BAB 67

1120 Words
             Drake duduk diam di dalam kamar. Masih setia menunggu sang pemilik kamar yang tak kunjung kembali. “Dia ke mana sih. Lama sekali perginya,” desahnya kesal. Lelaki itu segera melangkah menuju buku-buku pelajaran Kiana. Membacanya hingga beberapa menit kemudian ia kembali bosan.               Lelaki itu bebaring di atas kasur lalu menatap langit-langit kamar. “Ahhh. Aku harus ngapain yah untuk menghilangkan kebosananku ...”              Cetarrr ....              Petir menyambar membuat lelaki itu kaget. Segera ia bakit dari tidurnya menatap ke arah keluar melalui jendela. Hujan deras kini mengguyur Kota Karion dan wanita yang sedari tadi ia tunggu tak kunjung kembali.              “Dia kenapa belum kembali ...” betinnya yang muali cemas.              Tok tok tokkk              “Kiana apa kau di dalam!” sebuah pekikan yang sangat familiar membuat Drake sedikit kaget. Suara itu murip dengan suara sahabat baru Kiana yang bernama Krein. Lelaki itu mengintip dan sesuai dugaan Krein berada di depan pintunya.              “Bukankah tadi Kiana bilang dia keluar bersama Krein? Tapi kenapa sahabatnya ada di luar? di mana Kiana sebenarnya.”              Lelaki itu mulai panik hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar dan bertemu langsung dengan Krein untuk mempertanyakan keberadaan Kiana.              Krein sejenak terpesona dengan ketampanan Drake saat pertama kali melihat. Hingga beberapa detik kemudian barulah ia mengalihkan pandangan saat lelaki yang baru ia lihat itu melambaika tangan ke hadapannya.              “Kau ... siapa?” tanya Krein bingung mendapati Drake yang membukakan pintu bukan Kiana.              “Aku sahabatnya Kiana. Aku hanya menumpang sejenak di sini,” ujar Drake.              “Oh. Kalau boleh tahu, apa Kiana ada di dalam?”              “Kau mencari Kiana? Bukankah tadi kau pergi bersama dengannya?” tanya Drake bingung.              “Keluar bersama? Dari tadi aku berada di kamarku. Aku tak pernah keluar seharian ini.”              Ctaeeeeerrrr ...              Petir kembali menyambar saat itu juga. Jantungnya mulai berpacu sangat kencang. Ia mulai sangat cemas dan takut. Ia tak ingin terjadi sesuatu pada Kiana. Ingatannya kembali saat Kiana keluar. Kalau tidak salah ia melihat raut kesedihan di wajah Kiana tadi. Tapi, ia tak tahu kenapa wanita itu sedih. apa yang membuat Kiana sedih? sebuah pertanyaan yang terlintas di otaknya dan tak bisa ia jawab.              “Hari ini hujan sangat dera_”              “Aku harus mencari Kiana!” pekik Drake cepat tak memperdulikan ucapan Krein. Lelaki itu berlalu begitu saja meninggalkan Krein.              “Heiii. Kau mau ke mana?” terak Krein. Namun lelaki itu tak mendengar dan tetap berjalan menjauh.              Lelaki itu terus mencari dan mengelilingi Academic. “Kiana! Kiana! Kau di mana?” teriak Drake namun tak ada yang menjawab pangilannya.              Beberapa orang yang melihat Drake berteriak hanya menatap lelaki itu acuh tak acuh. Tak ada yang peduli dengannya.              “Apa kau melihat wanita jelek memakai baju pink?” tanya Drake pada salah satu siswa. Tapi satu pun tak ada yang tahu.              Drake terus mencari, tak perduli dengan pakaiannya yang basah dan kotor saat ini. beberapa siswa sempat memintanya untuk berteduh sebelum kembali mencari. Tapi lelaki itu tak mau dan masih bersikeras untuk mencari. Ia sangat mencemaskan Kiana.              Hingga akhirnya saat ia berada di taman. Ia mendapati wanita yang ia cari tengah berpelukan dengan lelaki lain. Padahal ia sudah melarangnya untuk tidak dekat dengan lelaki mana pun. Raut wajah lelaki itu seketika berubah. Ia sangat marah. Percuma ia mencemaskan Kiana wanita itu malah enak-enakan berduaan dengan lelaki lain.              “Kiana!”              Petir menyambar kala wanita itu berbalik menatap Drake. “Drake ...” lirih Kiana kaget. Ia tak menyangka ia kedapatan berpelukan dengan lelaki lain seakan-akan ia telah selingkuh.              Melihat genggaman tangan Kiana pada Daniel membuat Drake semakin tersulut emosi dan sangat kecewa.              “Aku kecewa padamu ...” lelaki itu pun berjalan pergi meninggalkan Kiana.              “Drake!” Kiana berteriak memanggil lelaki itu tapi Drake tak kunjung berhenti.              “Maafkan Aku. Aku harus pergi,” ujar Kiana pada Daniel dan segera melepas genggamannya dan berlari mengejar Drake. Daniel hanya bisa terdiam saat melihat Kiana mengejar Drake. Ia sedikit cemburu. Tapi apalah daya dia bukan siapa-siapa di hanyalah kenalan Kiana dan tak lebih dari itu. ***              “Drake! tunggu aku!” pekik Kiana yang berusaha mengejar. Tapi lelaki itu seakan menulikan pendengarannya. Hingga akhirnya keduanya tiba di kamar kecil mereka. Di depan pintu sudah ada Krein yang sedari tadi menunggu.              “Kiana. Apa yang terja_” perkataan Krein terpotong saat Drake hanya melewatinya begitupun dengan Kiana. Tak ada yang peduli dengannya. Akhirnya wanita itu pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Memberikan Drake dan Kiana waktu untuk menyelesaikan masalah mereka.              Di dalam kamar. Drake menatap Kiana dengan wajah yang menakutkan. Nyali Kiana menciut baru kali ini ia melihat Drake semarah ini padanya.              “Drake ...” lirihnya. Katukannya membuatnya tak bisa berkata-kata hanya bisa menyebut nama lelaki itu dengan suara yang lirih. Ia tahu ia telah melakukan kesalah. Ia melanggar janjinya untuk tidak berdekatan dengan lelaki mana pun dan hal itu ia langgar begut saja.              “Sudah aku bilangkan jangan berdekatan dengan lelaki mana pun!”              “Maafkan aku. Sungguh aku tidak sengaja. Aku hanya spontan memeluknya.”              “Ha? Maaf? Setiap kali kau berbuat kesalahan aku terus memaafkanmu. Tapi apa yang kau lakukan? Kau terus melakukan kesalah yang  sama. Kau selalu mengingkar janji dan kau membuatku sangat kecewa.”              Kiana hanya bisa menunduk mendengarakan perkataan Drake. “Maafkan aku ...” hanya kalimat itu yang bisa katakan.              “Aku menyesal merawatmu ... sepertinya apa yang aku katakan tak pernah kau dengarkan. Kau hanya menganggap semua perkataan dan peringatanku sebagai angin lalu.” tubuh Kiana membeku saat itu juga. Drake menyesal merawatnya.              Drake tiba-tiba saja mengeluarkan buku sihir yang selama ia simpang pada tubuhnya. “Aku kembalika buku ini padamu. Mulai sekarang hidulah seperti apa yang kau inginkan. Aku tidak akan pernah mengurusimu lagi dan tak akan melarang apa pun yang kau mau. Dan mulai saat ini kita berpisah. aku akan kembali ke kampung halamanku.”              Air mata wanita itu pun kembali jatuh. “Selamat tinggal. Dan semoga kau bisa hidup bahagia tanpaku,” ujar Drake dan berjalan keluar dari kamar.              Sebuah tangan tiba-tiba mengenggap ujung baju lelaki itu. Drake berbalik menatap Kiana yang masih menunduk dengan air mata yang mengalir. Menunggu apa yang akan wanita itu sampaikan padanya.              “Jangan pergi ...” sebuah kalimat yang ingin ia sampaikan pada lelaki itu. Tapi mulutnya seakan terkunci dan tak bisa besuara.              Pada akhirnya lelaki itu pun melepas tangan Kiana dan berjalan pergi. Meninggalkan Kiana seorang diri di kamar yang sunyi dan dingin itu.              Tubuhnya wanita itu pun terjatuh dan terududuk di lantai yang dingin. Menangis sejadi-jadinya di temanni dengan derasnya air hujan yang turun ke bumi saat itu.              Satu-satunya orang yang ada di sisinya telah pergi. Kini ia sendiri ia tidak punya siapa-siapa lagi untuk mengadu dan bercanda gurau.              “Hisskkk ... hisskkkk ... jangan pergi ... Drake ...” TBC                                                                                      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD