'makhluk macam apa itu?'
Juan terpental jauh di udara setelah sesuatu seperti bom meledak begitu saja. Ledakan yang cukup kuat hingga mampu merubuhkan pohon yang cukup besar. Meski begitu Juan tidak terkena ledakan tadi secara langsung karena kayu dari pohon yang melindunginya.
GRRAAA
Sekali lagi, Harimau itu kembali mengejar mangsanya malam ini dengan cepat. Di depannya ada Juan yang menggelinding di tanah dan terhenti tepat di tepi jurang dari air terjun. Sekarang satu-satunya jalan keluar Juan yaitu dengan melompat ke dalam jurang. Namun, ia begitu takut untuk melompat mengikuti air terjun. Kakinya bergetar lemas hanya untuk berdiri. Dari balik pohon terdapat siluet gelap yang semakin besar datang padanya. Semakin jelas, muncullah harimau yang sudah tidak jauh berada di depan.
Tidak banyak waktu yang ia miliki lagi. Melompat sekarang atau Harimau di depannya yang akan melompat padanya. Mata Harimau saling bertatap dengan Juan, tidak ada belas kasih untuk mangsanya. Sekalipun Juan sudah penuh dengan tanah dan darah, dan untuk berdiri pun nyaris tidak sanggup lagi. Melepaskan tenaga terakhir pada kakinya, Juan melompat dengan penuh percaya diri. Harimau yang mengejarnya sedari tadi mencoba mencabik semampunya dan berputar-putar di tepi jurang. Menyisakan kekesalannya yang teramat sangat saat melihat mangsanya lolos.
***
"Pinjamkan aku bajumu, makananku tumpah di meja."
"Uhh"
" Hei hari ini kau belum memberikan dua puluh ribu untukku."
"Ahahahahahahaha apa kau menangis?"
"Hei kalian lihat Juan menangis."
"Ugh wajahmu bahkan lebih jelek ketika menangis."
"b*****t, kenapa kau tidak mengerjakan PR ku?"
Huk-uhuk, uhuk, uhuk
Sedikit banyak air keluar dari mulut Juan. Di atasnya terlihat wajah seorang pria tua. Usianya nampak berada disekitar 60 -an. Akhirnya. Manusia pertama yang Juan temui di hutan ini adalah penyelamatnya?
"T-terima k kasih."
Pria di depannya diam tidak menjawab ungkapan tulus untuknya. Alih-alih menjawab, pria misterius itu menusuk ujung jarinya hingga berdarah dan mengambil sedikit darah kering yang banyak tersebar pada badan Juan. Setelah itu tangannya mulai menepuk-nepuk dan mulai mengucapkan kalimat aneh. 'Bahasa penduduk dunia ini, mungkin?'.
Tubuh Juan mulai beresonansi dengan pria itu. Hanya selama beberapa saat tubuh Juan bercahaya terang. Lalu beberapa suara mulai muncul memenuhi kepala Juan.
"Adz ersk it el kau fkresh."
"Huh?"
Pikiran Juan masih bertabrakan. Kata-kata yang diucapkan orang tua itu banyak tidak dia mengerti.
"Darimana kau berasal?"
Setelah mengatakannya berkali-kali, pengucapannya kali ini berhasil dipahami oleh Juan. Walaupun sedikit bingung pada awalnya, ia sudah tidak memusingkan tentang bagaimana pria tua di depannya dapat mengucapkan bahasanya atau tidak. Ini lebih seperti otak Juan yang mulai memahami sedikit demi sedikit tentang perbedaan bahasa setelah tubuhnya bercahaya.
"Eh.. uh.. a-aku dari Indonesia."
"Tempat macam apa itu? Baru pertama kali aku dengar."
"Anu... S-sebenarnya dimana kita sekarang?"
Pria tua keheranan dengan pertanyaan Juan, sejak awal semua orang yang berada disini seharusnya sudah mengetahui nama tempat ini.
"Kau lucu, bagaimana kau tidak tau tempat yang kau datangi?"
"S-sebelumnya aku b-berada di sekolah lalu... ah t-tiba-tiba aku jatuh ke tengah hutan."
Pria tua itu mulai mencerna kata-kata Juan yang terbata-bata. Kemudian sampailah dia pada satu kesimpulan yang paling masuk akal setelah menarik garis besarnya.
"Hahahahahahahah"
"Mmaaf? Kenapa kau t-tertawa?"
"Aku tidak menyangka ini akan terjadi lagi."
Juan semakin bingung ketika pria tua menambahkan kalimatnya. Dia juga mengucapkan kata "lagi" apa mungkin jika sebelumnya ada yang mengalami kejadian seperti Juan?
"Indonesia... Tempat yang kau bilang itu bukan berasal dari dunia ini."
Mata Juan terbelalak. Jika diurutkan semua hal yang paling mengejutkan yang telah Juan alami hari ini, apa yang dia dengar barusan dapat di tempatkan di tempat pertama.
"A a aa a-apa maksudmu?"
