BAB 33

1071 Words
           Kiana pun memeluk erat tubuh lelaki yang saat ini jantungnya berhenti berdatak. Seharian ia berusaha menyelamatkan Drake tapi ia tak bisa. Ia tak tahu kenapa sihir penyembuhnya tak berfungsi sama sekali.            “Apa jangan-jangan karena aku panik jadi kekuatanku tak bisa beraksi ...” lirihnya. Kiana pun memperbaiki posisi duduknya menatap Drake yang tubuhnya telah mengelap akibat racun yang ia makan kemarin.            “Nenek ... aku mohon jangan ambil dia. Biarkan dia tetap bersamaku ...” lirihnya.            Wanita itu pun segera menghapus air matanya. Mengambil napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan. Berusaha untuk tetap tenang dan rileks. Ia tak boleh menyerah begitu saja. “Aku harus bisa.” Wanita itu pun menutup kedua matanya. Menenangkan pikirannya dan berusaha fokus pada hembusan angin yang ada di sekitarnya. “O Cealum Et Terra. O Salutaris Et Salutis Auctor. Sana Quod Volo. (Wahai langit dan bumi, wahai penyembuh dan pemberi kesehatan, sembuhkanlah yang aku hendaki). Cahaya putih pun keluar dan mengerubuni wanita itu dan memberikan rasa hangat pada tubuhnya. Lalu cahaya itu menjalar ke tubuh Drake. Saat itu lah tubuh yang kaku dan dingin itu seketika mulai menampakan warnah cerah. Kiana membuka kedua matanya. “Apa aku berhasil ...” lirihnya. Kiana kembali meletakkan kepalanya di d**a Drake. “Tidak ... hsikkk ini tidak mungkin ...” air matanya kembali mengalir saat jantung lelaki itu masih tak berdetak. “Hsikkkk .... hsikkk ... hiskkk ...” wanita itu menangis sejadi-jadinya. Ia terlambat dan sekarang ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Ia telah membunuh Drake. “Hiskk ... maafkan aku ...  aku tak bisa menyelamatkanmu ... hiskk ...” lirihnya masih memeluk dan meletakkan kepalanya di d**a Drake. Tanpa Kiana sadari salah satu jari lelaki itu bergerak walau begitu jantungnya masih belum berdetak sehingga Kiana menganggap lelaki itu telah meninggal. “Hiskkk ... sepertinya aku harus membuat kuburan untuknya ... hiskkk ... hiskkk ....” Wanita itu pun meninggalkan Drake yang masih tak sadarkan diri untuk mencari tempat yang cocok untuk pemakaman lelaki itu. “Sepertinya ini tempat yang cocok untuknya ...” lirihnya. Segera wanita itu menggali tanah hingga tiga meter dalamnya menggunakan bahan kayu seadanya. Wanita itu membutuhkan waktu sekitar enam jam untuk menggali sedalam tiga meter. “Sepertinya ini sudah cukup,” kata Kiana sambil menepuk-nepuk kedua tangannya yang kotor. Kiana mendekati Drake menatapnya dengan tatapan merasa bersalah, sendu, dan sedih. Tapi, mau bagaimana lagi lelaki itu sudah tidak ada. Ia telah meninggal. Jadi, ia harus menguburnya dan mendoakannya. Segera wanita itu menarik Drake menuju tempat peritirahatannya. Ia menariknya cukup kasar membiarkan tubuh lelaki itu bergesekan dengan tanah dan kepalanya terantuk-antuk batu yang ia lalui. “Kenapa rasanya tubuhku sekit, yah?” batin Drake yang masih belum sadar dengan apa yang di lakukan muridnya. “Argkkk ... rasanya ada batu yang memukul kepalaku,” kata lelaki itu pada dirinya sendiri saat batu terbentur di kepalanya. Walau begitu lelaki itu masih betah dengan tidurnya. Matanya masih berat untuk terbuka dan tubuhnya masih kaku untuk bergerak sedikit pun. Kiana menatap sedih lelaki yang kini telah berada di lubang peristirahatannya. “ Maafkan aku. aku terlalu lemah untuk bisa menyelamatkanmu. Walaupun kau sangat m***m dan tak peka tapi aku sangat menghargaimu. Kau selalu membantuku dan menolongku jika aku mendapat masalah. Sekali lagi maafkan aku dan terima kasih untuk semua yang telah engkau lakukan padaku ...” lirih Kiana. “Kenapa suara wanita terdengar sedih sekali, bukankah dia sudah berhasil menyelamatkanku?” batin Drake yang masih belum menyadari keadannya. Wanita itu pun mulai mengubur Drake dengan tanah. “Semoga kau tenang di alam sana ...” “What! Alam sana? Jangan bilang wanita itu mengira aku sudah mati,” batin lelaki itu saat mendengar kata wanita itu. lelaki itu berusaha menggerakan tubuhnya yang sedikit kaku. Pergerakan lelaki itu sempat dilihat Kiana. “Apa hanya perasaanku saja yah,” walau begitu wanita itu tetap melanjutkan untuk mengubuh lelaki itu. Tanah itu telah menutupi seluruh tubuh lelaki itu, sisa kepalanya saja yang belum dikubur. “Hiskkk ... hiskkk ...” menatap wajah damai lelaki itu membuat air matanya kembali mengalir. “Maafkan aku ...” lirihnya dan melempar tanha ke wajah Drake. “Gadis bodoh !!” pekik Drake marah saat itu juga dan kedua mata lelaki itu membulat membuat Kiana menjerit ketakutan. “HANTUUUUUU!!!” Jeritnya takut. Wanita itu segera turun ke kuburan itu dan memginjak-injak wajah Drake karena mengira lelaki itu sudah menjadi hantu di siang bolong. “MATI KAU HANTUUUU ... JANGAN MENYAMAR SEBAGAI LELAKI m***m INI ... DASAR HANTU SIALANN ....” “YAKKK!! “ “BERANI SEKALI KAU MENERIAKIKU !!” Pekik Kiana marah tetap menginjak-injak wajah lelaki itu hingga memar di mana-mana. “Bisakah kau tenang ... aku belum mati ...” lirih lelaki itu menahat sakit pada wajahnya yang diinjak-injak oleh muridnya sendiri. Wanita itu menghentikan injakannya. Berjongkok lalu jari telunjuknya menyentuh wajah Drake.”Kau belum mati, yah?” tanya wanita itu polos. “ENAK SAJA DI BILANG MATI. AKU MASIH HIDUP TAUUUU!” pekik lelaki itu marah. Dengan rasa bersalah wanita itu pun meminta maaf atas kecerobohannya. “Maafkan aku. Aku kira kamu sudah mati ...” lirihnya. Wanita itu pun membantu Drake keluar dari liang kubur yang sempat menjadi peristirahatan lelaki itu. “NANTI KALA AKU SUDAH BISA BERGERAK AKU AKAN MENG_” Belum selesai lelaki itu memarahi Kiana lelaki itu menghentikan ucapannya saat tiba-tiba Kiana memeluknya erat. “Hiskkk ... hiskkk syukurlah kau kembali ... hiskkk aku kira aku akan sendiri dan tak bisa bersamamu lagi ... hiskkk aku sangat ketakutan saat kau berhenti bernapas  ... hskkk ... hiskkk ...” Drake membalas pelukan wanita itu. Salah satu tangannya terangkat untuk menepuk-nepuk pelan tubuh Kiana yang bergetar dan menangis berusaha untuk menenangkannya. “Sudah jangan nangis lagi. Aku kan sudah janji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu ...” kata Drake pelan. “Tapi ... tadi jantung mu berhenti berdetak ... hiskk aku kira kau telah meninggal. Aku sangat takut dan merasa sangat bersalah karena tak bisa menyelamatkanmu ....” “Tapi, pada akhirnya kau berhasil kan. Jadi kau tidak usah cemas atau pun takut lagi. Mungkin latihan ini sangat berat dan membuatmu takut. Tapi, kau telah berhasil dan aku nyatakan kau lulus pada latihan ini. Besok kamu harus latihan lagi dengan giat setelah itu lusa kita pergi ke kota untuk menyelamatkan orang-orang yang membutuhkan lalu meminta imbalan sehingga kita tak terlunta-lunta lagi sebagaimana yang kau inginkan.” “Emmmm. Dan terima kasih kau telah kembali.” TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD