Keberhasilan Andy Wong menjadi sang juara tak terkalahkan membuat namanya semakin terkenal di arena pertarungan bebas. Ucapan selamat datang dari segala arah, namun Andy tahu, kemenangan hanyalah pembuka dari awal sebuah kehancuran yang jauh lebih dahsyat di banding dengan pertarungan sehebat apa pun.
Beberapa hari kemudian, Eskobar terbang kembali ke negaranya di Meksiko, untuk mengurus bisnisnya. Kepergian itu menjadi celah yang tak pernah Andy dan Melly rencanakan.
Pertemuan pertama setelah pertandingan terjadi di sebuah kafe tersembunyi di sudut kota. Melly datang dengan mantel panjang, rambutnya dibiarkan terurai. Mereka duduk berhadapan, awalnya hanya berbicara ringan - tentang pertandingan, tentang hidup, tentang mimpi. Tapi semakin lama, percakapan itu merayap ke wilayah yang lebih pribadi.
Yang awalnya hanya tatap-tatapan singkat berubah menjadi sentuhan singkat di meja, lalu menjadi pertemuan rutin. Mereka mulai saling mencari alasan untuk bertemu, berjalan di malam hari, atau hanya duduk di mobil memandangi hujan.
Rahasia itu mereka jaga rapat-rapat. Tidak ada foto bersama, tidak ada pesan yang disimpan lama. Mereka tahu akibat yang akan mereka hadapi, tapi justru di situlah letak daya tariknya.
Hari-hari berjalan, dan apa yang dimulai sebagai rasa penasaran kini berubah menjadi cinta yang membakar. Melly menemukan ketulusan di balik tatapan Andy, sesuatu yang tak ia dapatkan dari Escobar. Andy menemukan kelembutan dan perhatian yang selama ini tidak pernah ia rasakan dari siapa pun.
Di balik gemerlap lampu kota dan sorak kemenangan di arena, mereka membangun dunia mereka sendiri - dunia yang hanya milik berdua, di mana waktu seakan berhenti, dan cinta tumbuh liar di antara bayang-bayang rahasia.
*****
Malam itu, di sebuah kamar hotel sederhana namun hangat, hujan turun perlahan membasahi jendela kaca. Lampu temaram menyinari dua sosok yang duduk saling berhadapan di atas ranjang, bebalut keheningan yang indah. Andy memandangi wajah Melly, wanita yang selama enam bulan terakhir telah menjadi bagian dari jiwanya. Bukan sebagai kekasih rahasia, bukan hanya pelarian, tapi sebagai cinta sejati.
Melly menunduk perlahan, menggenggam tangan Andy dengan lembut.
"Aku sudah memikirkan ini sejak lama, sayang. Aku tak ingin lagi hidup dalam bayang-bayang. Aku lelah menjadi milik seseorang hanya karena kekayaan. Mobil mewah, perhiasan, apartemen--semua itu tak ada artinya jika di banding denganmu. Aku ingin selalu bersamamu."
Andy menarik napas dalam-dalam, jari-jarinya membelai pipi Melly yang halus.
"Aku juga merasa hal yang sama seperti yang kau katakan. Kau tahu aku bukan pria kaya. Tapi aku bisa bekerja keras, dan aku berjanji akan selalu membahagiakanmu dengan seluruh yang kumiliki."
Melly tersenyum, namun air matanya menetes pelan--bukan karena sedih, melainkan karena bahagia.
"Kita akan kembali semuanya dari nol kan? Tinggalkan semuanya. Aku rela kehilangan seluruh kemewahan ini, asalkan kau selalu ada di sampingku setiap hari."
Andy memeluknya erat. Dihatinya, detak jantung Melly terasa damai.
"Pertarunganku minggu depan, akan menjadi yang terakhir. Setelah itu... aku akan melamarmu. Kita akan mulai hidup yang baru."
"Kau sudah yakin?" tanya Melly manja.
Andy menatap Melly dalam-dalam. "Aku selalu yakin dengan yang ku katakan, apalagi itu tentang kamu. Hanya satu yang ku takuti dalam hidupku."
"Apa itu?" tanya Melly.
"Kehilanganmu. Lebih baik aku kehilangan segalanya daripada harus kehilanganmu di hidupku," jawab Andy cepat.
Melly tersenyum, matanya berkaca-kaca, "Kau tahu, dulu aku berfikir cinta hanya soal kenyamanan. Tapi kenyataannya, cinta itu... seperti ini. Sederhana. Menenangkan, membuat jantung berdebar. Sangat sulit untuk di rangkai dengan kata-kata. Hanya hati yang bicara."
Andy membelai rambut Melly dengan lembut. "Dan aku hanya berfikir bertarung dan menjadi yang terhebat di atas ring. Tapi setelah mengenalmu, aku baru sadar... pertarungan terbesar adalah mempertahankan cinta sejati yang bersemi dan harus diperjuangkan."
Melly tersenyum. Mereka saling bertatapan, dan dalam setiap pandangan yang terjadi, ada janji yang lebih kuat dari sumpah manapun.
"Kita akan bahagia, sayang. Aku janji. Aku akan bekerja dengan giat dan jujur, dengan cinta suci... kita akan bangun semuanya... bersama sampai anak cucu," ucap Andy yakin.
Raut bahagia terpancar dari keduanya. Pelukan mereka pada malam itu bukan hanya pelukan sepasang kekasih, melainkan penyatuan dua jiwa yang telah siap meninggalkaan kehidupan lama demi menjalani dunia baru, yang mungkin lebih sulit - tapi jauh lebih berarti bagi cinta mereka yang tulus.
Dalam bisikan hujan dan kehangatan hembusan angin malam yang sejuk, mereka berdua menyadari bahwa cinta ini bukan untuk sesaat. Tapi awal dari selamanya.
*****
Hubungan jalinan asmara antara Melly dan Andy tersembunyi rapi selama berbulan-bulan, tapi semuanya hanya sementara. Escobar Ruiz akhirnya mengetahui jalinan asmara yang terjalin antara keduanya.
Malam itu, Escobar duduk diam di ruang kantornya yang mewah, memandangi layar tablet yang menampilkan foto-foto hasil penyelidikan dari pengintai yang di bayar oleh Escobar. Di sana, terlihat jelas - Andy dan Melly berjalan berdua di malam hari, tertawa, saling menggenggam tangan, berpelukan di sudut jalanan sepi. Tak butuh waktu lama bagi Escobar untuk menyimpulkan segalanya.
Hatinya bergemuruh. Tangannya mengepal di atas meja, bergetar bukan karena amarah semata, tapi karena luka yang dalam. Selama ini ia begitu mencintai Melly sepenuh hati, memberikan segalanya--apartemen, mobil mewah, perhiasan mahal, dan seluruh keperluannya, semua ia penuhi. Dan Andy adalah petarung tak terkalahkan, mesin penghasil dolar baginya.
Namun dua manusia yang paling ia percayai, ternyata bermain gila di belakangnya.
"KALAU DIA BUKAN MILIKKU... MAKA TAK SEORANG PUN BOLEH MEMILIKINYA." Escobar berbisik lirih, suaranya dingin seperti baja.
Ia masih menahan diri. Ia tetap tersenyum saat bertemu Andy, seolah tak ada yang berubah. Bahkan memeluknya, memberi semangat untuk pertarungan besar minggu depan. Ia masih mencium pipi Melly dengan hangat saat mereka bertemu di ruang publik.
Namun di balik semua itu, Escobar telah merancang segalanya.
Rencana itu akan berjalan tepat setelah pertarungan Andy. Setelah pertandingan, Escobar akan melaksanakan rencananya. Sebuah rencana keji yang telah ia susun sebagai rasa sakit hati yang di pendam dari sebuah pengkhianatan.
Ia tak peduli seberapa gelap jalan yang akan ia tempuh. Karena bagi Escobar Ruiz, cinta yang dikhianat, dan pengorbanan yang tak di hargai... adalah alasan sah untuk sebuah kehancuran. Dan semua itu telah tersimpan dalam benaknya. Sebuah keputusan akibat nafsu dari perasaan hati yang telah di rasuki iblis. Cinta yang di anggap suci menjadi sebuah kebencian yang merasuki dalam pikiran manusia seperti Escobar.
SEBESARNYA-BESARNYA PERTARUNGAN BUKAN YANG TERJADI DI ARENA PERTANDINGAN ATAU DI MEDAN PERANG, TAPI ADA DALAM DIRI MANUSIA. KEMENANGAN SEJATI APABILA SESEORANG MAMPU MENGALAHKAN NAFSU DALAM DIRINYA.