Apa itu berarti Juan sudah mati? Apa artinya dia sudah tidak bisa bertemu dengan keluarganya kembali? Badannya yang masih basah berusaha mendekat kepada pria tua itu, mencoba memberikan penjelasan lebih. Dan seperti dapat membaca apa yang Juan pikirkan dari raut wajahnya yang menyedihkan pria tua menjawab.
"Tidak seperti kau sudah mati. Aku tidak tau bagaimana caramu bisa sampai kesini. Tapi satu hal yang pasti kau masih hidup. Kau terluka dan berdarah, itu sudah cukup membuktikan bahwa kau masih hidup."
"Hidup..." Satu kata yang terasa sangat berat bagi Juan. Sekarang bebannya terasa semakin berat lagi setelah berada di sini.
"Pertama-tama kau pasti tidak tau mau kemana. Ikutlah denganku, jika kau tidak ingin mati... Melihat bagaimana kondisimu sekarang ini, aku berani menjamin kalau kau bahkan tidak akan bisa bertahan sampai subuh."
"Tt-terima kasih, terima kasih."
Wajahnya yang sudah kering kini kembali tertimpa derasnya banjir. Ia tak mampu lagi membendung air matanya. Rasanya seperti baru saja terselamatkan dari lumpur hidup yang hampir melumatnya.
***
Dibawah rembulan biru satu-satunya cahaya yang menerangi kegelapan Little Forest. Ditengah-tengah pepohonan yang berakar panjang. Ada dua orang yang terus berjalan kearah selatan. Keduanya bergerak dengan kecepatan yang semaksimal mungkin.
"Pak phillip-"
"Phillip saja. Aku tidak terbiasa dengan penyebutan seperti itu disini."
"P-phillip... Sebelumnya k-kau sudah menjelaskan t-tentang Little Forest n-namun... Bisakah kau jelaskan lebih jelas lagi tentang d-dunia ini?"
"Huh... Merepotkan. Pastikan kau mendengarnya dengan baik karena ini akan panjang."
"Baik."
"Dari mana aku harus memulainya? Terserahlah. Aku akan menceritakannya dari awal sekali. Dahulu sekali sebelum adanya manusia di planet ini. Ketika kehidupan masihlah berisi reptil besar dan tumbuhan eksotis. Ketika daratan masih bersatu. Lalu dengan begitu saja mereka meledak."
"M-meledak?"
"Itulah yang para orang pintar itu katakan, setidaknya. Kemudian hasil dari ledakan itu menghasilkan energi yang sekarang tersebar dimana saja. Kami menyebutnya dengan mana. Keberadaan mana yang secara fantastis langsung mengelubungi seluruh planet menyebabkan hewan dan tumbuhan yang berhasil bertahan dari ledakan berevolusi. Juga menciptakan kehidupan baru yang terus berevolusi sampai sekarang ini."
"..."
"Beberapa bahkan sudah tidak bisa disebut sebagai hewan lagi. Banyak bagian dari mereka yang sekarang sudah berubah menjadi monster. Dan yang lebih parah lagi menjadi iblis."
Mata Juan terbelalak sembari mendengar Phillip.
"Setelah itu era manusia dimulai. Benua sudah terbagi menjadi tiga. Dimulai dengan Ectic dari Barat, Great Land sebagai benua terbesar di tengah, dan terakhir roan di Selatan. Roan sebagai pusat dari ledakan mana meninggalkan lubang besar yang sekarang menjadi death lake."
" Kami bertahan hidup sembari beradaptasi dengan keberadaan mana. Dengan cepat menguasai dan menundukkan berbagai ras lain yang juga mampu membangun kekuasaanya seperti elf, kurcaci, dan siren."
"Tt-tunggu se-sebentar..."
"Huh?"
"A-apa maksudmu k-kalau ada ras l-lain selain m-manusia disini?"
"Tidak seperti di duniamu yang kutahu hanya berisi manusia. Disini kami memiliki banyak ras selain manusia. Dan apa semua makhluk dari dunia lain berbicara gagap sepertimu?"
"Ah... Tt-tidak a-aku-"
"Yah itu pasti menjengkelkan jika mereka semua berbicara seperti dirimu."
Juan hanya diam tidak membalas. Menunggu Phillip menyelesaikan ceritanya.
"Setelah itu, manusia dengan cepat mengasai Great Land dan menyebarkan peradabannya sampai sekarang ini. Diantara ras lainnya, salah satu hal yang membuat kita unggul adalah karena banyaknya metode pemanfaatan mana yang kita mampu."
Juan semakin tertarik semakin dia mendengar cerita Phillip. Wajahnya sangat terfokus untuk menyimak dan melihat akar-akar yang menonjol di jalurnya.
"Dan sampai beberapa tahun lalu, kalian muncul ke sini."
"K-kami?"
"Aku tidak tahu karena alasan apa tepatnya hal itu dapat terjadi. Saat itu seribu orang dari kalian terpanggil kesini. Baik tua atau muda, pria dan wanita. Secara acak mereka terpanggil kesini. Terpanggil dimana saja secara acak dalam satu hari. Kami memanggil kejadian di hari itu sebagai twist day. Kemudian hanya dalam beberapa bulan saja peradaban kami menjadi semakin maju dan berkembang. Namun aku masih tidak mengerti sama sekali dengan yang mereka sebut sebagai fashion itu. Sudah beberapa tahun sejak twist day. Dan baru kali ini aku bertemu dengan salah satu dari mereka."
"!?"
"Pertama kali melihatmu aku langsung mengtahuinya. Namun di dalam diriku sedikit terdapat keraguan tentang dirimu. Namun, benar saja tebakanku. Pakaianmu yang aneh dan bahasamu yang tidak ku mengerti sama sekali itu sesuatu sekali."
Kemudian dengan tiba-tiba Phillip menghentikan langkahnya sehingga Juan yang mengikutinya di belakang tidak siap dan terjatuh.
"Hati-hati nak, kau dapat membuat makan malam kita lolos."
Melihatnya di depan, Juan tidak dapat melihat apa-apa. Sejauh matanya memandang yang dapat ia lihat hanyalah kegelapan karena sedikit cahaya bulan yang dapat menembus pepohonan.
"Perhatikan lebih jelas. Itu adalah kelinci."
Meskipun Phillip menyuruhnya melihat namun, tetap yang ia lihat hanyalah kegelapan. Matanya belum beradaptasi sempurna dengan kegelapan di hutan ini. Kemudian di tangan Phillip terdapat pisau yang sudah di lumuri racun pada bilahnya. Dengan ringan ia melemparnya tepat memotong leher kelinci.
Sayang Juan tidak dapat melihat kehebatan Phillip dalam berburu. Kelinci yang diincar mati dalam tidurnya. Dengan itu Juan membawa kelinci makan malam mereka dan melanjutkan kembali perjalanan mereka ke selatan. Ketika mereka kembali menemukan kelinci mereka membunuhnya dan melanjutkan perjalanan mereka seperti biasa. Ada empat total kelinci yang mereka dapatkan dalam lima menit berjalan. Sungguh kemampuan berburu yang luar biasa, bahkan bagi Juan yang tidak pernah berburu sama sekali.
"P-phillip... Bagaimana c-caramu melakukan s-semua itu?"
Juan yang selalu menjadi yang terendah selama hidupnya tertarik dengan cara Phillip menembak. Ia tidak bisa menahan permintaannya dan meminta meskipun tergagap.
"Apa kau ingin belajar bagaimana caraku melakukan hal barusan?"
"Y-ya."
Phillip menarik-narik jenggotnya sembari memikirkannya. Dan kemudian wajahnya mengeluarkan senyum lebar sampai terlihat kerutan di wajahnya.
"Aku punya usulan yang lebih baik. Usulanku ini akan menguntungkan kau dan juga aku. Aku yakin kau pasti tidak akan menolaknya. Aku akan mengajarimu bagaimana cara bertahan hidup disini dan sebagai gantinya. Kau akan membantuku untuk mencari rune stone."
Wajah Juan tidak bisa lagi menyembunyikan kegirangannya. Ia tidak peduli dengan kondisi yang diberikan untuknya. Sebaliknya, ia hanya peduli pada Phillip akan melatihnya menjadi seorang pria. Hal itu sudah sangat cukup untuk Juan yang tidak bisa apa-apa menerima pelatihan dari Phillip yang sangat cekatan.
Setelah satu jam berjalan lurus menyusuri hutan akhirnya mereka sampai pada gubuk kecil. Ukuranya terlihat hanya sepeeti memiliki tiga ruangan di dalamnya. Dindingnya terbuat dari kayu pohon sini dan atapnya terbuat dari dedaunan. Setidaknya itu masih lebih besar dengan kontrakan keluarga Juan yang berbentuk petak.
Di depan rumah Phillip mereka menyiapkan api unggun untuk membakar kelinci yang sudah mereka bunuh tadi. Namun ada satu hal yang terus mengganjal pikiran Juan sejak pertama bertemu dengan Phillip.
"Anu P-Phillip, apa m-menyalakan api di tengah hutan seperti ini t-tidak apa-apa? J-juga kenapa d-dari tadi t-tidak ada s-satupun makhluk yang m-mengincar kita?"
"Hmm, tampaknya kau sadar, kau tahu di alam liar ini semua memilki posisi atau kedudukannya masing-masing. Apa kau tahu mengapa singa mencapai predator puncak sementara gajah tidak? Jawabannya adalah insting. Singa dapat memburu gajah meskipun ukuran keduanya berbeda sangat jauh. Apa yang singa miliki adalah insting untuk berburu. Membuat semua targetnya terbunuh dan memakannya. Dan dari insting tersebut terlahirlah mahkota. Menjadikan siapapun ketakutan ketika hanya bertemu dengannya. Dan disini, akulah pemegang mahkota. Dengan kata lain, keberadaanku saja sudah cukup untuk membuat siapapun yang berani melawanku tidak ada."