Arena malam itu bergemuruh. Sorak penonton membahana ketika Andy memasuki ring, tatapannya tajam, ia siap bertarung dan hari itu di hatinya berkata: ini adalah pertarungan terakhir.
Dari sudut matanya. Ia memandang kearah tribun VVIP, disana tampak Escobar duduk santai di kursi paling depan, mengenakan pakaian rapi, di sampingnya Melly yang begitu anggun mempesona dalam gaun merah. Mereka tampak seperti biasa, tersenyum dan bertepuk tangan.
Andy merasa bahagia, tanpa ia sadari - hari itu adalah awal hari kelam dalam hidupnya bersama Melly.
Gong pertama berbunyi, dan pertarungan dimulai. Lawan Andy adalah petarung yang masih baru dan bukan tandingan berarti bagi sang juara. Dalam waktu singkat, Andy begitu mendominasi dengan pukulan dan tendangan presisi. Penonton berdiri bersorak, dan ketika pukulan terakhirnya menjatuhkan lawan, arena bergemuruh dalam tepuk tangan dan teriakan yang membahana.
Wasit langsung mengangkat cepat tangan Andy, mengumumkan kemenangan mutlak. Hati Andy senang dan bangga untuk sesaat. Tapi raut wajahnya seketika berubah, matanya memandang ke arah tribun VVIP dengan seksama. Tak ada senyum sang kekasih di sana. Senyum yang selalu bersemi dan membuat kelelahan bertarung tak berarti.
Di tribun VVIP, Escobar dan Melly menghilang. Tidak ada tanda kemana mereka pergi. Sorak penonton yang memuja kemenangannya terasa jauh dan hampa.
Andy berdiri mematung di tengah ring, dadanya berdegup kencang. Ada rasa ganjil yang merayap di hatinya - sesuatu yang hilang, seperti bagian dari dirinya yang hilang di rampas paksa.
Di tengah gemuruh kemenangan, Andy justru diliputi kegelisahannya. Senyum Melly yang ia harap akan menjadi hadiah manis setelah pertarungan... kini lenyap tanpa jejak.
Dan entah mengapa, firasat buruk mulai menyelimuti pikirannya kala itu.
Rasa takut akan kehilangan, gelisah yang berlebihan, berbaur menjadi satu. Ketakutan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
*****
Langit malam di atas laut gelap pekat, hanya dihiasi bulan pucat dan bintang-bintang yang redup di balik awan tipis. Angin membawa aroma air laut, memecah keheningan dengan desiran ombak yang menghantam sisi kapal pribadi milik Escobar - sebuah kapal kecil tapi mewah yang malam itu menjadi saksi bisu tragedi yang tak disangka akan terjadi.
Di ruang kabin utama yang mewah, lampu kuning temaram menerangi dua sosok yang duduk saling berhadapan.
Escobar Ruiz menatap tajam wanita cantik didepannya, jemari bermain mengetuk meja kayu mahal di antara mereka:
"Melly... apakah semua yang kudengar tentang hubunganmu dengan Andy adalah benar? Jawab yang sebenarnya, Melly," suara Escobar berat seperti badai yang tertahan sesaat.
Melly menatap langsung ke mata Escobar, tanpa rasa ragu dan takut sedikitpun:
"Ya, semua yang kau dengar dan kau lihat adalah benar. Aku mencintai Andy bahkan sangat mencintainya. Kami sudah siap hadapi resiko apapun. Kami telah berjanji untuk hidup bersama, mulai dari awal. Semua kemewahan yang kau berikan akan ku kembalikan, Escobar. Apartemen, mobil, dan perhiasan mewah yang kupakai.... kau boleh ambil kembali semuanya. Tapi aku mohon padamu. Jangan halangi kami. Kami hanya ingin hidup sederhana, penuh ketenangan dan rasa cinta yang sebenarnya."
Escobar menghela napas panjang, lalu tersenyum tipis, senyum yang tak sampai ke matanya:
"Kau sadar dengan ucapanmu, Melly? Aku telah berkorban banyak untukmu, memberimu segalanya, membahagiakanmu. Sebelumnya kau tak pernah merasakan itu. Kau menjadi ratu di hatiku. Dan sekarang... segampang itu--kau katakan akan meninggalkan semuanya... kau akan meninggalkanku? Dan pergi bersama pria itu? Kau katakan kau mencintainya? cukup, Melly! hentikan, kau masih punya waktu, mengubah keputusanmu."
"Tak bisa, Escobar. Aku tak akan pernah akan bisa merubah keputusanku walau kau mengancam nyawaku sekalipun. Andy adalah hidupku, masa depanku, sesuatu yang belum pernah ku temukan selama ini. Dan kau bukan apa-apa. Aku tidak pernah mencintaimu. Kemewahan yang kau berikan bagiku tak seberapa jika di bandingkan dengan cinta kami berdua."
Escobar terdiam beberapa saat. Matanya berkilat, wajahnya sangat tegang. Ia masih mencoba menahan emosinya yang sudah menggumpal dalam benaknya.
"Kembalilah engkau padaku, Melly. Kita lupakan semua ini. Aku berjanji akan lebih baik lagi kepadamu. Aku... aku juga tak bisa kehilanganmu."
Melly menggelang perlahan tapi matanya tegas dengan keputusannya.
"Maafkan aku, Escobar. Hatiku sudah bulat. Tak mungkin bisa berubah. Tak ada jalan kembali. Mulai saat ini kami telah putuskan semua dan kami akan pergi memulai dari nol. Membina hubungan atas nama cinta yang sebenarnya."
Hening menyelimuti ruangan. Lalu, seperti lilin yang padam tertiup angin, ekspresi Escobar berubah. Matanya menggelap, rahangnya mengeras. Napasnya memburu, dan senyum tipis itu sudah lenyap dari wajahnya. Digantikan dengan tatapan dingin seorang pria yang telah kehilangan segalanya.
"Kalau aku harus kehilanganmu... tak mungkin Melly... Aku tak akan rela kehilanganmu. Jika itu terjadi. Kau tak akan bisa menjadi milik siapapun selain diriku. Siapa pun tak akan bisa memilikimu!"
Melly tersentak mendengar ucapan Escobar, sontak ia memundurkan kursinya, nalurinya merasakan suatu bahaya dari tatapan Escobar kepadanya.
Tapi sebelum ia sempat bangkit, Escobar sudah melangkah cepat, tangannya mencekik leher Melly dengan kekuatan yang lahir dari amarah membara.
Melly coba untuk meronta, jemarinya mencakar tangan, suaranya tercekik, sulit untuk bernapas.
dengan sisa napas yang tersisa mencoba bertahan.
"Escobar... to...long..lepas..kan..."
Namun tatapan Escobar tak lagi mengenal belas kasih. Ia mendorong tubuh Melly ke lantai. Lalu meraih pisau lipat dari saku jasnya. Kilatan tajam itu memantul singkat di cahaya lampu sebelum menembus tubuh Melly.
Jeritan Melly teredam oleh suara ombak yang menghantam sisi kapal. Darah mengalir di lantai kayu. membentuk pola yang tak beraturan. Tatapan matanya yang dulu penuh kehidupan dan bercahaya indah kini kosong, tubuhnya terkulai di atas lantai dingin.
Escobar berdiri terengah, tangannya berlumuran darah. Ia mengatur napas perlahan, butuh beberapa detik baginya untuk kembali bernapas normal. Namun bukan rasa bersalah yang hadir--hanya kehampaan semata.
Ia menatap tubuh Melly, wanita yang dulu ia cintai, kini hanya seonggok tubuh tanpa nyawa.
Tanpa sepatah kata, Escobar mengangkat tubuh itu. Beratnya terasa berbeda--bukan lagi tubuh Melly yang hangat, tapi seperti beban dingin dari keputusan kejamnya. Ia membawanya keluar kabin, melewati dek kapal yang diterangi cahaya bulan setengah.
Angin dingin malam menerpa wajahnya, membawa aroma darah yang menusuk hidung.
Di tepian dek kapal, Escobar menatap lautan yang bergelombang. Ia menutup mata sejenak, lalu melempar tubuh kaku Melly dalam kegelapan."BYURRR"
Suara gemercik terdengar saat tubuh menyentuh lautan, lalu tenggelam, di telan samudra tanpa jejak.
Escobar berdiri, menatap air yang kembali tenang seolah tak menerima tamu malam itu. Ombak terus bergerak, bulan tetap menggantung. Bintang-bintang menjadi saksi dari kejauhan.
Di dalam hati Escobar. Cinta yang tumbuh bersama Melly kini berganti menjadi kebencian yang mengeras seperti karang. Dan malam itu - sosok Escobar berubah seperti iblis yang melangkah ke titik paling berbahaya dalam hidupnya.
Pertarungan Andy Wong telah selesai. Tapi di kedalaman lautan, rahasia kelam Escobar akan muncul ke permukaan.