BAB 29 Jangan Pergi

1096 Words
“Selamat tinggal ...” lirih lelaki itu. Mendengar kata selamat tinggal membuat Kiana semakin terpuruk. Ia tak ingin lelaki itu pergi tapi ia terlalu gensi untuk mengatakan jangan pergi. Dan saat lelaki itu melebarkan sayapnya berisap untuk terbang saat itu juga lah wanita itu berkata dengan lirih. “Jangan pergi ...” Lelaki itu terdiam sejenak, samar-samar ia mendengar Kiana berucap jangan pergi. Tapi lelaki itu tidak yakin, mungkin saja dia salah dengar. Maka lelaki itu kembali bersiap untuk terbang. Tapi, kali ini ia mendengar jelas apa yang wanita itu katakan. “Jangan pergi ...” Drake tersenyum senang. Seketika kedua sayapnya menyusut kembali di punggungnya. Lelaki itu mendekati Kiana. “Apa aku tidak salah dengar? Tadi kau memintaku untuk jangan pergi kan?” tanya Drake. Tapi wanita itu tetap diam tak menanggapinya. “Sepertinya aku berhalusinasi. Kalau begitu aku benar-benar pergi yah,” gumam Drake melangkah menjauh sesekali lelaki melirik kebelakan melihat Kiana. Berharap wanita itu mencegahnya pergi. “Aku benar-benar akan pergi loh ... kau tidak akan menyesalkan aku tinggal sendiri.” Kiana pun mengepalkan kedua tangannya. Segera wanita itu berdiri menatap Drake dan meleparinya batu untungnya lelaki itu berhasi menghindar. “PERGI SAJA SANA. KAU TIDAK PERNAH BENAR-BENAR PEDULI PADAKU. BIARKAN SAJA AKU SENDIRI ... pergi saja kamu ... kau tidak pernah mengerti apa yang kuinginkan. Kau tak pernah peka dengan apa yang kuinginkan. Kau lelaki tak punya perasaan “ “Pergi saja sana ... tapi ...” Wanita itu menjedal perkataannya. Ia merasa ragu untuk mengatakan isi hatinya. Tapi, ia juga tak ingin lelaki itu pergi. Jadi masih dengan air mata yang banjir di wajahnya wanita itu mengatakan yang sesungguhnya apa yang ingin ia katakan pada lelaki yang selalu menyelamatkannya. “Tapi ... kalau kau pergi ... aku sama siapa? Aku tak punya siapa-siapa lagi ... aku benar-benar akan sendiri ... jadi ... jangan pergi ... aku mohon.” Wanita itu pun mendudukkan dirinya di tanah. Menegelamkan wajahnya pada kedua lututnya dan menangis sekencang-kencangnya. Perasaanya bercampur aduk, antara marah, sedih sekaligus ia juga malu. Saat itu juga Drake tersenyum senang, seakan ada bunga-bunga bertebarang dalam dirinya saat mendengar kata jangan pergi dari wanita yang ada di hapannya. Drake melangkah mendekati Kiana lalu memeluk wanita itu lembut. “Aku tidak akan pergi ... aku tetap akan selalu berada di sisimu dan akan selalu melindungimu ...” Kiana pun menatap Drake masih dengan air mata yang masih setia untuk mengalir di wajah cantiknya. “Benarkah? Kau tidak akan pergi? Kau tidak akan meninggalkanku?” tanya wanita itu dengan nada lirih. Berharap apa yang Drake katakan tadi adalah yang sesungguhnya. Drake tersenyum. “Iya, aku janji aku tidak akan pernah meninggalkanmu.” Lelaki itu pun mengulurkan kedua tanganya di wajah Kiana lalu menghapus jejak air mata wanita itu. Dan tanpa ia sadari entah keberanian dari mana lelaki itu mengecup kening Kiana. “K ... ka ...” Kedua mata wanita itu membulat seketika. Saat itu lah lelaki itu menyadari kebodohannya. “Mati aku,” batinnya. “Kau dasar lelaki m***m!” pekik Kiana lalu kembali melayankan temparan hebat di wajah Drake sihingga wajah itu memerah membentuk sebuah tangan. *** Kini keduanya saling berjauhan duduk bersandar di masing-masing pohon besar. Drake masih saja mengelus wajahnya yang sakit akibat tanparan keras Kiana. Tadi ia hanya spontan mencium kening Kiana. Ia tak pernah bermaksud ingin mencium wanita itu. “Bagaimana ini ... Kiana pasti tak akan mau memafkan ku kalau begini,” batin Drake cemas. “Tapi, bukankah wanita itu menyukaiku?” lelaki itu terdiam sejenak. Saat berada di desa yang penuh vampire itu Kiana berpirlaku saakan suka padanya. Tapi kenapa ia marah jika aku cium kecingnya. “Sepertinya aku salah paham padanya. Ia tak pernah menyukaiku. Dan sekarang wanita itu marah besar padaku ...” lirihnya. Padahal mereka saja baru berbaikan dan dalam hitungan menit keduanya kembali bermusuhan. Lelaki itu hanya bisa menghela napas, ia tak tahu bagaimana ia harus menjelaskannya pada Kiana tentang insiden tadi. Sedangkan di sisi lain. Kiana duduk termenung. Wajah wanita itu memerah saat mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Wanita itu segera memegangi wajahnya yang terasa panas dan memerah. “Apa dia suka padaku yah,” batin wanita itu. Lalu tangannya turun di dadanya. Merasakan detak jantungnya yang sudah kembali normal. Saat Drake mencium keningnya jantungnya berdetak kencang saat itu juga. “Apakah ini yang di namakan cinta?” tanya Kiana pada dirinya sendiri. Sekilas wanita itu berbalik menatap Drake dan saat itu juga lelaki itu menatapnya. Baru lima detik keduanya bertatapan keduanya kembali mengalihkan pandangan. Tak ada yang berani untuk saling bertatapan langsung. “Itu tidak mungkin. Aku tak mungkin menyukai lelaki m***m itu. Lagian Drake mana mungkin suka sama aku,” batin Kiana. Di sisi lain Drake juga tak berani menatap Kiana setelah insident yang sangat memalukan itu. Tapi mau tidak mau ia harus memberikan penjelasan yang sangat logis pada Kiana untuk memperbaiki hubungan mereka. Lima menita Drake duduk bersandar pada pohon untuk menyusun penjelasannya. Akhirnya lelaki itu pun berdiri berjalan medekati Kiana. Ia harus memberikan penjelasan yang bagus untuk memperbaiki hubungan mereka. Drake duduk di hadapan Kiana. Namun, wanita itu masih memalingkan wajahnya. Ia masih merasa malu dan sangat deg degan saat di dakat lelaki penolongnya ini. Tapi berbeda dengan apa yang di pikirkan Drake. Lelaki itu mengira Kiana tak ingin menatapnya karena masih marah padanya. “Maafkan aku. Tadi aku tidak sengaja. Entah kenapa tiba-tiba saja aku menciummu. Itu hanyalah spontan dariku tak ada maksud lain. Jadi jangan marah lagi. Aku janji tak akan melakukan hal itu lagi. Lagian aku juga sudah menyukai wanita lain. Jadi kau tak perlu takut padaku, aku juga tak mungkin berbuat m***m pada mu. Jika aku melakukan itu sama saja jika aku menghianati wanita yang aku sukai,” jelas Drake. “Ternyata dia sudah punya wanita yang ia sukai ...” lirih Kiana dalam hatinya. Wanita itu tersenyum kecut. Drake tak mungkin menyukainya ia menyukai orang lain dan wanita itu mungkin lebih baik dariku. Melihat Kiana masih diam membuat lelaki itu kesal. “Yak! Untuk apa sih semarah itu. Aku kan sudah minta maaf dan aku janji tak akan menciummu lagi. Lagian aku sudah menyukai wanita lain yang lebih baik dari mu ... atau jangan-jangan ...” lelaki itu mengantung ucapannya. Kiana pun menatap Drake menunggu apa yang ingin lelaki itu katakan. “Jangan-jangan kau ... suka padaku.” “ENAK SAJA! SIAPA JUGA YANG SUKA PADA LELAKI m***m SEPERTIMU. DASAR DRAKE JAHAT TAK PEKA ....” Wanita itu pun memekik keras sambil melayangkan sebuah pukulan pada Drake secara bertubi-tubi. Lelaki itu berusaha melindungi dirinya sendiri pada serangan bertubi-tibu Kiana pada tubuhnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD