BAB 24 Meningkatnya Rasa Iri

1083 Words
Kini Nao dan Pak Reonald duduk berdampingan sambil bersandar pada pohon tempat Nao tertidur tadi. Dengan pohon itu keduanya tidak akan terpapakan sinar matahari yang sangat terik. Keduanya terdiam cukup lama. Nao lagi-lagi tidak mengingat mimpi yang ia alami barusan. Yang ia ingat hanyalah pertarungan Ken yang ia lihat beberapa saat yang lalu. “Kenapa kau bisa ada di sini?” “Aku hanya ingin menenangkan diriku.” “Ada masalah apa? apa ada sesuatu yang mengganggumu akhir-akhir ini?” Nao terdiam sejenak dan menatap gurunya. “Aku kira aku sudah menajdi kuat. Tapi, ternyata ... aku adalah lelaki yang pengecut,” ujar Nao dan tersenyum kecut saat kembali menginat kejadian p*********n di desanya tadi. “Saat monster itu menyerang desa. Aku berlari untuk membantu para masyrakat desa. Tapi, saat melihat keganasan monster itu ... kakiku tak bisa bergerak. Aku hanya bisa mematung diam dan melihat mereka diserang dengan wajah panik dan berteriak meminta pertolongan. Aku tidak bisa melakukan apa-apa.” Pak Reonald hanya bisa diam mendengarakan curhatan Nao. “Untungnya ada Ken yang datang tepat waktu. Saat itu aku hanya bisa melihat Ken dari kejauhan yang membantu para masyarakat desa. Sedangkan aku ... aku hanya diam melihat.” “Lalu apa yang menganggumu? Bukankah warga desa sudah aman karena ada Ken?” “Aku ...” Nao terlihat ragu mengatakan isi hatinya. “Aku iri padanya. Dia bisa melawan mosnter itu. Aku juga ingin sepertinya. Aku ingin membantu para warga desa yang kesusahan.” “Dari dulu aku selalu iri padanya. Tapi, aku selalu menghiangkan kecemburuanku dan memikirkan hal yang lain. Karena aku tahu .... kecemburuan hanya akan membawa kepahitan dan membuat hubungan kami menjauh. Tapi, semakin kami dewasa. Apa yang Ken capai membuatku semakin cemburu tiap harinya ...” “Aku ... aku selalu berpikir kenapa aku terlahir seperti ini? Kenapa aku berbeda ...” Air mata Nao pun tumpah seketika. Tak bisa bending dari pelupuk matanya. Ia sangat sedih dan terluka saat ini. Pak Reonald terdiam. Ia mengerti dengan situasi yang dialami muridnya. Segera lelaki paruh baya itu memeluk Nao menenangkannya. “Aku tahu ... dan aku mengerti dengan apa yang kau alami.” Pak Reonald melepas pelukannya dan menatap kedua mata Nao serius. “Tapi ... perlu kau ingat. Semua yang terlahir di dunia ini memiliki takdirnya masing-masing. Tidak ada yang memiliki takdir yang sama. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin saat ini di matamu Ken sangat hebat dan kuat. Tapi, bisa jadi di kemudian hari kaulah yang akan menjadi lelaki terhebat di mata Ken.” “Tetaplah berusaha untuk menjadi kuat. Apa kau masih ingat dengan perkataanku saat kau berumur sepuluh tahun?” “Sebuah pepatah mengatakan proses_” “Tidak akan menghianati hasil,” ujar Nao tiba-tiba memotong perkataan gurunya. Pak Reonald tersenyum dan mengelus kepala Nao. “Jangan pernah menyerah untuk menjadi kuat. Yakinlah pada dirimu sendiri. Guru yakin ... suatu saat nanti kau bisa melampaui Ken dan teman-temanmu yang lainnya.” Nao mengangguk mengerti. Kini ia sudah tidak sedih lagi. apa yang di katakan Pak Reonald benar. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bisa jadi Nao bisa melampaui semuanya. Selama ia terus berusaha. “Bagaimana kalau besok Nao temani guru berburu monster di hutan? Sebangai pelatihan untukmu.” “Tentu saja aku mau, Guru!” pekik Nao senang. Sekali lagi Pak Reonald mengelus rambut Nao. Ia sudah menganggap Nao sebagai anaknya sendiri. “Aku sudah tidak sabar melihat pencapaianmu di masa depan. Di mana orang-orang yang dulunya menghina, membenci dan menjauhimu berbalik menyukaimu dan menyanjungmu,” batin Pak Reonald. *** Setelah berbicara dengan Pak Reonald. Nao pun kembali kerumahnya. Tiga meter dari jarak rumahnya ia melihat banyak warga yang mengerubuni rumahnya. “Ada apa ini,” batinnya panik. Ia takut terjadi sesuatu di rumahnya. Saat Nao sudah dekat di rumahnya ia pun bernapas lega. Para warga desa berbondong-bondong kerumahnya untuk memberikan hadiah berupa makanan pokok seperti buah-buahan, daging dan sayuran untuk Ken karena telah menyelamatkan mereka dari serangan monster. “Permisi biarkan aku lewat,” ujar Nao memelas dari kerubunan warga di depan rumahnya. Tapi, lelaki itu didorong oleh salah satu warga. Nao kembali bangkit tapi lagi-lagi Nao di singkirkan. Sehingga mau tidak mau Nao pun menjauh dari kerubunan. Kini Nao berdiri di bawah pohon tak jauh dari rumahnya. Melihat Ken yang begitu senang mendapatkan banyak pujian dan hadiah dari warga desa. Ibu dan ayahnya pun terlihat bahagia dan bangga pada saudaranya. “Tapi ... perlu kau ingat. Semua yang terlahir di dunia ini memiliki takdirnya masing-masing. Tidak ada yang memiliki takdir yang sama. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin saat ini di matamu Ken sangat hebat dan kuat. Tapi, bisa jadi di kemudian hari kaulah yang akan menjadi lelaki terhebat di mata Ken.” Nao kembali mengingat perkataan gurunya. “Suatu saat nanti aku akan menjadi kuat dan akan melampaui Ken,” batinnya untuk menyemangati dirinya sendiri. *** Terlihat seorang lelaki yang memakai jubah berwarna hitam berjalan semakin dalam ke hutan. Lalu berhenti saat ia melihat sebuah jurang yang cukup dalam. “Sepertinya di sinilah tempatnya,” ujar lelaki itu. Lalu tersenyum menyeringai. Dalam hitungan detik kemudian lelaki berjubah hitam itu melompat kejuarang yang cukup dalam itu. Tempat di mana Nao penah terjatuh dan bertemu dengan gurunya beberapa tahun yang lalu. Lelaki itu pun mendarat dengan semupurnah di jurang itu. Anging berhenbus kencang kala kedua kaki lelaki itu mendarat di tanah. Dedaunan menjauhi kedua kakinya saat lelaki itu melangkah seakan takut pada lelaki misterius tersebut. Lelaki itu kembali melanjutkan perjalannya menelusuri jurang tersebut. Seakan lelaki itu tengah mencari sesuatu dan tak lama kemudian lelaki itu pun berhenti pada sebuah gua yang tersembunyi dalam jurang itu. Saat lelaki itu ingin masuk ia melihat sebuah cahaya putih menutupi pintu masuk gua tersebut. Yang menandakan gua itu tidak di perbolehkan untuk di masuki. Lelaki itu tersenyum menyeringai. “Segel murahan,” batinnya. Lalu dalam hitungan detik lelaki itu menghancurkan segel tersbeut dengan mudah setelah itu melangkah masuk dengan wajah arogannya. Tedengar aungan yang cukup keras saat lelaki itu melangkah semakin dalam. Lalu tak lama kemudian lelaki itu pun berhenti. Di hadapannya kini terlihat lima monster menyeramkan yang terkurung dan terbelenggu oleh rantai-rantai penyegel. “Mengamungklah sepuasnya di luar sana anak-anakku. Hancurkan dan bunuh semua yang menghalangimu. Jangan biarkan mereka lolos. Jubah hitam yang menutipi wajah lelaki itu tiba-tiba terbuka dan memperlihatkan wajah lelaki tersebut. Dia adalah guru Ken yang mengajari Ken ilmu sihir yang tidak pernah ia dapatkan di Academic.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD