BAB 68

1265 Words
           Tok tok tok            “Kiana! Apa kau sudah bangun? Hari ini kita ada latihan!” teriak Krein dari luar kamar Kiana.            Di dalam kamar, Kiana tak kunjung bangun. Tatapannya kosong dan kedua matanya benkak sehabis menangis semalaman.            “Kiana!” teriak Krein sekali lagi. Tapi wanita itu masih tak ingin bersuara. Karena sudah terlambat, akhirnya Krein pun memutuskan untuk pergi saja.            Wanita itu tiba-tiba bangun. Memeluk buku sihirnya dengan erat. “Nek ... apa yang harus aku lakukan? ... hiskkk ... hiskkk ... kini aku sendiri ... aku tidak punya siapa-siapa lagi. Drake pegi ... hiskkk ...” lagi-lagi wanita itu menangis hingga ia kembali tertidur. ****            Daniel berjalan dengan tergesa-gesa menuju kantor Academic. Saat ia membuka pintu ruangan tersebut semua penghuni pun seketika gugup seakan Danial adalah anak yang harus mereka takuti.            “Ada apa, Daniel?” tanya salah satu staf kantor.            “Aku ingin melihat daftar nama-nama siswa baru.”            “Oh.. tunggu sebentar aku ambilkan.” Daniel duduk di sebuah kursi dengan sabar. Dan dalam beberapa menit kemudian staf wanita itu kembali dengan sebuah buku tebal di tangannya.            “Ini adalah daftar siswa lama dan siswa baru.”            Lelaki itu dengan cepat memeriksa nama-nama yang ada di sana. “Apa hanya ini daftar siswa barunya?” tanya Daniel saat tak menemukan nama Kiana di dalamnya.            “Apa kau sedang mencari seseorang?”            “Iya, aku mencari siswa bernama Kiana.”            “Emmm. tunggu sebentar. Mungkin dia berada di kelas 1F.” Wanita itu kembali ke lemarinya dan mengambil daftar nama-nama siswa yang lain.            Setelah mengecek nama-nama kelas 1F lelaki itu pun tersenyum mendapati nama Kiana.” Apa kau sudah menemukan apa yang kau cari?”            “Iya, bu. Aku sudah dapat. Terima kasih, bu. Aku pergi dulu, yah.”            Daniel segera keluar dari kanto Academic. Berlari dengan denga terburu-buru menuju kelas 1F di mana ia bisa menemukan Kiana. Setibanya di kelas 1F ia tak menemukan satu siswa pun di sana. Akhirnya ia bertanya pada salah satu  siswa yang kebetulan lewat di hadapannya.            “Oh. Kelas 1F saat ini sedang latihan sihir di lapangan.”            “Oh. Terima kasih.”            Lelaki itu kembali berlari menuju lapangan dan benar  apa yang dikatakan siswa tadi. Semua  siswa kelas 1F berada di lapangan. Tapi, berkali-kali ia mencari ia tidak menemukan Kiana.            “Di mana dia. Kenapa dia tidak masuk,” batinnya. Akhinrya lelaki itu pun memutuskan untuk kembali. Mungkin besok saja ia menemui Kiana. ****            Panas sinar matahari semakin menyengat. Krein kembali mengetuk pintu kamar Kiana setelah ia pulang. Ia sedikit mencemaskan Kiana karena sejak kemarin wanita itu tak kunjung keluar.            “Kiana? Apa kau baik-baik saja? bisakah aku masuk?” wanita itu mencoba membuka tapi pintu kamar itu terkunci dari luar. lagi-lagi ia harus menelan kekecewaan Kiana tak ingin membuka pintu.            Krein menghela napas. “Aku harap kau biak-baik saja di dalam,” ujar Krein sebelum ia kembali ke kamarnya. ****            Esok harinya, Daniel kembali mencari Kiana. Ia terus memikirkan kejadian saat di taman beberapa hari yang lalu.            Tapi lagi-lagi ia tak melihat wanita itu. Jadi Daniel pun memutuskan untuk bertanya pada salah satu teman kelas Kiana.            “Aku ingin bertanya. Kiana di mana yah? kok dari kemarin aku tidak melihatnya?” tanya Daniel pada seorang wanita yang ternyata adalah Krein sahabat Kiana.            “Hari ini dia tidak masuk. Sudah dua hari dia tidak masuk.”            “Kalau boleh tahu kira-kira dia kenapa tidka masuk? Apa dia sakit?”            “Emm. Aku juga tidak tahu. Keluar dari kamar juga tidak pernah. Sejak ia berantam dengan seorang lelaki yang mungkin lelaki itu adalah pacarnya.”            “Apa jangan-jangan mereka berantam karena aku yah,” batin Daniel yang semakin cemas.            “Kalau boleh tahu kamarnya di mana yah. aku ingin mengunjunginya.”            “Kebetulan kamarnya berada di samping kamarku. Nanti kita ke sana bersama-sama. tak lama lagi jam pelajaranku selesai.”            “Emm. Baiklah. Kalau begitu aku akan menunggumu.”             Setelah dua jam menunggu akhirnya Krein pun selesai. Keduanya pun menemui Kiana bersama-sama.            “Kiana apa kau di dalam? Seorang lelaki mencarimu!” teriak Krein karena ia tak tahu siapa nama lelaki yang mencari Kiana.            Kiana yang berbaring di atas ranjang sektika bangkit saat mendengar seorang lelaki mencarinya. Sebuah senyuman terukir di wajah tirusnya.            “Drake ... apa dia kembali ...” lirihnya senang.            Dengan langkah lunglai wanita itu berjalan menuju pintu untuk mempersilahkan Drake masik. Dan saat pintu terbuka. “Drake!” pekik Kiana senang. Tapi raut wajahnya seketika berubah. Bukan wajah Drake yang ia lihat melainkan Daniel yang berdiri di hadapannya. Kiana segera menutup pintu. Tapi dengan cepat Daniel menahannya. “Biarkan kami masuk. Sepertinya kau dalam keadaan yang kurang baik.”            “Aku baik-baik saja.” jawab Kiana cepat dan berusaha menutup. Kerena saat ini tenaganya sangat lemah akhirnya pintu itu pun berhasil terbuka lebar. Krein dan Daniel berjalan masuk. “Kiana apa kau baik-baik saja?” “Aku baik-baik saja. cepatlah kalian keluar dari sini.” Walau Kiana bilang ia baik-baik saja. Tapi, di mata Daniel wanita itu sedang tidak baik-baik saja. lelaki itu segera mengenggam tangan Kiana menariknya agar Daniel bisa menatapnya. Kedua mata mereka bertemu.             Daniel pun meletakkan telapak tangannya di dahi Kiana. Sangat panas. “Sepertinya kamu demam.”            “Aku baik-baik saja,” ujar Kiana cepat dan menepis tangan Daniel yang ada di dahinya. Baru saja Kiana ingin melangkah menjauh. Pandangannya tiba-tiba mengabur. Ia hampir saja terjatuh untungnya Daniel dan Krein dengan singgap menangkapnya.            “Sepertinya kau benar-benar demam, Kiana,” ujar Krein cemas. Keduanya pun membawa Kiana untuk berbaring di ranjang.            “Aku baik-baik saja ...” ujar Kiana lemah dan masih berusaha membuat keduanya untuk pergi.            “Kami akan pergi setelah aku sehat.”            “Aku masak bubur dulu,” ujar Krein dan berjalan menuju lemari Kiana. Saat membukanya ia melogo kareran tak menemukan bahan makanan di dalamnya.            “Apa tiga hari ini kau tidak makan?” tanya Krein tapi Kiana hanya diam tak menjawab.            “Sepertinya kau benar-benar ingin mati. Yah.”            Krein menghela napas. “Aku pergi beli bahan makanan dulu.”            Krein pun meninggalkan Kiana dan Daniel berdua di kamarnya. Wanita itu masih tak ingin melihat Daniel ia mengalihkan pandangannya ke arah kira.            “Aku minta maaf.” Kiana masih tak bergemin.            “Aku tahu ini salahku. Sepertinya hubungan kalian berakhir karena diriku.”            “Itu bukan salahmu. Sejak dulu kami memang tak punya hubungan apa-apa. Dia hanya menganggapku sebagai murid tak lebih. Padahal aku menyukainya. Tapi ia tak pernah mengerti dengan perasaanku. ”            “Kau tidak perlu merasa bersalah. Ini ... ini semua karena salah ku ... hiskkk ... hiskkk ... hiskk.”            “Aku yang membuatnya pergi ... hiskkk ... aku telah membuatnya kecewa ... hiskkk ... hiskkk ...” Kiana pun menangis tersedu-sedu saat mengingat kembali perpisahannya dengan Drake.            Tak tega melihat wanita itu menangis Daniel segera menarik tubuh kurusnya dan memeluk wanita itu erat. Menepuk-nepuk punggu wanita itu untuk menengangkannya.            “Padahal dia sudah berjanji tak akan meninggalkanku ... ia juga penah berjanji bahwa dia akan selalu menjaga dan melindunginya. Hinkkk ... hiskkk ...”            “Aku telah membuatnya kecewa ... hiskk ... aku membuatnya terluka ... hiskkk ...”            “Sudah ...jangan menangis lagi ... mungkin inilah yang terbaik untuk kalian berdua. Dan mulai sekarang biarkanlah aku yang mengantikan posisinya. Biarkan aku yang menjanga dan merawatmu mulai sekarang.            Daniel menunggu jawaban Kiana. Tapi wanita itu tak bersuara. Daniel melepas pelukannya dan mendapati Kiana tengah tertidur pulas. Daniel membaringkan tubuh kurus Kiana. Mengahpus jejak-jejak air mata wanita itu lembut dan tersenyum sejenak sebelum sebuah kecupan mendarat di dahi Kiana. “Biarkan aku yang berada di sisimu mulai sekarang.” TBC                                                                       
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD