BAB 30 Kekuatan Penyembuh Kiana Muncul

1092 Words
Setelah pertengkaran hebat itu, keduanya mulai berbaikan. Saat ini matahari mulai menyembunyikan cahayanya. Jadi keduanya memutuskan untuk tak melanjutkan perjalanan. Drake dan Kiana kini memandangi api unggun yang Drake buat beberapa saat yang lalu. “ASTAGA!” Tiba-tiba wanita itu memekik keras saat ia mengingat sesuatu yang telah ia lupakan. “Ada apa?” tanya Drake. “Aku melupakan buku sihir pemberian nenek.” “Oh.” “Oh? Buku itu sangat penting bagiku tahu. Aku harus mencarinya.” Wanita itu beranjak dari tempatnya ingin kembali ke tempat ia diserang serigala kemarin. Tapi Drake mencegahnya. “Kau tenang saja. Buku itu ada padaku.” “Benarkah?” “Iya.” Lelaki itu mengucapkan sebuah sihir lalu dari tangan kanannya keluar sebuah buku lalu melemparnya ke arah Kiana. Kedua mata wanita itu berbinar-binar saat buku sihir pemberian neneknya kini berada di tangannya. “Syukurlah buku ini tak hilang ...” “Tunggu dulu. Bukankah kau pernah bilang jika nenekku yang menyuruhmu untuk melindungiku? Kamu sudah berjanji untuk menceritakannya apa hubunganmu dengan nenekku.” “Dulu aku dan nenekmu pernah berkenala bersama jadi kami saling kenal.” “Tapi, kenapa nenek memintamu untuk menjagaku?” "Soal itu aku masih belum bisa menjelaskannya secara keseluruhan. Tapi salah satu alasannya, supaya kau tidak sendiri. Ia sangat mencemaskanmu. Karena itu dia memintaku untuk menjaga dan mengajarimu ilmu sihir nantinya.” “Ilmu sihir!” pekik Kiana saat mendengar kata sihir. Lelaki itu mengangguk membuat Kiana tambah senang. Ia tak sabar untuk bisa belajar ilmu sihir seperti neneknya. Wanita itu pun memeluk erat buku sihir pemberian neneknya. “Aku ingin cepat-cepat bisa sihir,” batin Kiana dan saat itu juga buku sihir yang ia peluk seketika mengeluarkan cahaya putih membuatnya kaget dan dengan spontan melempar buku itu ke tanah. “Bu ... bukunya bercahaya ...” pekik Kiana takut. “Jangan bilang kekuatannya benar-benar telah muncul,” batin Drake. “Ambil buku itu,” perintahnya. Dengan perasaan takut wanita itu pun mendekati buku sihir itu dengan was-was takut jika buku itu seketika meledak atau melukainya. “Jangan takut. Buku itu tidak akan menyakitimu.” Akhirnya wanita itu pun memberanikan diri dan mengambil buku itu. “Buka dan lihat apa yang tertulis di dalamnya.” Wanita itu pun membuka buku sihir itu sesuai arahan Drake. Kedua mata wanita itu sekilas tertutup saat cahaya dari buku itu menyilaukan matanya. Lalu saat ia membuka kedua matanya. Wanita itu tersenyum. Terdapat tulisan besar yang tertera pada buku itu. Padahal saat pertama kali ia membukanya buku itu kosong tanpa ada tinta sedikit pun. “Wahh, sudah ada tulisan dalam buku ini. Tapi ... hanya di halaman pertama setelah itu tak ada lagi,” kata wanita itu sambil membuka lembar demi lembar buku sihir tersebut. Drake mendekati Kiana dan membaca tulisan yang ada dalam buku tersebut. “Sepertinya ini mantra penyembuh,” kata lelaki itu. Jika dipikir ulang lagi, kemarin ia terluka sangat parah, tapi, saat pagi datang ia sudah sembuh seakan tak pernah terluka. Jadi bisa disimpulkan Kiana yang telah menyembuhkannya tanpa wanita itu sadari. “Mantra penyembuh ...” “Iya. Untuk sementara kau hanya bisa menyembuhkan siapa pun.” “Oh. Benarkah?” “Iya. wah kalau begitu kita bisa mendapatkan uang dengan menyembuhkan beberapa orang yang tengah sakit.” “Iya, benar juga. Tapi, terlebih dahulu kau harus belajar menggunakan sihir penyembuh ini.” “Aku sudah tidak sabar untuk menguasai sihir penyembuh ini.” “Sebaiknya kau tidur cepat besok kita mulai belajar.” “Siap! Guru!” pekik wanita itu senang. “Guru?” “Iya, mulai besok kau akan mengajariku ilmu sihir jadi aku harus memanggilmu guru.” “Terserah kamu saja deh ...” Akhirnya wanita itu pun membaringkan tubuhnya sambil memeluk buku sihirnya. Ia sudah tidak sabar untuk belajar ilmu sihir. Sedangkan Drake menatap Kiana sambil bersandar pada pohon. “Kekuatannya mulai muncul begitu cepat,” batin lelaki itu. “Semoga tragedi itu tidak terulang kembali ...” lirihnya menatap langit malam. *** Matahari masih betah untuk menyembunyikan cahayanya. Namun Kiana sudah bangun dan segera berolahraga ringan. Wanita itu sudah tidak sabar untuk mulai belajar ilmu sihir. Setelah berolahraga pagi wanita itu segera membersihkan tubuhnya yang kebetulan mereka beristirhat di dekat sungai. Setelah itu Kiana segera mendekati Drake yang masih betah dengan tidur nyenyaknya. “Drake ...” bisik Kiana pelan di telinga lelaki itu. Namun Drake masih tak membuka mata. “Drake ...” Jadi Kiana sekali lagi membisikkan nama lelaki itu. Tapi, ia harus menahan kecewa lelaki itu masih betah dengan tidurnya. “Drake!” pekik wanita itu membesarkan suaranya sambil menggoyangkan tubuh lelaki itu. “Apa sih, ganggu tidur saja ...” gumam lelaki itu sambil memperbaiki tidurnya dengan membelakangi Kiana dan menutup terlingannya sehingga ia tak akan mendengar wanita itu yang berusaha membangunkannya. Kiana terdiam sejenak berpikir keras cara untuk membangunkan Drake. Wanita itu pun menyeringai saat sebuah ide terlintas pada pikirannya. Kiana meninggalkan Drake menuju sungai yang ada di dekat mereka. Mengambil sedikit air lalu kembali mendekati Drake yang masih betah dengan tidurnya. “Drake ... ayo bangun jika kau tidak bangun aku akan menyirammu dengan air,” ancam Kiana. Namun lelaki itu masih saja tak menanggapi ancamannya. Wanita itu meletakkan air di atas kepala Drake. “Aku hitung satu sampai tiga jika kau masih tidak bangun aku akan benar-benar menyirammu dengan air,” ancamnya sekali lagi. “Satu ...” lelaki itu masih tak bergerak sama sekali. “Dua ... aku benar-benar akan menyirammu ...” gumam wanita itu. “Ti_ “ “Iya ... iya aku bang .... KIANA!” murka Drake. Saat wanita itu hampir menyebut angka tiga, lelaki itu segera bangkit dari tidurnya karena tidak ingin di siram. Namun, kesialan menimpanya. Saat Drake duduk lelaki itu tak sengaja menyenggol air yang Kiana pegang dan sektika air itu pun membasahinya seketika. Wanita itu menggaruk belakan kepalanya yang tidak gatal dan sedikit tertawa. Ia merasa bersalah dengan apa yang menimpa Drake pagi ini. “K ... KAU !” “Ampun!” pekik wanita itu lalu melarikan diri saat lelaki itu mengejarnya untuk memberinya pelajaran setelah menyiramnya. Dan pagi itu pun keduanya kejar-kejaran hingga matahari mulai menampakkan cahayanya dan masuk ke celah-celah pepohon besar. Satu jam telah berlalu, setelah memberikan Kiana pembalasan setelah menyiramnya. Keduanya pun kini duduk berhadapan. Buku sihir mereka diletakkan di tengah-tengah mereka. Kiana menatap Drake serius, begitu pun dengan lelaki itu yang mulai berwajah serius. “Pelajaran pertama kita mulai hari ini,” gumam lelaki itu. Kiana mengangguk.”Iya, aku sudah siap menerima pelajaran.” Dan pelajaran pertama tentang ilmu sihir pun dimulai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD