Tya

1071 Words
Seorang gadis bertubuh gemuk kini tengah merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Itu adalah Tya, yang kini sibuk mengobrol dengan sahabatnya dari balik ponsel miliknya. Tya sejak SMA sudah tak lagi mempunyai kedua orang tua. Sang Ibu baru pulang saat dia masih SMP, kemudian sang ayah meninggal dunia saat dia SMA. Beruntung ada Ratih, sang bibi yang merawat Tya juga sang kakak Bumi. Kedua anak itu tinggal bersama sang bibi sejak kedua orang tua mereka meninggal. Jarak usia Tya dan juga Bumi tak terlalu jauh mereka hanya berbeda sekitar 2 tahun. Bumi masih sibuk bekerja sambil kuliah, sedangkan gadis bertumbuh gemuk itu hanya bekerja di perusahaan milik Yuga. Tya malas untuk kuliah lagi karena ia berkata kuliah itu membuatnya merasa pusing. Jadi, ia memutuskan untuk bekerja. "Lo kapan balik ke Indonesia?" Tya bertanya pada Vhi. "Bilang aja, lo kangen sama gue, ya? Jadi lo, minta gue pulang?" Vhi bertanya lalu terkekeh. "Dih, idih, PD banget loh. Jadi nyesel ya gue tanya begitu." Tya berkata lagi. Vhi adalah adik dari Yuga, dan Ia memang sudah berteman sejak sekolah dasar. Keduanya begitu akrab sejak dulu. Dan banyak yang mengira kalau sebenarnya mereka mempunyai hubungan khusus. Hanya saja tak ada hubungan khusus di antara mereka selain persahabatan. Ya mungkin Itu hanya pikiran salah satu di antara mereka. Karena menurut kepercayaan orang, tak akan pernah ada persahabatan yang murni di antara perempuan dan laki-laki. "Gue udah ngerjain skripsi, cuman tinggal nunggu jadwal buat menyelesaikan semuanya. Pokoknya kalau gue balik ke Jakarta kita harus jalan-jalan bareng. Gue mau nonton, makan, kita ke Ancol, pokoknya semuanya." Tya menganggukkan kepalanya meski sahabatnya itu tak melihat. "Pokoknya lo bisa atur. Asal gue nggak ada jadwal kerja pasti gua bakal ikut." 'iya pokoknya harus ikut. BTW kerjaan lo di kantor gimana?" Tya berhasil masuk ke kantor itu karena bantuan sahabat. Akhirnya ia diterima menjadi asisten desainer. Meskipun tya masuk kantor melalui jalur dalam gadis itu tetap memberikan yang terbaik pada pekerjaannya. Ia bahkan selalu memberikan laporan tepat waktu. Tya tak ingin mengecewakan sahabat yang sudah membantunya mendapatkan pekerjaan. "Semua baik dan lancar. Kuliah Lo?" "hmm gitu lah, belakangan lagi sibuk dengerin mami yang curhat. Mas Yuga belum juga nikah." Vhi bercicit. Ikut juga jadi sasaran curhat sang mami. "Pak Yuga mau fokus di karirnya mungkin?" "Iya sih, cuma mami mungkin juga mau dapat cucu," kata Vhi lagi kemudian terdengar pria itu menguap. "Udah sana tidur, di situ kan udah malam." "Ya udah, lo juga istirahat ya? Besok masih harus kerja kan? Pokoknya gue percaya sama lo selalu memberikan yang terbaik." Vhi menyemangati sahabatnya itu. "Oke, oke, Babay Vhi." "Bye! Istirahat ya Ndut." Vhi ucapkan lagi untuk membeli mengingatkan Tya untuk beristirahat. Setelah selesai menghubungi sahabatnya itu Tya, bergegas berjalan keluar untuk mengecek Apakah kakak laki-lakinya sudah pulang bekerja atau belum. Ia berjalan menuruni tangga, lalu menatap ke arah dapur, karena biasanya sang Kakak selalu duduk di sana setelah pulang bekerja untuk menikmati segelas air putih hangat. Benar saja Bumi ada di sana duduk sambil meneguk segelas air putih. Tya berjalan cepat menghampiri, mencium tangan Bumi lalu duduk di samping pria itu. "Kok baru pulang Mas?" tanya Tya. "Ada temen kantor ngajak makan malam. Ini mas bawa ini buat kamu." Bumi lalu menunjukkan sebuah kantong berisi makanan yang tadi juga ia santap