BAB 64

1100 Words
           Kiana dan Krein hampir saja terjatuh akibat dorongan lelaki yang asing yang baru saja berjalan masuk ke kelas. Untungnya Kiana berpeganagan pada dinding begitu pun dengan krein. Kiana mengepalakan kedua tangannya dan memandang lelaki asing itu dengan tatapan kesal.  “Yakkk! Kalau jalan liat-liat dong jangan menyengol orang dengan seenak jidatmu sendiri!” maki Kiana yang tak terima dengan perlakuan lelaki itu.            Namun saat ia melangkah masuk. Ternyata sudah ada seorang guru di dalam membuat Kiana terdiam seketika.            “Sudah jangan hiraukan dia,” bisik Krein pada Kiana dan mengenggam tangan wanita itu berusaha meredakan amarah Kiana.            Kiana pun memperhatikan sekelilingnya. Hanya teradapat enam siswa di kelasnya dan satu guru yang kini berdiri di papan tulis.            “Maafkan kericuhan yang kami sebabkan,” ujar Krein sambil membungkuku pada sang guru dengan wajah menyesal.            Melihat Kiana yang terdiam Krein segera memberikan Kiana kode untuk segera membungkuk dan meminta maaf lalu menariknya  untuk berjalan menuju kursi mereka setelah sang guru memaafkan keduanya dan menyuruhnya untuk segera duduk.            Selama peajaran berlangsung Kiana tak bisa fokus karena terus menatap lelaki asing yang menyenggolnya tadi. Sorot matanya terus memancarkan aura gelap yang siap membunuh. Ia sangat kesal dan ia harus bisa memberikan lelaki itu pelajaran telah menyenggolnya.            “Aku harus memberinya pelajaran,” batin Kiana.            Tak terasa jam pelajaran pun selesai. Kiana buru-buru merapikan bukunya bersiap-siap untuk menemui lelaki itu. namun, saat ia berbalaik lelaki itu sudah tidak ada di tempatnya. “Bukankah tadi dia duduk di kurisnya,” batinnya.            “Ahisss. Siall .. aku kehilangan dia. Besok saja deh kalau begitu,” desahnya kesal.            “Ada apa Kiana?” tanya Krein saat Kiana terdiam.            “Apa kau tidak ingin kembali ke asrama?” lanjut Krein dengan pertanyaan.            “Iya. Aku akan kembali. Ayo ...” Kiana dan Krein pun kembali ke asrama sambil bergandengan tangan. Selama di perjalanan keduanya terus memperhatikan sekeliling Academic karena mereka berdua belum pernah berkeliling Academic dan tidak tahu seluk beluk Academic.            “Apa kau tidak ingin berkeliling Academic? kita belum pernah berkeliling.”            “Ahh. Aku lagi malas. Aku ingin segera kembali ke asrama. Bagaimana kalau besok kita keliling Academic?”            “Iya. boleh juga.”            Tak terasa keduanya pun tiba di asrama. Kiana segera masuk ke dalam kamarnya dan menemukan Drake yang sedang duduk di sebuah kursi yang ada di ruang makan. Di hadapannya penuh dengan makanan enak yang telah Drake siapkan untuk Kiana.            “Wahhh ... kebetulan sekali aku sangat lapar. Ayo kita makan bersama!” pekik Kiana girang dan duduk di hadapan Drake.            Drake tersenyum melihat Kiana yang sangat senang dengan masakannya. Keduanya pun mulai mengambil makanan dan menaruhnya ke dalam piring maisng-masing.            “Kebetulan aku juga sudah sangat lapar,” batin Drake. drake pun bersiap-siap menyantap makananya dan saat makanan itu sisa satu inci lagi menyentuh bibirnya sebuah ketukan dan pekikan dari luar kamarnya membuat Drake mendesah kesal.            Tok Tok Tokk            “Kiana! Apa kau di dalam?”            Mendengar suara wanita itu membuat Drake kesal. “Lagi-lagi dia menganggu kesenanganku,” batinnya lalu menatap Kiana yang kini sedang menatapnya dengan wajah memohon. Ia sudah tahu maksud dari tatapan itu. Kiana menyuruhnya untuk segera bersembunyi.            “Iya ... iya .. iya .. aku akan bersembunyi ...” lirihnya.            “Kiana! Apa kau di dalam?” sekali lagi Krein berteriak.            “Iya. Tunggu sebentar!” jawab Kiana dengan suara yang cukup keras agar wanita yang ada di depan rumahnya mendengar.            Saat tak melihat Drake di tempatnya tadi. Barulah Kiana berjalan menuju pintu kamar. Kiana tersenyum menatap Krein yang juga sedang tersenyum ke arahnya.            “Ahh. Maaf aku lama membuku pintu.”            “Tidak apa-apa.”            “Ngomong-ngomong ada apa menemuiku?”            “Ahhh. Aku ingin mengajakmu untuk keluar membeli makanan dan ternyata ....” Krein mengantungkan ucapannya lalu metap masakan yang ada di atas meja lalu beralih menatap Kiana.            Mengerti maksud denang tatapan wanita itu Kiana segera tersenyum gugup. “Padahal baru saja aku ingin memanggilmu untuk makan bersama. Kebetulan aku sudah memasak ... he he he .. ayo makan bersama,” ajak Kiana.            “Asiiikkk ... kau memang sahabat yang terbaik!” pekik Krein senang. Keduanya pun segera berjalan menuju meja makan dan saat itu juga Krein merasakan keanehan. Ada dua piring di atas meja. Itu artinya Kiana pasti bersama dengan orang lain.            “Apa tadi kau kedatangan tamu?”            “Tidak. Emangnya ada apa?” tanya Kiana yang masih belum menyadari.            “Itu. Kenapa ada dua pinring di atas meja? Bukankah kau hanya sendiri?” Krein menunjuk dua piring tersebut.            Saat itu jugalah tubuh Kiana kaku. Ia lupa menaruh piring itu ke tempat semula. Ia mulai bingung namun tak lama kemudian sebuah ide tiba-tiba terlintas di pikirkannya.            “Ahh. Ini piring yang satunya untukmu. Aku telah menyiapkannya untukmu ... he he he ...”            “Oh. Benarkah? Kau sangat baik.” Krein pun tersenyum dan duduk di tempat Drake. Di bawah ranjang Drake menatap piring yang berisi makanannya terangkat dan dimakan oleh wanita bernama Krein dengan wajah kesal sekaligus sedih.            “Makananku ...” lirihnya. Padahal ia sangat lapar dan butuh diisi. Dan sekarang ia hanya bisa melihat sendiri makanan itu berkurang sedikit demi sedikit.            “Masakanmu sangat enak, Kiana. Aku jadi ingin memakan semuanya.”            “Jangan!” jawab Kiana cepat.            “Kenapa?”            “Itu ... itu karena ...” Kiana menjawab dengan gugup sedangkan Krein menanti jawaban Kiana dengan sabar.            “Itu apa?” tanya Krein saat Kiana masih tak menjawab.            “Itu karena. Kalau tengah malam aku selalu kelaparan.  He he he ...”            “Ohhh. Aku kira ada apa. Tenang saja. Aku tidak akan menghabiskannya, kok.” Kiana pun mengehela napas saat ia berhasil membohongi sahabat barunya.            Wanita itu menatap krein dengan wajah menyesal. “Maafkan aku, Krein. Aku terpaksa berbohong padamu,” batin Kiana yang merasa sangat kuarang enak dengan Krein.            Merasa di tatap sejak tadi Krein pun menghentikan acara makannya lalu memanatap Kiana. “Ada apa? apa kau takut aku menghabiskan makanananmu? Tenang saja aku tidak serakus itu kok. He he he ...” Kiana pun ikut tertawa saat Krein tertawa.              Lima menit kemudian. Kerin dan Kiana pun selesai makan. Setelah mencuci piring keduanya pun mengobrol hingga lagi-lagi lupa waktu. Sekali lagi lelaki yang berada di bawah ranjang terlupakan.            Saat tengah malam barulah keduanya menyudahi pembicaraan mereka. “Aku kembali dulu, yah. selamat malam dan terima kasih makanannya.”            “Iya. selamat malam juga, Krein.”            Kiana pun menutup pintu saat Krein telah kembali ke kamarnya. Wanita itu berjalan menuju ranjang lalu berjongkok. Ia tersenyum mendapati seorang lelaki yang kini tertidur pulas. “Dia menepati janjinya untuk tidak ribut saat tidur,” batin wanita itu sambil tersenyum.            TBC  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD