Kalief menggeliat pelan. Ada sesuatu yang terasa hangat dan melingkar di perutnya. Samar-samar, sinar matahari menembus celah tirai, menyapu sebagian wajahnya yang masih terlelap. Kelopak matanya terbuka perlahan, dan begitu pandangannya mulai jelas, ia membeku. Seseorang berbaring di sisinya. Seorang wanita yang begitu di kenalnya. “Sabine…” lirihnya, hampir tak terdengar. Kalief menahan napas, tubuhnya menegang. Perlahan, ia melepaskan pelukan Sabine dari pinggangnya, berusaha agar gerakannya tidak membangunkan gadis itu. Ia duduk di tepi ranjang, menatap lantai kosong dengan kepala berdenyut hebat. “A-apa yang harus aku lakukan sekarang…” gumamnya lemah, memijit pelipis. Matanya kembali menoleh ke arah Sabine. Gadis itu masih terlelap, tubuhnya hanya dibalut selimut putih yang ter

