BAB 22 Pak Reonald Kembali

1072 Words
Kejadian semalam adalah malam yang paling membahagiakan bagi Nao. Malam itu, Ken terbuka padanya dan mengatakan yang sebenarnya. Tentang apa yang membuat Kan membencinya bahkan ia juga menceritakan bagaimana ia cemburu pada Ken. Malam itu Nao berharap Ken tidak akan berubah dan mulai menerimanya sebagai saudara. Tapi, itu hanyalah sebuah angan-angan baginya. Ken berubah. Anak lelaki yang mulai beranjak dewasa itu kembali menghindarinya dan tidak ingin berbicara padanya. Mau tidak mau Nao harus tetap bersabar menunggu Ken menerimanya sebagai saudara. Kini Nao dan keluarga berada di ruang makan. Mereka sedang sarapan pagi. Sesekali Nao melirik Ken yang duduk di depannya. Berharap lelaki itu akan mengajaknya berbicara. Tapi, sampai makanan habis lelaki tak membuka suara. Selesai sarapan Nao membantu ibunya mencuci piring. Sedangkan Ken keluar rumah untuk bermain dengan teman-temannya. Setelah mencuci piring. Nao berlatih pedang di depan rumahnya sesuai dengan apa yang Pak Ronald minta. Saat bertemu dengan gurunya terakhir kali di jurang. Pak Ronald meminta Nao untuk melanjutkan pembelajarannya tetang pedang. Karena saat Pak Ronald kembali lelaki itu berjanji akan melatih Nao lagi secara gratis. Tentu saja Hal senang dan menyetujuinya. Karena itu lagi-lagi Nao mulai latihan pedang sekali lagi. *** Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Ken mulai sibuk dengan misi-misinya. Dua minggu setelah kelulusannya Ken mulai bekerja sebagai petualang di desanya. Setiap petualang harus mempunyai tim. Dan tim yang Ken masuki adalah tim elit di mana semua kelompoknya berasal dari kalangan atas. Membuat lelaki itu semakin populer dan terkenal di desanya. Bahkan misi yang lumayan sulit pun bisa Ken atasi bersama dengan teman-temannya. Sedangkan Nao. Anak remaja itu masih terus berlatih pedang walau tak ada peningkatan pada kekuatannya. Ia masih menepati janjinya dengan Pak Ronald untuk menunggu kepulangan gurunya. Kini Nao berada di halaman rumahnya sedangkan Ken pergi menjalankan misi. Anak remaja itu asyik mengayunkan perangnya ke kiri dan ke kanan lalu ke atas dan ke bawah sesuai dengan teknik yang Nao ingat saat gurunya mengajarinya dulu. Saat Nao fokus dengan latihannya. Tiba-tiba saja sebuah tebasan pedang mengarah padanya. Menyadari hal itu. Mao segera menangkis pedang tersebut sehingga terdengar suara keras yang memekakkan telinga saat dua pedang saling begesekkan. Keduanya berdiri saling berhadapan dengan jarak lima meter. Nao menatap orang yang menyerangnya. “Siapa kamu?” tanya Nao. Tapi, lelaki itu tidak menjawab. Lelaki asing itu memakai sebuah topeng sehingga Nao tidak dapat mengenali lelaki tersebut. Baru saja Nao ingin mengambil Napas dalam-dalam orang asing itu kembali menyerangnya. Sehingga mau tidak mau Nao harus meladeni lelaki misterius tersebut denga serius. Waktu berjalan begitu lambat bagi Nao. Pertarungan mereka sudah berjalan sepuluh menit. Tapi, bagi Nao mereka telah bertarung hampir dua jam. Karena kekuatan lelaki misterius itu tak sebanding dengannya. Nao sangat kewalahan menghadapinya. Pertarungan pun berhenti saat tiba-tiba saja Nao terjatuh di tanah. Sedangkan pedagangnya kini tergeletak di sampingnya. Saat Nao ingin mengambil pedangnya. Sebuah bilah pedang tiba-tiba berada di lehernya seakan memberinya ancaman. Nao segera menatap orang yang menyerangnya tadi dengan takut. “Apa aku akan dibunuh?” batinnya. “Kemampuanmu masih tetap sama seperti dulu,” ujar lelaki itu. “Suaranya mirip dengan Pak Ronald,” batin Nao. Tali, ia cepat-cepat menepis pikirannya. Soalnya gurunya tidak mungkin pulang secepat ini. Terakhir kali bertemu gurunya bilang akan pulang sangat lama dan memintanya until bersabar. Sambil mengarahkan pedangnnya pada di hadapan Nao. Salah satu tangannya terangkat dan membuka topeng yang sedari tadi membelenggu wajahnya. Saat itu lah Sebuah senyuman tercetak jelas di wajah Nao. “Pak Reonald!” peliknya senang. Lelaki misterius yang ternyata adalah gurunya sendiri itu segera menjauhkan perangnya dan memasukkannya ke dalam sarung pedang. Nao segera memeluk gurunya. Ia sudah sangat merindukan gurunya itu. Tak hanya itu, dia juga tidak sabar untuk latihan bersama dengan gurunya. “Guru! Akhirnya kau kembali. Aku sangat merindukan mu!” pekik Nao senang masih memeluk gurunya. Sang ibu yang sibuk membersihkan rumah tak sengaja mendengar suara ribut di luar menjadi penasaran. Akhirnya keluar dan betapa kaget ia melihat anaknya memeluk seorang lelaki. “Nao… dia siapa?” tanya Bu Rika. Karen wanita tidak bisa melihat jelas lelaki tersebut karena membelakanginya. Nao melepas pelukannya. Lalu lelaki paruh baya yang memeluk Nao tadi pun segera berbalik. “Ini aku…” “Ronald!” pekik Bu Rika. “Bukankah kau sedang dalam misi?” “Iya. Tapi, misi aku sudah selesai dan aku cepat-cepat kembali untuk bertemu dengan Nao.” Bu Rika pun segera mempersilahkan Ronald masuk ke rumahnya untuk memberinya makanan dan cemilan sekaligus bercengkrama tentang pengalaman Ronald saat menjalankan misi. Tak hanya itu lelaki paruh baya itu juga meminta izin pada sahabatnya yang tak lain adalah ibu Nao untuk melatihnya sekali lagi. Setelah itu Pak Ronald pun kembali ke rumahnya setelah mendapat Izin. Esok harinya, Nak dan Pak Ronald pun mulai berlatih pedang. *** Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Dua tahun telah berlalu. Kini Nao dan Ken berumur delapan belas tahun. Hubungan mereka masih seperti dulu. Tidak ada kemajuan sama sekali mengingat keduanya mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Ken sibuk dengan misi-misinya sedangkan Nao sibuk dengan latihan pedangnnya bersama dengan Pak Ronald. “Ma, aku pergi dulu yah.” Ujar Nao pamit pada ibunya. Hari ini ia berencana ke hutan untuk berburu binatang dengan menggunakan kemampuannya sendiri. Setibanya di hutan, lelaki itu tersenyum menyeringai menatap binatang buruannya yang tengan makan. Dengan langkah mengendap-endap Nao berjalan mendekat sambil mengeluarkan pedangnnya. Sayangnya, saat langkahnya sisa satu meter lagi. Nao mmenginjak sebuaahbranting nembut buatannya kaget dan menatapnya. Setelah itu hewan tersebut lari menjauh. Tak ingin tinggal diam, Nak segera mengejar buruannaya. Saat mendapatkan kesempatan lelaki itu segwrs melemparkan sebuah tebasan di tubuh hewan tersebut. Tak sampai di situ, Nao kembali melanjutkan buruannya hingga hewan yang ia dapat berjumlah tiga puluh ekor. Dengan jumlah sebanyak itu, Nak bisa menghasilkan sedikit uang dengan menjual hasil buruan ya di hutan. *** Setelah berburu. Nao pun kembali ke rumahnya untuk membersihkan tubuhnya lalu menganti pakainnya. Setelah itu Nao pun berangkat ke pasar tak lupa ia juga membawa hasil buruannya. Nao menikmati berjalan-jalan di sekitar pasar setelah menjual hasil buruannya. Namun, tiba-tiba saja banyak warga yang berlarian ke arah berlawanan dengannya. “Monster! Ada monster di sana!” sambil berlari banyak yang berteriak ketakutan karena melihat monster. “Monster?” batin Nao bingung. Bukankah seharusnya monster tak bisa masuk ke desanya? Bukankah banyak petualang yang di berikan misi untuk menjaga desa. Tapi kenapa monster itu bisa masuk. Tak ingin pusing memikirkan itu. Nao segera berlari untuk melihat monster tersebut. Setidaknya ia ingin membantu jika ada yang membutuhkan pertolongannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD