7
JACK POV.
Aku kecewa. Nabila tidak percaya aku seorang werewolf. Buktinya saja dia langsung pulang sewaktu bel pulang sekolah berbunyi. Hah! Ya sudah lah! Akan ada saatnya untuk membuktikan kepada dirinya kalau aku adalah seorang werewolf.
'alpha, rogue menyerang pack.'
Aku mendengus kesal mendengar mindlink dari betaku. Lagi-lagi rogue menyerang packku. Mereka bodoh. Dengan datang secara suka rela ke packku, itu berarti mereka mengantarkan nyawa sendiri kepadaku. Haha! Tapi tidak apa-apa, dengan ini aku bisa melampiaskan perasaan kecewa yang kualami. Membunuh para rogue bodoh itu dengan cara mencakar dan mengigit tubuh mereka sampai mati atau menarik jantung mereka secara paksa.
Aku langsung mengubah diriku menjadi serigala-Leo- setibanya di pack. Kubunuh para rogue bodoh itu dalam hitungan detik. Tidak sulit bagiku untuk membunuh mereka.
'bersihkan semua rogue sialan ini' mindlikku pada Tio.
'baik, alpha'
Memutus mindlink, pergi ke kamar, dan berubah menjadi manusia lagi. Apapun caranya aku akan membawa mateku ke pack ini secepatnya! Kalau dia menolak, mudah, tinggal paksa saja bukan? Aku seorang alpha! Dan semua keinginanku harus terpenuhi!
Setelah mengistirahatkan tubuhku sejenak aku pergi ke ruang kerja guna memeriksa berkas-berkas yang tertumpuk di atas meja secara satu persatu secara teliti. Dan yah, aku adalah seorang CEO muda di dunia manusia. Aku punya perusahaan besar dan memiliki cabang di mana-mana. Aku seorang alpha dan CEO sekaligus. Lelah sih sebenarnya, tapi ini adalah tugasku. Andaikan saja dia ada di sampingku, pasti aku akan lebih bersemangat. Ah, aku tidak sabar menunggu masa-masa itu datang.
*****
Nabila POV.
Baju kaos putih, jaket hitam, celana hitam, rambut di kuncir kuda, dan make up natural menjadi pilihanku malam ini. Kali ini tanpa style nerdku. Kan nggak lucu nerd ikut balapan. Hello! Apa kata dunia?!
Kalian tahu? Aku sering ikut balapan dan selalu memenangkannya. Selama aku terjun ke dunia balapan, belum ada seorang pun yang dapat mengalahkanku. Banyak hasil taruhan yang kudapatkan selama ini. Mobil, uang, saham, dan lain-lainnya. Semua mobil yang kumenangkan pun selalu kujual, tak terhitung berapa kali aku mendapatkan mobil.
Di dunia balapan, aku lebih di kenal dengan nama Queen. Aku yang mengenalkan diriku dengan nama itu karena tidak ingin orang-orang mengetahui identitas asliku. Tidak menutup kemungkinan mereka yang kalah akan membalas dendam padaku, makanya aku memakai identitas palsu. Aku tidak ingin kehidupan tenangku hilang.
"Siapa lawan gue kali ini?" tanyaku ke Lisa sembari mengunyah permen karet yang baru saja kumasukkan ke dalam mulut.
"Namanya Laska dan dia juga jago balapan." jawab Lisa lalu meneguk birnya. Gadis ini adalah temanku di dunia balapan. Umurnya baru 19 tahun. Seorang mahasiswi semester pertama. Meski dia temanku, dia sama sekali tidak mengetahui identitas asliku.
"Oh. Gue ingin melihat kemampuannya. Seberapa jagonya dia." Aku menyeringai. Tak sabar untuk bertanding dengannya.
"Ehh, itu orangnya." tunjuk Lisa.
Pria berambut gondrong, bertubuh tegap dan tinggi, serta tangan yang di penuhi tato. Kuakui, dia sedikit tampan. Meski jarak menghalangi, aku dapat melihatnya dengan jelas dari tempatku berdiri sekarang ini.
"Eh, dia kesini." bisik Lisa. Aku tersenyum miring seraya bersidekap d**a.
"Hei, Queen! Seperti yang pernah kudengar ternyata kau memang sangat cantik. Kau adalah gadis tercantik yang pernah kutemui. Ah, bahagianya bisa bertanding dengan gadis secantik dirimu." Dia mengedipkan sebelah matanya. Membuatku memutar bola mata malas.
"Bacot!"
"Galak amat, cantik. Kau semakin bertambah kelihatan cantik dan menggemaskan." Aku menepis tangannya yang memegang daguku dengan lancang.
"Kau kasar juga." kekehnya.
"Jangan banyak bacot!" ujarku dingin.
"Oke, oke. Sebelum pertandingannya dimulai, aku ingin membuat taruhan dulu."
"Oke."
"Tenang, taruhannya tidak sulit kok. Jika kau kalah, kau cukup menjadi milikku! Tapi jika aku kalah, kau boleh meminta apapun dariku. Bagaimana? Kau setuju?"
Menarik juga hoho. Satu hal yang dapat ku pastikan, aku tidak akan kalah darinya! Tidak ada satu orang pun yang dapat mengalahkan seorang Nabila Angela Underson. Maaf bukan maksud sombong tapi memang benar begitu kenyataannya.
"Ya."
Dia mengecup pipiku secepat kilat, membuatku melongo kaget. Lancang sekali pria ini!
"Kau semakin bertambah imut." Seketika aku tersadar mendengar pujian menjijikkannya. Sebuah tinjuan kuat langsung kulayangkan ke wajahnya, membuat darah segar keluar dari sudut bibirnya.
Dia mendesis kesakitan, kemudian menyeka darah yang berada di sudut bibirnya seraya tersenyum sinis. "Kau semakin membuatku ingin memilikimu!"
"Dasar cowok setres!" umpatku. Tanpa membuang waktu lagi aku masuk ke dalam mobil. Selain itu aku juga muak melihat wajah menyebalkannya!
"AKU AKAN MENJADI PEMENANG, QUEEN! DAN KAU AKAN MENJADI MILIKKU!" teriaknya lantang. Membuatku ingin menabraknya sekarang juga. Untung aku masih ingat ada hukum yang berlaku dan punya sanksi yang tidak main-main.
****
Aku hanya meminta sebuah villa sebagai tanda keberhasilanku. Pria bernama Laska itu dapat ku kalahkan, ku akui dia mempunyai kemampuan yang bagus. Tapi sayang, dia masih berada jauh di bawahku.
Perjalanan yang awalnya tenang-tenang saja seketika mendadak suram karena menghentikan mobilku secara mendadak akibat percobaan bunuh diri yang di lakukan seseorang di depan mobilku. Dengan santainya, dia melipat tangan di depan d**a dan dagu terangkat angkuh. Kalian tahu?! Dia adalah Jack!! Kubuka pintu mobil dan langsung menghampirinya dengan perasaan yang sangat kesal.
"Woii! Lo mau bunuh diri hah? Untung saja gue gak menabrak lo karena gue masih punya hati nurani."
"Ikut aku!"
"Haha, lucu sekali! Emang lo siapa sampai gue harus ikut sama lo?" kekehku sinis.
"Matemu!"
"Mate pala lo, gundul!"
"Nabila!" Dia maju selangkah dan mencengkram lengan atasku. Kuat, namun tidak sampai menyakitiku.
Loh?! Dia mengenalku?! Bagaimana bisa?!
"Kamu ngapain malam-malam masih berkeliaran hah? Apa kau tidak tau apa akibatnya?!" marahnya. Dasar cowok aneh! Padahal dia bukan siapa-siapaku.
"Maaf, lo salah orang sepertinya. Gue bukan Nabila, gue Queen," kataku datar seraya berusaha melepaskan diri dari cengkramannya.
"Aku tidak salah orang! Kamu memang Nabila, mateku! Aku dapat mencium aromamu dengan jelas."
Aku memutar bola mata malas. Mate lagi! Mate lagi! Hah!
"Kamu harus ikut denganku ke pack!"
"Nggak."
"Kamu tidak bisa menolaknya!" Dia langsung menggendongku ala bridal style dan memasukkanku ke dalam mobilnya seenak jidatnya saja.
"Ish! Lo apa-apaan sih?" kesalku dan berusaha memberontak.
"Diam!"
Aku mencibir mendengar nada perintahnya. Dan kembali memberontak.
"Diam atau aku cium!" ancamnya tak main-main.
"Huh." Oke, aku mengalah.
Wait, wait, wait! Ngapain dia membawaku ke hutan?? Apa dia.... Ah, awas saja kalau dia berani! Akan ku buat dia menginap di rumah sakit selama sebulan!
"Kita kemana sih??? Kok masuk ke dalam hutan??" tanyaku kemudian karena penasaran.
"Kamu tenang saja."
Itu bukan jawaban yang aku inginkan.
Ahhh, sudahlah. Mending aku tidur saja. Lelah hayati menghadapi dunia yang kejam ini. Kidding!
****
Setibanya di pack, Jack mengendong Nabila ke kamarnya. Dia merasa sangat tidak tega membangunkan Nabila yang sudah masuk ke alam mimpi. Jack membaringkan Nabila di atas tempat tidurnya dengan hati-hati. "Ternyata kau sangat cantik, sweetheart." Pria itu tersenyum tipis seraya terus membelai wajah cantik matenya.
"Aku sangat beruntung memiliki mate sepertimu." Dikecupnya hidung mungil nan mancung Nabila lembut.
"Aku akan menjaga, melindungi, dan menyayangimu setulus hatiku." Pria tampan itu mengecup kening Nabila lama. Sebelum akhirnya dia menarik Nabila ke dalam pelukannya hangatnya.
"Mimpi indah, sweetheart."
Sungguh, dia sudah lama menginginkan dan menantikan moment seperti sekarang ini.
-Tbc-