saat makan malam bersama rekan kerjanya. "Cewek atau cowok?" Tya bertanya dengan penasaran. Bumi menatap sang adik, memicingkan matanya. "Mas enggak akan pacaran sampai sukses." "Idih, idih, kurang-kurangi pikiran begitu. Kamu itu butuh seseorang buat berbagi Mas." Tya beri saran sambil mulai membuka santapan yang dibawa oleh sang kakak. "Ya, harus sukses Dek. Anak istriku nanti mau makan apa, kalau aku enggak punya uang? Lagian aku masih mau jagain kamu. Biar kamu yang nikah duluan sampai ada orang yang bener-bener jagain kamu." "Siapa yang mau nikahin aku?" tanya gadis itu, ia merasa ragu akan ada pria yang mau mencintainya secara tulus, juga menikah dengannya. Tak percaya diri dengan fisiknya. "Ada, akan ada, jangan gitu kamu mikirnya," ucap Bumi yakin. Tya menatap ke arah sang kakak sambil nyengir, masih berusaha membuka sambil anggukan kepala, Setelah terbuka, Tya menatap pada Bumi. "Boleh aku makan Mas?" "Makan yang banyak biar tambah gemoy." Bumi mengacak rambut sang adik. Bumi memang sangat menyayangi adik perempuannya itu. Karena hanya Tya yang menjadi keluarga satu-satunya yang ia miliki saat ini. Sejak kematian kedua orang tuanya bumi berjanji bahwa ia akan menjaga adiknya baik-baik. Dan tak akan membiarkan ada satupun orang yang menyakiti Tya. *** Hari ini Tya sudah siap untuk berangkat bekerja diantar oleh sang kakak. Setiap harinya Gadis itu memang diantar ke kantor oleh Bumi. Kebetulan searah dengan kampus Bumi, dan juga jaraknya tak terlalu jauh dari sana kantor Tya. Tya bekerja jadi asisten designer tugasnya adalah menyiapkan segala kebutuhan dan juga mengecek produk dari pusat dan pabrik. Setelah turun dari motor Gadis itu segera mencium tangan sang kakak. "Hati-hati ya mas?" "Iya, nanti pulangnya hati-hati ya? soalnya kayaknya Mas nggak bisa jemput kayak kemarin." Tya anggukan kepala. Setelahnya bumi melanjutkan perjalanannya menuju kampus. Lalu Gadis itu segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor. Namun belum sempat sampai ke dalam ruangannya ia melihat Nindi dan Kinar yang duduk di dekat ruang informasi. Tumben sekali Ibu dari sahabatnya itu ada di sini. Tya memutuskan untuk berjalan mendekat dan memberikan salam sebelum ia masuk ke ruangannya. Nindi lihat begitu anggun dengan setelan berwarna maroon yang ia gunakan pagi ini. Di dekat wajah informasi yang ada sebuah meja dan kursi yang memang biasa gunakan oleh para karyawan untuk duduk dan menikmati teh atau kopi mereka. "Tante?" Tya menyapa, lalu mencium tangan Nindi dan juga Kinar bergantian. "Baru datang kamu Nak?" Nindi bertanya pada gadis itu. "Iya Tante, sehat? Nenek sehat?" Tya bertanya karena memang sudah cukup lama tak bermain ke rumah Vhi. Hampir 3 tahun setelah sahabatnya itu memutuskan untuk kuliah di luar negeri. Nindi melirik ke arah sang Ibu, seolah memberi kode kalau gadis ini adalah gadis yang ia baru tahu semalam. Kinar segera memperhatikan sambil menganggukkan kepalanya. Sepertinya, Tya cocok dengan kriteria yang diinginkan oleh Kinar. "Sehat Tya, Tante sama nenek sehat. Kamu gimana sama Kakak kamu?" Nindi bertanya. "Sehat Tante, semua sehat. Aku pamit mau ke ruangan dulu ya Tante?" Tya berpamitan sambil mencium tangan kedua wanita itu lagi. "Iya, ati-ati kamu." Nindi berpesan. "Iya Tante, permisi," ucap Tya kemudian berjalan masuk ke dalam untuk segera bekerja. Sepeninggalan Tya, Nindi masih menatap sejenak kemudian beralih pada sang ibu. "Gimana Bu?" "Cocok, suruh Yuga dekati anak itu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD