BAB 60

1093 Words
             Semua mata tertuju pada Kiana. Menunggu seberapa kuatkah kekuatan yang wanita itu bisa keluarkan. Drake yang sedari tadi berada di dalam tas Kiana menjadi sangat cemas. Ada rahasia yang belum pernah ia katakan. Karena sibuk mencari uang ia lupa memberitahukan Kiana tentang kekuatannya saat ini. Sedangkan Kiana terenyum senang apa lagi saat mendengar beberapa orang takjub dengan cahaya yang ia keluarkan.              “Tiga ...”              Wanita itu pun menembakkan sihir apinya ke arah boneka jerama yang jauh di hadapnnya dengan penuh percaya diri.              Piuuuuuupppp              “Hee?” saat itu juga tubuh wanita itu membeku saat mendengar suara yang mirip bunyi kentut dari telapak tangannya.               “Ha ha ha ha ...” saat itu juga lah gelak tawa membahana di lapangan luas itu melihat Kiana. Mendengar gelak tawa di sekitarnya membuat Kiana semakin malu dan wajahnya pun merah padam.              “Ha ha ha .. aku tak menyangka dia sangat lemah ... ha ha ha ...” ejek salah satu siswa baru mengejek lalu di susul dengan siswa yang lain. Bahkan siswa kelas dua dan tiga yang menyempatkan diri untuk melihat-lihat pun ikut tertawa terbahak-bahak.              Tak hanya siswa para guru dan penita pun tertawa melihat Kiana. “Ha ha ha  sudah ... sudah ... “ ujar sang penita berusaha menghentikan kericuhan yang buat oleh Kiana. Para siswa pun menghentikna gelak tawa mereka. Walau masih ada satu hingga dua siswa yang sesekali tertawa. Kaian menundukkan kepalanya sedih. Ia tak menyangka akan seperti ini.              “Usaha yang bagus Kiana. Kau berada di kelas 1F,” Ujar sang penitia.              Salah satu murid yang menghampri Kiana dan membawanya kembali ke tempat semula. Dia adalah wanita yang juga mendapatkan nilai yang buruk.              “Jangan terlalu sedih. Masih ada aku ... kita berada di kelas yang sama.” wanita itu berusaha menyemangati Kiana.              “Aku tak menyangka hasilnya akan seperti ini ...” lirih Kiana.              “Sudah ... tidak usah dipikirkan lagi. Bersemangatlah ... suatu saat nanti kita pasti bisa melampaui mereka semua...”              Setelah beberapa kali memberikan semangat akhirnya Kiana mulai bersemangat. “Apa yang dikatakannya benar. Masih ada waktu untuk menunjukkan kemampuanku yang sebenarnya,” batin Kiana. Wanita itu berjanji dalam hati bahwa suatu saat nanti dia pasti akan membuat teman-temannya terkejut dengan kemampuan sihirnya.              “Emmm. Terima kasih telah menyemangatiku.”              “Sama-sama. Ngomong-ngomong perkenalkan namaku Krein.” Wanita itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Kiana.              “Namaku Kiana.” Kiana pun menjabat tangan wanita itu dan keduanya pun saling melemparkan senyuman.              “Semonga kita bisa berteman selamanya.”              “Emmm. Aku juga berharap seperti itu. He he he ...” ****              Setelah tes penerimaan selesai, para siswa baru pun mulai membubarkan diri di lapangan menuju asrama tempat mereka tinggal. Masing-masing siswa mendapatkan satu kamar khusus bahkan kelas 1F pun mendapatkan kamar walau tak semewah kelas 1S.              Kini Kiana dan Krein berdiri tepat di depan pintu kamar mereka. Kamar mereka saling berdampingan. “Untungnya kita tetanggaan. Jadi kita mudah untuk saling bertemu.”              “Emm. Aku juga senang.”              “Kalau begitu aku masuk dulu yah.”              “Kira-kira bagaimana yah tampilan kamarku,” batin Kiana yang antusias. Ia berharap kamarnya sangat nyaman dan aman untuk ditempati.              Kreatttt              Dengan tangan kurusnya Kiana pun mengeluarkan sedikit tenaganya untuk membuka pintu berbahan kayu tersebut. Dan saat itulah Kiana menganga tak percaya dengan apa yang ia lihat.              Yang pertama kali wanita itu lihat adalah sarang laba-laba yang memenuhi kamarnya. Tak hanya itu dinding-dinging kamarnya pun penuh dengan coret-coretan. Beberapa kecowa berlalu lalang di sekitarnya bahkan ia sempat melihat tikus saat ia pertama kali membuka pintu sungguh tak layak untuk ditempatti.              “Apa aku sedang bermimpi buruk,” batin Kiana yang masih tak percaya. Akankah ia tinggal di kamar yang sangat buruk dan jelek ini? Sungguh membuatnya naik darah. Lebih baik jika ia tinggal di hutan kalau begini.              “Drake ... apa kau bisa membantuku mengubah kamar ini menjadi layak ditempati?” tanya Kiana. Namun tak ada jawaban. Wanita itu pun segera mengecek tasnya dan mendapati Drake kini tertidur pulas.              “Yahhh. Dia enak-enakan tidur.” Dengan wajah kesal wanita itu pun meletakkan tasnya di salah satu meja yang ada di kamar tersebut.              “AAAAAA!”              Terdengar suara teriakan dari kamar sebelah membuat Kiana kaget dan segera keluar dari kamarnya dan menemui Krein. “Ada apa Krein! Apa kau tidak apa-apa?” kiana pun masuk ke kamar temannya. Saat itu juga ia melihat Krein tengah berdiri di atas ranjang dengan wajah ketakutan. “Ada apa?” “Ituuuu ...” wanita itu menunjuk beberapa kecoa yang berlalu lalang di bawah ranjang membuatnya bergidik ngeri. “Ohhh. Ternyata kecoa aku kira kau kenapa-napa.” “Kau tidak takut?” “Tidak. Untuk apa takut.” “Kalau begitu bantu aku menyingkirkannya.” Wanita itu memohon pada Kiana. Jadi mau tidak mau wanita itu menurut dan dengan percaya diri Kiana pun membunuh satu persatu para kumpulan kecoa tersebut. Sesekali Krein bergidik melihat Kiana yang sangat berani membunuh kecoa tersebut. Setelah menyingkirkan semua kecoa keduanya pun duduk bersama di atas ranjang. Kiana memperhatikan kamar temannya. “Hampir mirip dengan kamarku,” batinnya.  “Aku tidak bisa tinggal di sini. kamar ini sanga tidak layak untuk ditempati.” “Kau benar. Kamar ini sangat buruk.” “Apakah sebaiknya kita pergi melapor untuk perpindahan kamar?” “Aku setuju.” “Baiklah ayo kita menemui pengurus Academic.” “Emmm.” keduanya pun keluar dari kamar mencari pengurus Academic. ****              Tak lama kemudian kedua wanita itu pun kembali. Keduanya masuk ke kamar Kiana dengan wajah lesu. Setelah berbicara dengan pengurus Academic. Mereka tak dibolehkan pinda kamar kecuali mereka bisa meningkatkan kemampuan mereka.              Keduanya saling diam-diaman cukup lama. Hingga akhirnya Kiana memiliki sebuah ide. “Bagaimana jika kita merenovasi kamar kita?”              “Ehhh. Benar juga. Kita bisa merenovasinya menjadi kamar yang cantik dan layak dipakai.”              “Yukkk .. kita bersih-bersih sekarang.”              “Yukk!”              Keduanya pun mulai merenovasi kamar mereka. Keduanya saling membantu dalam hal merenovasi. Drake yang sedari tadi tertidur di dalam tas Kiana mulai terusik akibat bunyi-bunyi barang yang Kiana dan Krein lakukan.              “Dia sedang melakukan apa sih. Sangat berisik dan menganggu,” rutuk Drake dalam hati.              Masih dalam keadaan setengah sadar lelaki itu pun mengintip keluar dan melihat apa yang Kiana lakukan. Saat itu juga lah ia melihat Kiana sedang membersihkan kamar bersama dengan seorang wanita yang tak dikenalnya.              “Siapa wanita itu?” tanya Drake pada dirinya sendiri.              Namun, ada sedikit kelegaa melihat keduanya. “Untungnya wanita. Jika laki-laki aku pasti akan menghukumnya,” sambungnya lagi. Akhirnya lelaki itu pun kembali tidur membiarkan Kiana bersama dengan teman barunya. TBC                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD