bc

My Baby, My Strength

book_age18+
5.0K
FOLLOW
37.7K
READ
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

(sudah tamat), spin off dari Dear Pak Dosen.

Hamil di luar nikah menjadi titik balik seorang Firda Zeranita untuk berjuang menata kembali kehidupannya yang hancur. Dicampakkan keluarga dan laki-laki yang menghamilinya menjadi cerita lain yang membuatnya semakin jatuh.

Di saat ia patah harapan, lelaki yang memiliki serangkaian gangguan psikis itu datang kembali menawarkan tanggung jawab dan cinta yang belum sirna dari hatinya.

Bagaimana perjuangan mereka untuk berhijrah dan membesarkan seorang anak yang pada akhirnya menjadi kekuatan untuk terus berjuang dan menatap dunia?

(Tokoh-tokoh di cerita ini ada di Dear Pak Dosen)

chap-preview
Free preview
PROLOG
PROLOG Isak tangis mencekat, menggaung di seantero sudut. Gadis itu terkulai di lantai kamar kostnya dengan tangis menyayat yang tiada berujung. Entah berapa banyak lembaran tissue habis, entah berapa liter air mata yang telah tumpah, tapi selalu saja ada sesuatu yang seakan menggetarkan gendang telinganya, ‘Be Strong...!’ Ya, menjadi kuat adalah satu-satunya pilihan yang harus ia tempuh karena dia tak punya pilihan lain selain menjadi kuat. Kepulangannya ke Bandung hanya menorehkan sejuta luka yang menimpa luka lain yang masih basah. Orang tuanya yang terpandang, sang ayah yang sedang sibuk berkampanye karena mendaftarkan namanya menjadi calon legislatif, sang bunda yang seorang dokter dan terbiasa menolong ibu-ibu melahirkan, nyatanya ketika mendengar putrinya hamil di luar nikah, amarah dan ketakutan akan tercorengnya nama baik lebih mendominasi dibanding memikirkan bagaimana kehidupan sang anak bungsu ke depannya. Kamu mencemarkan nama baik keluarga. Kamu hanya menjadi aib. Ayah bunda nggak pernah mengajarimu menjadi seliar ini. Kamu udah berzina, berbuat dosa, dan sekarang kamu hamil? Pergi dari sini, ayah sangat kecewa. Ayah tidak sudi menerima seorang pezina di sini..! Dan satu fakta mengejutkan yang semakin menambah derita dan rentetan luka yang masih menganga adalah ketika ia tahu asal muasal dirinya. Anak kandung saja tak ada yang berbuat laknat dan menorehkan aib di keluarga, kamu yang cuma anak pungut dari panti asuhan berani merusak nama baik keluarga...! Gadis itu semakin tercekat. Dia bukan anak kandung orang tua yang amat disegani dan disayanginya. Dia anak pungut dari panti asuhan dan ia pun tak tahu siapa orangtua kandungnya. Dia pezina... Perempuan nakal... Jalang... Nggak bener... Dia wanita nakal... Wanita malam yang suka dugem... Dia wanita murahan...! Air mata kembali berderai. Semua seakan menuduhnya wanita binal yang sudah tidur dengan banyak lelaki, bahkan oleh laki-laki yang begitu ia cintai dan telah menanam benih di rahimnya. Bayu Lesmana Pratama Laki-laki berusia 28 tahun, sembilan tahun lebih tua darinya, yang ia kenal di salah satu night club... Dia asli Purwokerto, kota kecil tempatnya menimba ilmu di universitas. Laki-laki itu masih single... Tentu saja. Jika sudah beristri, dia tak akan mau menjadi pacarnya. Hanya padanya ia menyerahkan segalanya. Tak ada yang lain... Hanya padanya.. Tentu ia tak lupa, saat pertama kali pria itu menyentuhnya di vila miliknya. Ia menenangkan tangisnya dan mengatakan padanya bahwa dia akan bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi malam itu. Nyatanya, laki-laki itu membuangnya setelah menyesap manis kemolekan tubuhnya. Brengsek... Kejam... Jahat... Tega... Serangkaian cemooh ia lontarkan pada laki-laki tak berperasaan itu. Tetap saja, semua itu tak bisa mengubah apapun. Sungguh sakit ketika orang yang begitu dicinta berubah menjadi seorang pecundang yang tak lagi menganggapnya berarti. Air matanya tak lagi ada harganya di mata lelaki itu. Dengan semena-mena, ia malah menuduhnya berhubungan dengan banyak pria dan tak mau mengakui janin dalam rahimnya. Gadis yang tengah layu, bermuram durja, dan bermandikan nestapa itu bangkit dari posisinya. Ia menatap bayangannya di cermin, mencoba mencari sisa-sisa ketegaran yang mungkn bisa dijadikan pegangan untuk melangkah ke depan. Jari-jarinya mengelus perutnya. “Maafkah HambaMu yang kotor ini ya Allah... Beri hamba kesempatan untuk bertaubat dan membesarkan anak ini.” Air mata kembali berjatuhan. Entah langkah apa yang akan ia tempuh. Saat ini pandangannya begitu gelap. Dia tak akan melanjutkan kuliah karena dia sudah tak memiliki uang. Dia akan bekerja untuk menghidupi dirinya dan juga janin dalam rahimnya. Dia akan melakukan segalanya untuk menjaid ibu yang baik. Cukup sudah dia melakukan kesalahan besar. Dia tak ingin anaknya kelak turut menderita karena dosanya. Dia tak mau anaknya bernasib sama, terbuang di panti, lalu diadopsi, dan pada akhirnya akan terbuang kembali ketika ia pikir ia memiliki keluarga sebagai tempat untuk berpulang. Nyatanya ia tak pernah memiliki keluarga. “Firda Zeranita... Kamu pasti bisa melalui semua ini.” Senyum itu terulas di tengah kegetiran yang meleburkan perasaannya. ****** Firda mengamati sekeliling ruangan. Rumah kontrakan ini terdiri dari ruang depan, kamar, dapur, dan kamar mandi. Tak begitu sempit untuk ditempati seorang diri. Di dalamnya sudah ada ranjang dan kasur, lemari, karpet di ruang depan tanpa kursi, alat-alat dapur sepeti kompor, alat makan, alat masak, dan lain-lain. Ia melirik Rayga, adik dari Bayu yang dengan kebaikan hatinya mencarikan kontrakan untuknya sekaligus mengisi kontrakan itu dengan segala perabot. “Kamu nggak perlu repot-repot seperti ini. Kakakmu yang seharusnya bertanggung jawab padaku bukan kamu.” Pria 26 tahun itu menatap Firda datar. “Aku melakukannya karena calon ponakan yang ada di rahimmu. Kakakku mungkin tidak mengakuinya, tapi aku mengakuinya bahwa anak itu adalah ponakanku. Aku nggak sampai hati membiarkan seorang wanita terlunta-lunta sendiri sementara ia mengandung anak kakakku.” Rayga masih datar menatapnya. Ia duduk di karpet dan meletakkan dua box nasi. “Sebaiknya kamu duduk di sini. Temani aku makan.” Rayga melirik Firda yang masih mematung. Firda duduk di hadapan pria itu tanpa sepatah kata. Ia melirik box nasi di hadapannya. “Kamu nggak perlu takut. Yang punya kontrakan ini adalah saudara sepupuku. Aku menjelaskan kondisimu yang sebenarnya. Hanya saja aku tidak mengatakan bahwa laki-laki itu adalah Mas Bayu. Dia mau menerimamu di sini. Kamu nggak usah khawatir soal biaya kontrakan, biaya makan dan periksa kandungan, aku yang akan menanggungnya. Fokus saja pada kehamilanmu.” Firda membisu. Laki-laki itu begitu berbeda dengan kakaknya. Meski sikapnya dingin dan terkesan cuek, tapi dia memiliki rasa perikemanusiaan dan kepedulian yang tinggi. Jujur, ia tak enak hati merepotkannya. Apa daya, saat ini dia tak memiliki apa-apa. Namun dia akan tetap pada rencana awal, bahwa dia akan bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri dan calon anaknya. Rayga menyodorkan sekotak nasi lebih dekat pada Firda. Rayga beranjak ke dapur. Suara gemericik air kran terdengar syahdu, efek dari hati gadis itu yang tengah meradang, segala sesuatu terdengar syahdu. Rayga berbalik dengan membawa dua sendok. “Ayo makan dulu. Kasihan bayimu.” Rayga melirik perut Firda yang tampak masih kecil. Firda beranjak. Ia mencuci tangannya di wastafel dapur. Dia kembali ke ruang depan. Dengan hati yang masih teriris dan perasaan yang begitu kacau, ia buka kotak nasi itu lalu berdoa di dalam hati. Firda menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. Lauk itu sebenarnya sesuai seleranya, tapi entah kenapa terasa begitu hambar. Gerakan mulutnya sibuk mengunyah makanan itu sementara otaknya terus bergelut memikirkan serangkaian rencana ke depan untuk melanjutkan kehidupannya. Tatkala ia teringat akan segala hal yang telah hilang dari hidupnya... Keluarga, pendidikan, kehidupan mewahnya, dan sesuatu yang sangat krusial...kehormatannya.. Bulir bening itu mengalir tanpa bisa ia cegah. Apa kau bisa membayangkan? Makan sambil menangis karena perasaan yang sudah hancur berserakan seolah membuatnya tak lagi bisa mengecap lezatnya makanan. Kalau tidak sedang ingat bahwa dirinya tengah hamil, tentu ia tak akan mau memakannya. Isak tangisnya menderas tanpa mampu ia bendung. Rayga hanya terpekur dan trenyuh mendengar deru tangis yang sesenggukan. Tak banyak yang ia lakukan selain menyodorkan tissue tanpa bersuara. Ia biarkan Firda menumpahkan segala kesedihan yang menyesakkan dan menahan diri untuk tak menyentuh atau memeluknya. Kata orang, pelukan bisa memberikan ketenangan. Namun ia cukup tahu diri untuk membatasi diri agar tak melakukan sesuatu yang lebih. Apalagi dia sudah dijodohkan dengan Riana, seorang guru SD. Ia menerima perjodohan itu meski Riana tak pernah mau memandangnya. Firda mengusap air matanya. Rayga terdiam. Perempuan di hadapannya masih sembilan belas dan ia telah kehilangan segalanya. Ia bersumpah akan berusaha membujuk kakaknya untuk mau bertanggung jawab meski ia pernah mendengar bahwa gadis ini tak akan mengemis pertanggungjawaban dari kakaknya dan akan membesarkan anaknya seorang diri. Ia bersyukur Firda tidak berpikir pendek. “Jangan menangis lagi. Aku akan membantumu semampuku,” ucap Rayga akhirnya. Firda menyeka tetes air mata yang membasah di pipinya. Ia menatap Rayga dengan seulas senyum. “Aku baik-baik saja.” ******

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

Nur Cahaya Cinta

read
359.0K
bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.9K
bc

T E A R S

read
312.7K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook