BAB 59

1644 Words
             Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Tiga bulan telah berlalu. Kiana dan Drake telah melalu hari-harinya dengan penuh rintangan dan akhirnya mereka pun dapat membayar uang pendaftaran masuk dengan jerih payah mereka berdua.              Dan sesuai janji Kiana pada Drake. wanita itu tak pernah lagi bertemu dengan Daniel dan teman-temannya. keduanya sibuk menjalankan misi dan berusaha untuk mendapatkan uang yang banyak.              Kini Kiana menatap bangunan kokoh dan tinggi di hadapannya. “Akhinrya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba,” gumamnya pelan.              “Ingat ... kau tidak boleh menonjol di Academic ini. Mengerti!” kata Drake yang memperingai Kiana yang ada di dalam tas wanita itu.              “Kau tenang saja. Aku tidak akan menonjol dan tak akan berdekatan dengan lelaki manapun.”              “Baiklah ... cepatlah masuk. Jangan sampai kau terlambat pada tes penerimaan.”              “Emmm.”              “Yosss. Inilah saatnya!” pekik Kiana senang dan mulai berjalan memasuki gerbang Academic. ****              Kiana masuk ke dalam Academic dengan percaya diri dan tak perduli beberapa siswa kini tengah menatapnya aneh. Ia sudah sangat terbiasa dengan tatapan-tatapan seperti ini. Ia tahu wajahnya saat ini sangat jelek sehingga banyak yang tak suka padanya. Namun, ia tak perduli. Bodo ambat memperdulikan pendapat orang lain.              Wanita itu terus melangkah dan berhenti di lapangan yang sangat luas bersama dengan siswa baru lainnya. Di hadapan mereka terlihat seorang lelaki paruh baya yang akan memberikan arahan-arahan mengenai ujian tes masuk yang akan di selenggarakan nanti. Lelaki itu masih menunggu beberapa siswa baru yang terlambat.              Kiana memperhatikan sekelilingnya dengan wajah yang sangat bahagia dan ceria. Ini adalah pertama kalinya ia sekolah. Sejak ia kecil ia tidak pernah merasakan yang namanya bangku sekolah. “Semoga saja aku mendapatkan banyak teman di Academic ini,” batin Kiana penuh harap.              Saat wanita itu sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Ia tak menyadari tiga wanita cantik kini berjalan kearahnya dengan wajah sombong dan mendominasi sambil memegang minuman. Beberapa lelaki menatap ketiganya dan terpesona dengan kecantikan mereka bertiga.              “Wahhh ... lihat gadis-gadis itu. Mereka sangat cantik-cantik ...” bisik salah satu lelaki pada temannya.              “Iya, mereka sangat cantik. Berbeda sekali dengan wanita yang ada di sana.” Tunjuk lelaki pada Kiana yang masih saja sibuk dengan dunianya.              Ketiga wanita itu mendengar pembicaraan dua pemuda siswa baru itu dan semakin tersenyum senang setelah mendapatkan pujian. Lalu beralih mentap wanita jelek yang dua pemuda itu bicarakan.              Sebelum lanjut kita perkenalkan dulu siapa ketiga wanita itu. Wanita yang ada di bagaian kanan bernama Resyka, di bagian kiri bernama Kriya dan yang di tengah bernama Karin. Ketiga wanita itu adalah siswa kelas dua. Ketiganya adalah anak orang kaya dan sangat di sengani di Kota Kairin. Mereka adalah gadis primadona di Academic.              “Lihat dia betul–betul jelekk ... ha ha ha ...” bisik wanita yang di bagian kiri yang bernama Kriya.              “Benar ... di antara para siswa baru dialah yang paling jelekkk ... he he e..” kali ini wanita yang di bagian kanan yang bernama Resyka berbicara mengejek Kiana.              Sedangkan wanita yang ada di tengah bernama Karin semakin tersenyum senang mendengar perkataan dua temannya. matanya pun beralih pada minuman yang ada di tangannya lalu seringai pun keluar dari wajah cantiknya. “Kita kejain yukkk ...”              “Yukk ...” ujar dua temannya sambil menyeringai menatap Kiana.              Ketiga wanita itu berjalan semakin dekat dengan Kiana. Drake yang sedari tadi bersembunyi di dalam tas Kiana menyadari tiga wanita kini berjalan ke arah Kiana.              “Heiii ... apa yang kau pikirkan ... lihat tiga wanita itu sedang berjalan kemari dan  aku memiliki perasaan yang tidak nyaman dengan ketiga wanita itu,” bisik Drake. Namun, yang di tanya masih saja bengong membuat Drake kesal.              “Aiiisss ... sialll ... gaids bodoh ini melamun ...” batin Drake kesal.              Drake pun memperhatiakn ketiga wanita itu dengan was-was takut mereka memiliki niat jahat pada Kiana.               Wanita yang ada di tengah menyeringai dan saat mereka tepat berada di samping Kiana saat itulah Karin menabrak Kiana membuat wanita itu terjatuh di tanah. Minuman yang wanita itu pengang pun terjatuh dan akan mengenai tubuh Kiana. Saat itu juga Drake mengucapkan sebuah mantra sihir sehingga tumpahan minuman wanita itu tak mengenai Kiana.              “Ahhh. Maafkan aku ... apa kau tidak apa-apa?” tanya wanita cantik itu. salah satu tanganya terulur ingin membantu Kiana berdiri.              Kiana tersenyum pada wanita itu dan menggapai tangan Karin yang bergelantungan di hadapannya.“Tidak apa-apa. Aku juga yang salah telah melamun tadi ... he he he ...”              Setelah itu ketiganya pun meninggalkan Kiana. Beberapa siswa yang melihat Karin membantu Kiana berdiri membuatnya wanita itu semakin banjir pujian. “Wahhh ... dia baik sekali ...” ujar salah satu siswa baru.              Kiana pun menatap kepergian Karin dan dua temannya. “Wahhh dia sangat baikkk ...” puji Kiana. Tapi tidak dengan Drake. Lelaki itu menatap benci pada ketiga wanita tersebut. Drake hanya diam mendengarkan pujian-pujian yang di lontarkan Kiana pada Karin. Lagian percuma jika Drake mengatakan yang sebenarnya. Kiana tak akan percaya.              Tak terasa sepuluh menit telah berlalu. Setelah semua siswa baru berkumpul semua, para penyelenggara tes pun membawa mereka ke sebuah ruangan yang sangat luas di mana tempat tes akan dilakukan. Terdapat seratus lima puluh siswa yang mendaftar di Academic ini. Mereka akan di bagi beberapa kelas sesuai dengan kemampuan sihir saat tas penerimaan. Semakin kuat kekuatan yang kita miliki maka semakin mewah kelas dan fasilitas yang akan di dapatkan. Ada lima tingtan kelas 1. Yaitu kelas 1A, 1B, 1C, 1F, dan 1S. Kelas yang paling bergensi dan paling di incar adalah kelas 1S. Kelas para penyihir kategiri hebat. Sedangkan kelas yang paling dihindari dan paling di benci adalah kelas 1F. Kelas para penyihir kategori lemah. “Lihat boneka jerami yang di sana. Kalian tembakkan kekuatan kalian ke arah sana. Terserah menggunakan elemen apa yang jelas sihir kalian harus sampai di boneka itu,” ujar sang penitia tes. Kiana menatap boneka jerami yang lelaki itu maksud. “Ahhh ... ini sihhh ... gampanggg ... aku sudah terbiasa melemparkan elemen api, air, dan angin berkilo-kilo meter jaraknya,” batin Kiana yang penuh percaya diri.  “Wahhh ... itu sangat jauh. Kekuatanku mana bisa sampai ...” keluh salah seorang lelaki yang ada di samping Kiana. Jarak antara boneka jerami dan mereka sekitar satu kilo meter. “Iya ... jaraknya sangat jauh. Sihir kita mana bisa sampai.” Lagi-lagi siswa dua siswa yang mengeluh tentang jarak boneka jerami dan tempat mereka. Lalu di susul siswa yang lain. “Kenapa mereka semua mengeluh? Apa mengeluarkan kekuatan sihir  dengan jarak sekilo itu sangat susah yah,” batin Kiana bingung. Lelaki paruh baya sang penitia tersenyum mendengar keluhan-keluahan yang terus dilontarkan oleh siswa-siwa baru. “Karena ini adalah tes maka tentu saja harus ada tantangannya. He h he ... semakin dekat jarak kekuatan kalian pada jerami itu maka semakin bagus kelas yang akan kalian dapatkan. Jadi berusaha keraslah untuk mendapatkan kelas yang bagus.” Tes penerimaan pun di mulai. Masing-masing siswa baru di bagi menjadi tiga kelompok dengan penitia yang berbeda. Kiana pun berbaris bersama dengan teman-teman kelompoknya menunggu gilirian untuk memperlihat kekuatan sihir mereka. Seorang lelaki melangkah maju setelah mendapatkan gilirian untuk memperlihatkan kekuatanya. Lelaki itu menatap boneka jerami dengan wajah serius lalu lelaki itu menutup kedua mata mulai berkonsentrasi dengan salah satu tangannya ia arahkan pada boneka tersebut. “Domine, ignis ardet in finem (Wahai sang penguasa api terbakarlah hingga ke ujung sana).” Lelaki itu mulai membacakan mantra sihir saat itulah terlihat cahaya merah keluar dari telapak tangan lelaki itu. Saat itulah lelaki itu membuka kedua matanya dan segera melemparkan kekuatan apinya ke arah boneka jerami. Beberapa siswa pun melontarkan kata-kata kagum melihat kekuatan lelaki itu. “Wahhh ... sangat bagus ... jaraknya kekuatanya sekitar 770 M dan masuk ke kelas 1B” ujar sang penitia. “Wahhh. Dia hebat sekali.” seketika beberapa siswa bersorak kagum setelah mendengar hasil yang lelaki itu dapat. “Apa jarak 770 M sudah di katakan baik? sepertinya lebih baik diriku ketimbang dia,” batin Kiana. Wanita itu kembali membanding-bandingkan kekuatanya dengan lelaki tersebut. “Kalau begitu aku pasti masuk ke kelas 1S,” batin Kiana yang mulai percaya diri. Satu persatu siswa telah di panggil. Mereka telah mendapatakan kelas masing-masing sesuai dengan kemampuan. Beberapa siswa terlihat senang dengan kelas yang mereka dapat dan ada juga yang memiliki tampan murung saat mendapatkan kelas jelek. Salah satunya adalah wanita yang ada di belakan Kiana. Wanita itu terus-terusan menangis saat Ia dinyatakan mendapatkan kelas 1F.  “Sudah ... sudah ... aku yakin suatu saat nanti kau pasti akan menjadi gadis penyihir yang hebat,” ujar Kiana yang berusaha untuk menenangkan wanita tersebut. “Tapi aku malu sekali. Hanya aku yang mendepatkan kelas 1F di kelompok ini ... hiskkk ... hiskkk ...” “Nanti kau juga akan mendapatkan teman, kok.” Wanita itu tak menjawab. Ia hanya tersu menangis dan menangis meratap nasibnya yang berada di kelas 1F. Tak lama kemudian, penitia pun menyebut nama Kiana. Seketika wanita itu tegang dan gugup. Tapi saat mengingat kembali latihannya di hutan dulu ini bukanlah apa-apa. Ia bahkan telah membunuh monster dan binatang. Kiana pun mulai bersiap-siap. “Semoga saja aku bisa mendapatkan kelas 1S,” Batinnya penuh harap. Kiana mulai berkonsentrasi menutup kedua matanya dan salah satu tanganya ia arahkan pada boneka jerami. “Domine, ignis ardet in finem.” Beberapa siswa menatap Kiana kagum saat cahaya merah tak hanya mengelilingi tangannya tapi juga seluruh tubuhnya dipenuhi oleh cahaya merah yang sangat kuat. bahkan beberapa siswa dan penitia dari kelompok lain pun mulai penasaran dengan Kiana. “Wahhh ... sepertinya dia akan mengenai bonek jerami itu,” ujar salah satu siswa baru.” “Labuntur in altum celeritatem (meluncurlah dengan kecepatan tinggi).” Kiana pun membuak kedua matanya setelah mengakhiri pembacaan mantranya. Kedua matanya fokus ke arah bonek jerami dan dalam hitungan ketiga wanita itu bersiap-siap melemparkan sihir apinya. “Satu ...” “Dua ...” “Tig_” TBC                                                                                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD