BAB 7

1228 Words
“Sial! Nggak aktif lagi. Sebenernya kamu kenapa si, Ga?” Aron mengacak rambutnya frustasi. Pria itu masih di kamar mandi saat Jingga mengiriminya pesan suara. Tapi ketika dia coba menghubungi lagi ponsel gadis itu sudah tidak aktif. “Lala! Dia pasti tau dimana Jingga.” Aron teringat gadis satu-satunya sahabat Jingga, berharap gadis itu tahu keberadaan Jingga. Selesai dengan tampilannya Aron berjalan cepat menuju lift, masuk kemudian sedikit berlari ketika pintu litf terbuka. Membuka pintu mobil di parkiran lalu menyalakan mesin mobil dan melaju cepat. Butuh waktu lima belas menit untuk sampai ke kampus. Menyusuri lorong, matanya menatap berkeliling mengamati setiap orang di sekitar. Di kelas, nihil. Di kantin juga kosong. Tidak juga ketemu Aron mencoba melangkahkan kaki ke perpustakaan. Benar saja pagi-pagi begini gadis itu sudah ada di sana. “Kamu tau dimana Jingga?” tanyanya to the point setelah menghampiri Lala yang sedang berdiri memilih beberapa buku di rak membuat gadis berkacamata itu tersentak. “Ngagetin aja, sih!” seru Lala sambil mengusap dadanya yang berdetak lebih cepat karena kaget. “Bukannya dari kemarin sama kamu ya?” Malah balik nanya nih bocah! “Kalo ada sama aku, nggak bakal aku nanya! Sia-sia nyariin kamu, isshhh!” desisnya kesal. Lala mengedikkan bahu menatap Aron yang berbalik pergi. “Eh, tapi bener juga ... dari kemarin aku nggak liat si Jingga. Biasanya dia selalu bilang kalo nggak masuk.” Lala jadi khawatir. Dia mencoba menghubungi gadis itu tapi ponselnya tidak aktif. ** “Astaghfirullahaladzim,” pekik Jingga. Rey memandang santai ke arah sang istri yang menutup mata tanpa berniat mengakhiri kegiatannya. Kembali memagut bibir wanita di pangkuannya yang sudah tak tertutup apapun bagian atas tubuhnya. Jingga kembali masuk kamar dan mengunci pintu. Tanpa dikomando lelehan bening mengalir membasahi pipinya. Hilang sudah rasa haus yang sempat mendera. Tubuhnya merosot ke bawah dengan isakan tertahan. Jingga sadar posisinya, tapi pantaskah hal menjijikan seperti itu diperlihatkan padanya? Bukan cemburu, bukan! Dia hanya merasa sesak. Di saat orang lain merasa begitu bahagia dengan pernikahan mereka. Di saat malam pertama diidamkan oleh setiap orang yang baru melangsungkan pernikahan tapi keadaan sebaliknya terjadi padanya. Bukan menikmati malam pertama dengan istrinya, sang suami malah membawa jalang untuk menuntaskan hasrat di depan matanya. Jingga tidak mengharapkan malam pertama karena nyatanya tidak ada cinta di antara mereka. Tapi bisakah Rey menghargainya sebagai istri? Ah, Jingga lupa! Dirinya hanya dianggap sebagai b***k. Baiklah, dia akan menulikan telinga dan membutakan mata seolah tidak terjadi apa-apa. Kejadian seperti ini pasti akan berulang terjadi dan harus dia hadapi. Menghapus kasar air matanya, Jingga mencoba bangkit kemudian kembali membuka laptopnya yang masih tergeletak di ranjang. Namun suara erangan dan desahan dari luar membuatnya tidak bisa berkonsentrasi. Gadis itu memilih menutup kembali laptop, berbaring, menutup kedua telinga dengan bantal kemudian memejamkan mata. Lebih baik dia tidur! Dua jam berlalu Jingga mengerjapkan mata meraih benda pipih di samping dan menyalakannya. Kembali beberapa panggilan tak terjawab memenuhi daftar panggilan. Tatapannya tertuju pada panggilan terakhir dengan nama kontak Lola. Mendial nomor tersebut, Jingga melakukan panggilan suara yang langsung dijawab pada dering pertama. “Halo, Ga, kamu kemana aja? Aron nyariin, tuh!” tanya Lala khawatir. “Assalamualaikum.” “Hehe, waalaikumussalam. Ya maap. Aku ikut khawatir tau kamu nggak keliatan dari kemarin. Kemana aja sih? Pergi nggak ngasih kabar. Dicariin Pak Hanif juga tuh!” cerocos panjang gadis yang tampilannya cupu namun cerewet itu. Tapi Lala hanya cerewet pada Jingga karena hanya gadis itu yang mau berteman dengannya. Jingga menanggapi dengan kekehan. “Insya Allah kalo urusan udah kelar aku masuk kok.” “Elah gayamu, punya urusan kayak orang aja,” celetuknya ngasal sembari ngakak membuat Jingga ikut tertawa. “Iblis aku tuh, hahaha.” Bicara dengan Lala membuatnya merasa terhibur, melupakan sejenak beban berat yang dipikulnya. “Ntar sore ketemuan, yuk.” “Aku nyamperin apa kamu yang kesini?” “Kita ketemu tempat biasa aja gimana?” “Ok, boleh ajak Aron nggak? Dia khawatirin kamu!” “Jangan dulu, La, ntar aku hubungin dia aja.” Sebenarnya kasihan membuat pria itu kelimpungan mencarinya tapi Jingga juga belum siap bertemu. Takut melihat Aron kecewa dan menyakiti hati pria itu karena pernikahan mendadaknya. Waktu dhuhur tiba membuat Jingga bangkit untuk melaksanakan kewajibannya kepada Tuhan. Keluar kamar dia celingukan mencari sang suami, sepi ... atau mungkin pindah ke kamar? Tidak peduli, Jingga memilih melangkahkan kaki untuk mengambil air wudlu. Setelahnya masuk ke dalam kamar untuk melaksanakan sholat. Beberapa menit kemudian dia keluar kembali mencari Rey untuk meminta ijin bertemu Lala. Walaupun tak dianggap sebagai istri Jingga tetap menghormati suaminya. Mengetuk pintu kamar suaminya hingga tiga kali tidak ada sahutan. Gadis itu memberanikan diri memutar handle pintu yang ternyata tidak dikunci. Kepalanya melongok ke dalam, mengamati kamar yang memang kosong. Jingga memutuskan untuk keluar apartemen. Tujuannya kali ini ke supermarket dekat apartemen untuk membeli beberapa kebutuhan dapur. Tadi pagi usai sarapan Rey memberikan sejumlah uang untuk membeli kebutuhan gadis itu. Walau bagaimana pun Jingga tetap tanggung jawab Rey. Tidak mungkin kan pria itu membiarkan istrinya mati kelaparan karena tidak ada stok makanan? Berjalan di trotoar karena jarak antara super market dengan apartemen tidak terlalu jauh, netra Jingga menangkap sosok tak asing sedang bercengkrama dengan seorang wanita. Terlihat sorot bahagia di wajah itu. Tidak seperti saat bersamanya yang selalu dingin dan galak. Rey ... suaminya sedang makan siang di sebuah kafe tidak jauh dari tempatnya. Gadis itu mempercepat langkah ke tempat tujuan tanpa peduli pemandangan yang baru saja dia saksikan. Tanpa Jingga sadari Rey memperhatikan dengan seksama gadis itu. Tersenyum simpul menyadari sang istri memalingkan muka karena sempat melihat dirinya. “Kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya seorang wanita di depan Rey. Wanita berbeda dengan wanita yang tadi pagi memuaskannya. “Eh, nggak,” kilahnya. Wanita itu menyipitkan mata curiga, dia melihat ke arah pandang Rey barusan sebelum dirinya bertanya. "Nggak ada apapun.” Batinnya berucap heran. Wanita itu mengedikkan bahunya acuh. Yang penting dia bisa berkencan dengan pria tampan di depannya yang tidak semua orang berkesempatan mendapatkannya. ** “Darimana kamu?” Nada dingin Rey terdengar saat Jingga memasuki pintu apartemen. Rey sedang berbincang dengan wanita yang Jingga lihat di kafe satu jam lalu. “Abis belanja.” Jingga ngeloyor begitu saja tanpa menoleh. Dia muak melihat Rey yang membawa jalang ke apartemen. “Jingga!” bentak Rey merasa diacuhkan. Gadis itu menoleh, “Kenapa?” Dengan berani Jingga menatap Rey, mengunci pandangan pria itu membuat darahnya berdesir karena marah. Rey menghampiri sang istri dan menarik tangannya kasar hingga kantung belanjaan gadis itu jatuh. “Ingat batasanmu!” desisnya tajam. Sarah – wanita yang dibawa Rey – yang mulai mengerti keadaan berusaha mengalihkan perhatian pria itu. “Ayo, Sayang kita mulai,” bisik wanita itu menggoda dan masih bisa didengar oleh Jingga membuatnya bergidik, jijik. Setelahnya berjalan bergandengan tangan menuju kamar Rey. Jingga memijit pelipisnya. Pernikahan macam apa yang dijalaninya saat ini? Mengambil belanjaan yang terjatuh lalu membawanya ke dapur kemudian mulai mengeluarkan beberapa bahan untuk dimasak, dia mulai berkutat dengan penggorengan. Sial! Suara-suara laknat mulai terdengar dari kamar suaminya. Sudah Jingga duga apa yang tengah mereka lakukan. Sungguh gadis itu muak mendengarnya. Kalau tidak karena lapar malas sekali rasanya dia bertahan di dapur. Nasi goreng buatannya sudah jadi, waktunya eksekusi. Jingga membawa sepiring nasi goreng dan segelas air puith menuju kamar kemudian menutup kedua telinganya dengan earphone yang baru saja dia ambil daripada harus mendengar suara-suara setan dari dua anak manusia yang sedang bergumul.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD