1. Prolog
"BAWA MEREKA!"
"SERET AJA!"
"RAJAM!"
Teriakan orang-orang itu membuat seorang gadis ketakutan. Berlindung di balik punggung pria tegap di depannya.
"Sebentar, Bapak-bapak. Ini semua hanya salah paham. Saya bisa jelaskan," ujar pria berpakaian rapi itu dengan tenang.
"SALAH PAHAM APA? JELAS-JELAS KALIAN MESSUM DI DEPAN MESJID KAMPUNG KAMI!" teriak seorang bapak sambil mengacungkan tangan yang memegang sandal—tinggi-tinggi.
Gadis di belakang punggung pria itu ketakutan, membayangkan sandal jepit tersebut mendarat di tubuhnya. "Gimana ini, Pak?" bisiknya kemudian.
Pria dengan raut wajah datar itu menoleh sedikit wajahnya sejajar dengan bahu. "Semua ini gara-gara kamu!" balas berbisik dengan suara tegas penuh penekanan.
"Kenapa jadi gara-gara saya?" protes wanita muda itu, tidak terima. "Bapak yang salah. Masa buka seatbel yang gampang aja gak bisa, " tudingnya kemudian dengan tatapan mencibir.
Pria tampan itu berbalik. Menatap wanita di depannya dengan dingin. "Kalau memang gampang, lalu kenapa kamu sendiri tidak bisa tadi?"
"Ya ...." Gadis cantik berkerudung coklat muda itu membuang pandangan. "Ya kan saya perempuan. Wajar kalau gak bisa."
Pria itu memandang tajam tanpa kata membuat sang gadis salah tingkah.
"Bukan salah saya kalau seatbel mobil saya macet," ujar gadis itu lagi, membela diri.
"Jadi? Sekarang kamu mengakui kalau itu memang salah kamu?
"Enggak! Itu salah Bapak!"