BAB 62

1080 Words
             Dan saat Drake berbalik saat itulah wajahnya berubah menjadi merah padam. Wanita yang ia bilang imut beberapa saat yang lalu kini menjadi wanita yang super udik dengan air liur yang mengalir di bibir Kiana dan membasahi pakaian hingga masuk ke kulit bahunya. Wajah jelek Kiana kini semakin jeleek saat ini.  Tak ada imutnya sama sekali.              “Ieuuuu ... “ tanpa ada rasa kasihan sama sekali Drake segera mendorong Kiana hingga wanita itu berbaring di ranjang.              “Gadis jelekk ini ... benar-benar membuatku naik darah ...” maki Drake. Untungnya Kiana tidur sangat nyenyak sehingga ia tak mendengar makian dan sumpah serapah Drake. Jika ia mendengar Kiana pasti akan marah dan memukuli Drake.              “Aiiisss ... air lirunya banyak lagi ... mana bau lagi ...” lelaki itu pun berjalan menuju kamar mandi sambil masih mengerutu. Hingga Drake selesai membersihkan bahunya lelaki itu masih saja mengerutu.              Setibanya Drake di dekat ranjang. Rasa iba kembali merasuk di hatinya melihat tampang Kiana saat ini yang tidur dengan tak beraturan dengan kaki yang menjuntai turun ke ranjang dan kepalanya tak memakai bantal. Rambut wanita itu juga acak-acakan.              Drake menghela napas. Sebelum akhirnya ia berjalan mendekat dan memperbaiki posisi Kiana. Tak hanya itu lelaki itu juga menyelimuti Kiana hingga sebatas d**a.              Lelaki itu duduk di atas ranjang samping Kiana. Lama lelaki itu memperhatikan Kiana hingga tak terasa hari mulai gelap. “Sebaiknya kau mencari makan, sebelum ia bengun,” batin Drake yang menatap jendela kamar Kiana yang memperlihatkan  kegelapan.              Wajah lelaki itu pun mendekat. “Tidur yang nyenyak yah, chuu ...” bisik Drake lalu mengecup dahi Kiana dengan lembut setelah itu ia pun keluar untuk mencari makan. ****            Aroma masakan yang sangat mengunggah selera membangunkan Kiana yang tertidur pulas di ranjangnya. Tak jauh dari ranjang Kiana, Drake duduk di sebuah kursi yang ada di ruang makan Kiana yang sangat kecil sehingga berbalik sedikit saja ia bisa melihat dapurnya.              Lelaki itu tersenyum-senyum melihat masakannya yang telah ia tata rapi di atas meja. Ia tak sabar melihat reaksi Kiana saat ia bangun. “Semoga saja perasaannya sudah membaik saat ia bangun,” batinnya.              “Eungg.” Terdengar suara lenguahan dari bibir manis Kiana yang masih betah dengan tidurnya. Drake pun mendekat lalu menguncang sedikit tubuh Kiana untuk membangunkannya.              “Kiana ... bangunlah cepat. Kau harus makan sebelum tidur,” bisik Drake. Namun bukannya bangun wanita itu malah membalikkan tubuhnya tak memperdulikan Drake.              “Susah benar dibangunkan ...” wajah lelaki itu terlihat sangat kesal setelah diabaikan.              “Sabar ... sabar ... ingatlah dia hanyalah anak kecil yang kini beranjak dewasa ...” bisik Drake pada dirinya sendiri berusaha untuk menenangkannya. Tetap mengingatkan dirinya bahwa Kiana masih kecil dan masih dalam proses pendewasaan. Pikiran Kiana saat ini masih labil  jadi ia harus tetap bisa menjaga perasaan wanita itu agar tidak marah lagi.              Setelah tiga puluh menit kemudian, Kiana akhinya bangun dari tidur nyenyaknya. “Ada apa sih? Ganggu saja ...” lirih Kiana khas orang yang baru bangun sambil selah satu tangannya mengucek-ucek matanya berusaha untuk menyadarkannya.              “Maaf ...aku hanya ingin kau pergi makan. Aku sudah memasak untukmu.”              “Ohh. Benarkah? Terima kasih ... kau baik sekali. Kebetulan aku sangat lapar. He he he ...” Kiana pun tersenyum lalu mulai beranjak turun dari ranjang menuju meja makan.              Tapi, saat ia berdiri kekuatan kakinya sangat lemah dan membuatnya tak bisa berdiri alhasil Kiana hampir saja jatuh. Untungnya Drake dengan singgap menangkap kurus tubuh Kiana.              “Ada apa? apa kau baik-baik saja?” tanya Drake penuh kecemasan di wajahnya.              “Tidak apa-apa. Aku hanya merasa sangat lelah sehingga berjalan pun sangat sulit bagiku ...” lirih Kiana. “Ini pasti karena membersihkan kamar ini tadi ...” lanjutnya.              Lelaki itu pun segera membantu Kiana untuk berbaring di ranjang. “Tetaplah di sini. Biar aku yang mengambilkanmu makanan.”              Dengan penuh perhatian lelaki itu mengambilkan Kiana makanan yang ia sudah ia siapkan tadi. Tak hanya itu, Drake juga menyuapi Kiana dengan teletan dan penuh kasih sayang. Kini Drake terlihat seperti seorang ayah yang menyuapi anaknya.              “Mengenai kekuatanmu. Aku minta maaf. Aku tak bermaksud untuk merahasiakannya. Aku hanya tak tahu bagaimana aku harus mengatakan padamu. Aku ...”              “Sudah ... tidak usah dibahas lagi. Aku sudah tak marah lagi, kok. Aku tahu kau lakukan ini semua karena memikirkanku. Kau tak ingin menyakiti persaanku hingga kau merahasiakannya,” ujar Kiana yang memotong perkataan Drake.              Seketika hati lelaki itu plong setelah mendengar pengakuan Kiana. “Syukurlah dia tidak marah lagi. Padahal aku tak mengatakannya kerena aku lupa ... ha ha ha. Untungnya dia memiliki pikiran yang lain,” batin Drake lega.              “Bisakah kau memberiku daging? Dari tadi kau hanya menyuapiku nasi tak ada lauknya,” protes Kiana.              “Ahhh. Maaf ...” dengan sabar lelaki itu kembali menyapi Kiana hingga wanita itu kenyang.              “Ngomong-ngomong kau dapat daging dari mana?” tanya Kiana tiba-tiba membuat Drake sedikit gugup.              “Itu ... Itu ... aku tadi tak sengaja menemukan uang saat aku berkeliling Academic. he he he ...” ujar Drake sambil tertawa canggung.              “Ohhh ..”              “Kau tidak makan?”              “Nanti saja. Tadi kau bilang kakimu sakit. Sini aku urut biar cepat sembuh.” Dengan cepat Kiana pun mengulurkan kakinya dengan perasaan senang.              “Baru aku sadari. Dia lelaki yang sangat baik,” puji Kiana dalam hati sambil tersenyum-senyum melihat Drake.              Menatap wajah gembira Kiana membuat Drake ikut senang. “Semoga saja dia tidak marah jika tahu kalau makanan yang aku masak tadi dari uang simpanan kita,” batinnya.              Tok tok tokk              “Kiana! Apa kau di dalam?” sebuah pekikan keras dari luar kamarnya membuat Kiana dan Drake kaget dan panik.              “Sembunyi ... kau tidak boleh dilihat siapa pun. Kau harus sembunyi.” Bisik Kiana cepat. Keduanya mondar-mandir dalam kamar tersebut mencari tempat persembuyian.              “Aku sembunyi di mana?”              “Yahh. Di mana pun kau mau.”              “Tapi aku tak punya ide sama sekali di mana aku harus bersembunyi.”              “Aiisisss. Kau ini sangat menyebalkan. Kau tinggal ubah dirimu menjadi naga kecl lalu kau bisa bersembuyi di bawah ranjang.”              “Oh. Iya  juga. Maaf aku lupa ... he he he ...”              “Kiana! Apa kau di dalam! aku masuk yah!” pekik wanita yang ada di luar kamar. Kedua mata Kiana dan Drake pun membulat sempurnah saat mendengar wanita yang ada di luar mulai ngotot untuk masuk. Dan tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka dan seorang wanita canitik muncul dari balik pintu.              “Krein!” TBC                                                                       
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD