Franky mengangguk, berjalan ke arah Bagas, lalu meletakkan ponsel itu di atas meja. Tatapannya menusuk, seolah mengingatkan Bagas bahwa sedikit melakukan kesalahan, nyawanya bisa melayang.
Bagas mengambil ponselnya, membuka layar dengan sidik jari. Jemarinya bergerak cepat. Ia masuk ke aplikasi mobile banking, mengetik nominal fantastis, lalu menyiapkan transfer. Petrus berdiri di belakangnya, memperhatikan setiap langkah dengan tatapan penuh selidik.
"Jangan coba-coba bermain dengan api, Bagas. Kau tentu mengerti konsekuensinya kalau kau mengelabui kami," gumam Petrus dingin sambil menekan bahu Bagas.
Bagas tersenyum samar, wajahnya tenang - tak terintimidasi oleh ancaman dari Petrus. "Santai saja, Tuan Petrus. Saya adalah pebisnis.... apapun jenisnya dan resikonya... selagi masih menguntungkan, saya siap menerimanya."
Franky mendekat, matanya mengawasi layar ponsel. Bagas pura-pura fokus pada trannsaksi, tapi otaknya bekerja cepat. Ia tahu ini momen paling genting. Satu kesalahan kecil bisa membuka penyamaran yang ia bangun.
Tombol 'Transfer' sudah di depan mata. Namun detik itu juga, ponselnya bergetar menampilkan notifikasi sistem keamanan bank. "KODE VERIFIKASI. TELAH DIKIRIM."
Petrus menyipitkan mata. "Ada masalah?" tanyanya, nadanya penuh kecurigaan.
"Hanya jaringan. Sabar sedikit, sebentar lagi juga akan clear," jawab Bagas santai.
Layar ponsel Bagas hanya menampilkan aplikasi mobile banking, namun dengan kecepatan yang luar biasa jarinya melayang menyentuh kombinasi tombol darurat yanng telah disiapkan sebelumnya, pesan singkat hanya berupa tanda SERU "!" terkirim kepada Helena.
Dari tempat persembunyiannya, Helena menerima sinyal itu di ponselnya - langsung merespons cepat. Wajahnya serius, sorot matanya tajam menatap ke arah gedung di pinggir pantai. Tanpa ragu, ia berbisik lantang melalui headset yang tersambung ke Freddy dan Youngky. "Kode merah! Serbu sekarang!"
Di waktu yang sama, Inspektur Jaka--identitas aslinya Bagas, masih menunggu proses transfer yang tetap bermasalah.
Helena bersama Freddy dan Youngky bergerak cepat. Mereka berlari, melompati tembok dengan senjata serbu terangkat, mengendap dan merayap mendekati vila. Angin laut yang semilir kini bercampur dengan ketegangan yang mencekam.
Di dalam ruangan, Petrus masih memperhatikan layar ponsel Bagas. Tiba-tiba dari luar terdengar suara teriakan keras.
"POLISI! JANGAN BERGERAK!"
Brakkk!
Kaca jendela pecah berkeping-keping bersamaan dengan teriakan itu. Kilatan moncong senjata menerobos masuk, membuat anak buah Petrus jadi panik dan spontan mengangkat senjata.
Helena menerobos masuk dengan gerakan akrobatik. Senjata serbunya terangkat tinggi, suara hentakan sepatunya memantul di lantai kayu villa.
Tanpa membuang waktu, Helena mengarahkan cepat senjatanya ke arah dua musuh yang berjaga di dekat pintu depan bagian dalam gedung - presisi dan terukur...
"Dor...dorr..."
Peluru tepat sasaran, dua penjaga tak sempat membalas--terduduk dengan luka di bagian kaki dan tangan.
Sementara itu, dari arah depan, Freddy dan Youngky menerobos dengan gesit, berguling dan presisi. Mereka bergerak seperti bayangan, dalam sekejap... dengan kerjasama brillian, dua penjaga musuh bersenjata tak sempat membalas, ketika serbuan senjata kedua detektif muda itu - tepat dan terukur menghantam kaki musuh dan bahu. Suara jeritan dan tembakan singkat berbaur membuat ruangan bergetar seperti gempa bumi.
Petrus yang sedang duduk menunggu transaksi banking clear sontak berdiri, matanya melotot terkejut. Situasi berubah dalam sekejap - ruang transaksi yang tadinya tenang mendadak menjadi arena penyergapan mematikan.
Petrus menoleh tajam ke arah Bagas alias Inspektur Jaka, yang masih memegang ponsel seperti tak menyadari kerusuhan yang sedang terjadi di Vila.
Jaka atau Bagas tersenyum tipis, wajahnya dingin penuh kepastian. "Sepertinya... pertransferan gagal dan transaksi kita juga batal, Tuan Petrus."
Senyum dan jawaban bagaikan pisau yang menikam harga diri sang bos sindikat. Petrus mengepalkan tangannya, wajahnya merah padam.
"Manusia tengik! Kau berani menipuku!" teriaknya sambil meraih pistol dari balik meja.
Namun dengan cepat, Jaka menendang meja ke arahnya, membuat pistol terlepas dari tangan Petrus.
Franky yang berada di situ langsung mengambil pistol dari balik bajunya, namun Jaka telah siap dan menghantam kursi ke arah Franky, membuat pria bertato itu terhuyung - kehilangan keseimbangan.
Sementara Helena telah membuka pintu depan, lalu Freddy dan Youngky menerobos masuk dengan gerakan taktis.
Musuh datang menyerbu. Seketika baku tembak terjadi di seluruh ruangan. Helena berguling ke arah sofa, melepaskan tembakan presisi, menjatuhkan satu lawan yang coba menyerang dari sisi jendela. Freddy dan Youngky menutup jalur keluar, memastikan tak ada seorang pun yang lolos.
Sementara di ruangan transaksi. Petrus berhasil meraih senjatanya kembali ketika Jaka sedang baku hantam dengan Franky. "Mampus kau!" teriaknya melesatkan peluru pada saat Jaka menendang Franky terpental menghantam tembok.
Jaka dengan sigap menghindar dan berguling sambil membalikkan meja kayu jati - menjadikan meja sebagai tameng dari lesatan peluru Petrus.
Selang sepersekian detik, empat anggota sindikat tiba dari arah pintu belakang. Serbuan mendadak pecah, mereka menerjang ke arah Jaka dengan senjata otomatis, menghujani meja jati tempatnya berlindung dengan rentetan peluru. Kayu jati tebal itu bergetar hebat, serpihan kayu beterbangan, suara dentuman memekakkan telinga.
Jaka menunduk rapat, tanpa senjata, tanpa rompi anti peluru, hanya berpegang pada naluri dan refleks tajamnya. Nafasnya teratur, matanya terus mencari celah.
Tiba-tiba pintu ruangan itu di dobrak, Helena menerobos masuk menembak ke arah empat orang yang sedang menyerbu Jaka, salah satu musuh terkapar setelah lesatan peluru Helena menembus bahunya.
Helena berteriak lantang, "Kaka Jaka! Tangkap!" tangannya melempar senjata laras pendek ke udara dengan presisi sempurna.
Jaka langsung bereaksi, dengan satu gerakan gesit, ia lompat keluar dari balik meja, tubuhnya melayang di udara. Seakan waktu melambat, ia berputar setengah lingkaran, tangan kanannya menangkap senjata itu dengan tepat sebelum menyentuh lantai.
Dalam posisi masih di udara, mata Jaka tajam. Jemarinya langsung merespons menekan pelatuk.
DOR! DOR DOR!
Tiga letusan cepat meledak memekakkan telinga.
Dan akibatnya--tiga anggota sindikat langsung tumbang. Satu roboh dengan peluru menembus bahu, dan lainnya terjerembab keras menghantam lantai.
Tubuh Jaka mendarat dengan mantap, posisi lutut menekuk, pistol terangkat sejajar dengan tatapannya. Wajahnya dingin, sorot matanya tajam bagaikan elang memburu mangsa.
Helena tersenyum tipis melihatnya, kagum pada aksi yang begitu cepat dan presisi. Sementara Freddy dan Youngky bergerak maju, menyapu sisanya yang mulai panik.
Petrus yang sadar situasi berbalik tak menguntungkan, segera melirik ke arah Franky - memberi kode cepat tanpa buang waktu. Franky langsung bergerak menarik Petrus, membuka pintu rahasia yang tersembunyi di balik rak buku besar di ruang utama vila.
"Cepat Bos!" teriak Franky, mendorongnya masuk ke lorong sempit yang bisa tembus ke bagian belakang vila, langsung menuju dermaga kecil.
Jaka yang baru saja menjatuhkan tiga orang sindikat menangkap gerakan itu dengan tajam. Ia tahu jika Petrus lolos, misi menjadi sia-sia.
Dengan suara tegas penuh otoritas, Jaka berteriak:
"Lena, Freddy, Youngky! Mereka coba kabur ke belakang! Kalian bertiga kepung dari luar - jangan ada jalan keluar untuk mereka lolos!"