatakan di mana keturuan terakhir itu.”              Raekart kembali mendesis dan kembali mengucap sebuah mantra pengerat.  “Arkghhhh ...” Drake kembali meraung kesakitan kala kedua tangannya tertarik. Pergelangan tangannya pun sudah mengeluarkan darah dan rasanya tulang tangannya ingin patas saat itu juga.              Lelaki tua itu menghentikan siksaanya dan kembali mengulang pertanyaannya. Namun, Drake masih saja mengatakan hal yang sama membuat lelaki itu kembali mendesis marah dan kali ini lelaki itu mengucap mantra sihir yang lain.              “O Electricitatis Propagationem.” Saat itu lah. Ada aliran listrik yang tiba-tiba menjalar di tubuh lelaki itu. Listrik yang berpusat pada rantai besi di empat sisinya.              “Arkhhh ... akht ... henti ... kann ...” pandangan Drake kian menghitam. Ia masih berusaha untuk tetap bertahan dengan siksaan yang bertubi-tubi yang di berikan oleh Raekart.              Hingga satu jam telah berlalu. Drake pun pingsan akibat tak bisa menganggung aliran listrik yang begitu kuat mengalir pada tubuhnya.              Raekart masuk ke dalam sel Drake. menjambak rambul lelaki itu untuk mendonggak menatapnya. “Sial ...” desisnya kesal saat tak ada pergerakan dari lelaki itu.              Raekart pun berjongkok di hadapan Drake. menampar wajah lelaki itu berkali-kali. “Bangun! Belum saatnya kau tidur bodoh !!”              Lagi dan lagi. Raeikart menampar wajah Drake hingga memerah dan membiru. “Kali ini aku biarkan kau tidur ...” desisnya kesal lalu keluar dari ruangan itu meninggalkan Drake yang masih tak sadarkan diri. ****              “LEPASKAN AKU BERENGSEKKKK!” Sebuah teriakan dan makian menggema di sebuah ruangan. Wanita itu tak pernah menyangka bahwa ia telah ditipu. Dan sekarang ia kembali terkurung. Berkali-kali wanita itu mengedor pintu. Tapi, pintu itu tak terbuka sedikit pun. Yang ada di hanya merasa kesakitan pada bahu kanannya dan kedua telapak tangannya.              “Hiskkk ... lepaskan aku ...” kali ini bukan teriakan dan makian. Tapi, suara lirih dan air mata pun meleleh di wajah cantiknya. Ia lelah berteriak sedari tadi. Percuma ia berteriak, tak ada yang akan mendengarkannya dan menolongnya yang ada hanya tenggorokannya akan semakin sakit.              Tubuh Kiana merosot di pintu. Menyandarkan dirinya dan memeluk kedua lututnya. Bayangan Drake pun terlintas dalam pikirannya. Di saat seperti ini lelaki itu akan selalu menolongnya. Tapi, kenapa lelaki itu belum muncul? Kenapa Drake belum menyelamatkannya? Di manakah lelaki itu berada?              “Drake ... hiskkk ... tolong aku ...” ****              “KIANAAA!”              Drake terbangun setelah mengalami mimpi buruk. Napas dan detak jantungnnya berpacu sangat cepat. Tubuhnya gemetar. Ia sangat mencemaskan Kiana saat ini. Entah sudah berapa hari mereka berpisaha. “Aku harus keluar dari sini ...”              “Gadis ceroboh itu sedang menungguku ...”              “Dia pasti ketakutan aku tak ada disisinya ...”              Drake kembali mengepalkan kedua telapak tangannya. Sekali lagi ia mencoba untuk menghancurkan rantai besi itu dengan kekuatan sihirnya. “Arkgghhhhhhh ....” gigi-gigi putihnya saling bergesekan kala ia berusaha keras melepaskan diri dari belenggu.              “Arghhhhh_ kreatttt ...” teriakannya terhenti saat mendengar suara retakan. Drake tersenyum senang. Itu artinya ia masih punya kesempatan untuk kabur dari rungan gelap ini. “Sedikit lagi,” batinnya. Sekali lagi Drake berteriak kencang kala ia menarik paksa rantai-rantai itu. Plak Plak Plak ... Terdengar suara tepuk tangan di luar selnya. Drake menghentikan usahanya dan menatap lelaki tua yang entah sejak kapan lelaki itu berada di hadapannya. “Usaha yang sangat bagus. Tapi, sayang rantai itu tak akan bisa kau hancurkan.” Lelaki tua itu berjalan masuk ke dalam sel Drake. Saat itu juga Drake tersenyum menyeringai. Hingga lelaki tua itu berada satu langkah di hadapannya saat itu jugalah Drake kembali berteriak kencang. kedua matanya berubah merah dan rantai besi itu pun hancur seketika. Raeikart yang kaget dengan kekuatan Drake menjadi tidak fokus dan saat itu lah Drake melayangkan sebuah serang dengan menyemburkan api besar pada lelaki tua itu. Raeikar melompat menghindar dari kobaran api dan baru saja ia tersenyum senang karena serangan Drake tak mengenainya. Tapi, senyum itu sirna saat lelaki yang ia tahan kini tak ada lagi di ruangan itu. Drake terbang ke angkasa setelah menghancurkan atap mension itu. “DRAKEEEEE!” teriakan Raeikar menggema saat itu juga. Beberapa pengawal dan bawahannya yang mendengar suara keras itu berlarian dengan panik menemui tuan mereka. “Ada ap_” mereka tercengang melihat pemandangan di hadapannya. Ruang bawah tanah mereka telah hancur lebur dan bolong di bagian atap. “APA YANG KALIAN TUNGGU CEPAT BERSIHKAN DAN KEMBALIKAN RUANG BAWAH TANAH INI SEPERTI SEMULA. MENGERTI!!” Pekik lelaki tua itu keras. “Siap, Tuan,” ujar para bawahannya serempak. Raekart pun melangkah pergi menuju ruangannya untuk menenangkan diri setelah tahanannya berhasil kabur dan ia masih belum mendapatkan info tentang keturunan terakhir sang dewi. **** Dengan penuh luka pada tubuhnya. Lelaki itu terbang ke langit mencari Kiana. Ia harus menemukan wanita itu. “Tunggu aku. Aku akan menemukanmu, Kiana.” TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD