BAB 82

1106 Words
           “AAAAA!” sebuah teriakan mengalihkan perdebatan yang sedang berlangsung antara Daniel dan Icarus. “Suara apa itu?” tanya Daniel.            “Aku juga tidak tahu.” Kedua lelaki itu segera menatap di mana tadi mereka melihat Kiana. “Kiana!” pekik keduanya serentak saat menyadari Kiana tidak ada.            Secara bersamaan keduanya segera berlari ke dekat jurang tempat Kiana jatuh. “Kiana!” pekik keduanya sekali lagi saat melihat Kiana terjun bebas. Tanpa membuang waktu Daniel dan Icarus pun lompat untuk menyelamatkan Kiana.            Gerakan ketiganya seperti slowmotion saat dua lelaki itu menangkap Kiana. Masing-masing dari mereka memegangi tangan Kiana.            Kiana membuka kedua matanya. Raut sedih semakin terancar di wajahnya.  Bukan mereka yang ia inginkan tapi Drake. Hal ini menambah keyakinan Kiana bahwa Drake betul-betul telah meninggalkannya dan tak akan pernah kembali lagi padanya.            “Apa aku tidak apa-apa?” tanya Daniel yang sedikit cemas. Ketiganya kini sudah berada di atas jurang.            “Hiskkk ... hiskkk .... “ bukannya menjawab Kiana malah menangis seseggukkan. Daniel segera memberikan pelukan hangat pada wanita itu. “Tenanglah. Kau sudah aman. Ada kami di sini,” ujar Daniel sambil menepuk-nepuk punggung Kiana lembut berusaha menenangkan wanita itu.            Melihat kedekatan Kiana dengan Daniel membuat Icarus sedikit cemburu. “Ada apa denganku? Kenapa aku merasa kesal melihat mereka berpelukan,” batinnya.            Setelah tiga puluh menit berlalu, Kiana sudah kembali tenang dan langit juga semakin gelap. “Sebaiknya kita kembali,” ujar Icarus. Daniel dan Kiana mengangguk. ****            Terlihat seorang gadis kini terbaring tak berdaya di sebuah ranjang. Tubuh gadis itu penuh dengan ruam-ruam berwarna merah. Seorang wanita paruh baya yang sedari tadi mengawasinya juga semakin cemas.            “Kenapa mereka belum kembali,” batinnya.            “Bertahanlah sedikit lagi. Aku yakin teman-temanmu telah berada di jalan kemari,” bisik wanita itu pada gadis cantik yang terbaring lemah.            Chetarrr ...            Petir menggelegar membuat wanita paruh baya itu memekik kaget. Segera wanita itu berjalan mendekati jendela ruangan tersebut. Menatap keadaan luar ruangan yang kini hujan deras di sertai angin kencang.            “Semoga saja mereka tak terhalang hujan.”            Brak ...            Tiba-tiba pintu terdobrak cukup keras. Wanita paruh baya itu segera mengalihkan pandangannya ke arah sang pelaku yang ternyata adalah Kiana dan teman-temannya. “Kalian sudah mendapatkannya?”            “Iya. Kita mulai saja meracik ramuannya.”            “Emmm.” wanita paruh baya itu segera mengambil tumbuhan-tumbuhan itu dan mulai meracik. Kiana juga ikut mendekat bermaksud untuk membantu. Sedangkan Daniel dan Icarus duduk di tiap-tiap sisi ranjang Krein.            Icarus memegang salah satu tangan Krein. “Maafkan aku. sungguh aku tak tahu jika kau alergi udang. Aku hanya ingin bersikap baik padamu. Aku hanya ingin kau merasa nyaman di dekatku ...” lirih Icarus sedih.            Daniel pun menatap keduanya secara bergantian. “Sepertinya dia betul-betul tidak sengaja melakukan ini pada Krein,” batin Daniel.            Selang beberapa menit kemudian. Ramuan pun selesai diracik. Kiana segera meminumkan ramuan itu di mulut Krein. Namun sayangnya ramuan itu hanya mengalir di sela-sela leher wanita itu. Kiana sangat sulit meminumkan Krein obat karena Krein saat ini tidak sadar.            “Biar aku yang melakukannya,” uajr Icarus tiba-tiba dan mengambil ramuan itu cepat yang ada di tangan Kiana.            “Apa yan_ yakkk!” pertanyaan Kiana berubah menjadi pekikan keras saat tiba-tiba saja Icarus meminum ramuan obat itu lalu memberikan Krein ramuan tersebut melalui ciuman.            Kiana memekik tak percaya dengan apa yang Icarus lakukan. Tak hanya Kiana, Daniel dan wanita penjaga ruangan ikut kaget.            Setelah beberapa menit pasca pemberian ramuan tersebut. Ruam-ruam merah yang ada pada tubuh Kiana mulai memudar. Napas wanita itu juga mulai kembali teratur. Sang penjaga ruangan juga mengijikan Kiana dan teman-temanya untuk kembali ke asrama masing-masing.            Sebelum kembali ke asrama. Icarus dan Daniel mengantar Kiana dan krein pulang. Tak lupa Icarus mengendong Krein.            Kini keduanya berada di perjalanan pulang. Kiana dan Daniel berjalan berdampingan sedangkan Krein dan Icarus berada lima langkah di depan mereka.            “Icarus sangat perhatian pada, Krein.”            Kiana tersenyum dan memberi isyarat pada Daniel untuk lebih dekat padanya. “Itu karena Icarus menyukai Krein,” bisik Kiana.            “APA!” Pekik Daniel tak percaya. Kiana segera membekap mulut Daniel. “Shuttt ... diam ... nanti dia dengar. Kau jangan katakan pada siapa pun yah? karena ini adalah rahasia.”            “Baiklah.”            Tak terasa mereka pun sampai di asrama. Setelah menidurkan Krein di ranjangnya. Daniel dan Icarus pun pamit pulang. Setelah bayangan dua sahabatnya menghilang Kiana kembali ke kamar Krein. Karena dia berncana untuk tidur di kamar sahabatnya takut terjadi sesuatu pada Krein saat ia tidak ada. ****                        Bruk ...            “AUUUU ...” Ringis seorang wanita yang baru saja terjatuh dari tempat tidur. “Siapa sih yang ganggu tidur saja,” maki Krein kesal.            Krein segera mendudukkan tubuhnya dan mengintip di atas ranjangnya. “Kiana? Kenapa dia bisa ada di sini?” batin Krein bingung.            Krein segera memperhatikan sekujur tubuhnya. Karena seingat kemarin ia alergi dan ruam-ruam merah itu muncul pada sekujur tubuhnya.            “Alergiku sudah hilang ...” desah Krein lega. wanita itu kembali melirik Kiana. “Sepertinya dia tidur di sini karena mencemaskanku,” batinnya dan tersenyum.            Krein pun berdiri dan memperbaiki posisi Kiana yang acak-acakan. Menyelimutinya hingga ke d**a. “Dia pasti sangat ke lelahan.”            “Sebaiknya aku memasak.”            Krein pun berjalan ke dapur kecilnya untuk memasak. Meracik satu persatu bahan makanan yang ada. Bunyi gesekan dari pisau tajam dengan sayur mayur sedikit membuat Kiana risih. Tapi bukannya bangun wanita itu malah membalik tubuhnya.            Dalam hitungan menit Krein selesai masak. Wanita itu kini menata berbagai macam masakannya dengan rapi. Aroma yang sangat wangi dari masakan itu membuat perut Kiana berbunyi. Dengan malas wanita itu bangun.            “Kau sudah bangun? Ayo cepat makan sebelum dingin,” ujar Krein saat menyadari sahabatnya telah bangun.            “Krein kau sudah sadar! bagaimana dengan keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?” tanya Kiana cemas tak menjawab perkataan Krein. Melihat wajah cemas Kiana membuat Krein sedikit tersneyum.            “Aku baik-baik saja kau tenang saja. Cepatlah kemari dan kita makan bersama.”            “Emmm.”            Kiana pun turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Sesekali wanita itu menguap saking ngantuknya. Setelah itu keduanya pun sarapan bersama.            Setelah mencuci piring bekas makan mereka. Krein dan Kiana pun bersiap-siap berangkat ke Academic. Padahal Kiana sudah melarang Krein untuk belajar dulu. Tapi Krein tetap ngotot untuk berangkat ke Academic. Ia tak ingin bolos.            Setibanya di kelas mereka. Krein tak ingin menatap Icarus. Membuat Icarus semakin sedih.  Saat berada di kantin pun Krein tak ingin mengajak Icarus bergabung bersama mereka. Krein mengancam tak ingin makan jika ada Icarus.            Alhasil Icarus kembali menyendiri. Hanya bisa menatap Krein dari kejauhan. “Kalau seperti ini aku tidak akan pernah bisa mendapatkannya,” batin Icarus sedih. TBC  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD