Delapan belas

1136 Words
Selama hidup mungkin baru kali ini Rai melihat hantu. Tidak dipungkiri dia cukup terkejut setelah melihat mahkluk yang nyatanya memiliki dimensi yang berbeda dengan kita itu. Rai masih berada di balik selimut. Ia belum mau beranjak dari atas tempat tidur. Saat ini hal itulah yang membuatnya merasa paling nyaman. Tanpa disadari Rai malah tertidur ditengah - tengah ia menunggu kepulangan suaminya. Tok... Tok... Tok..!!! "dek, dek, bukan pintunya dek! Mas pulang." samar - samar Rai seolah mendengar suara suaminya masuk kedalam tidurnya. "dek, dek, kamu lagi apa dek?" Pras terus memanggil - manggil istrinya yang tidak ia t**i sebenarnya sedang tertidur. Tok.. Tok.. Tok..!! Rai pun terperejat, ia terbangun karena suara ribut yang dia dengar dari arah luar rumah. Sebelum memastikan siapa yang mbuat keributan itu, Rai lebih dulu melihat jam yang ada di dinding kamarnya. Dilihatnya jarum panjang jam telah bergeser beberapa angka dari angka yang terakhir ia lihat. "ya ampun aku malah ketiduran." ucap Rai dalam hati sambil memukul dahinya sendiri. "dek, dek, ini mas pulang dek." sekali lagi terdengar suara Pras darinluar yang sedari tadi berusaha memanggilnya berharap segera dibukakan pintu rumah. Setelah kejadian kurang menyenangkan yang ia alami saat maghrib tadi. Rai lantas tidak langsung menyahuti panggil dari suaminya yang ada diluar itu. Wanita berhijab itu ingin terlebih dulu memastikan benar atau tidak, sosok yang saat ini sedang memanggil - manggil ia diluar adalah bemar suaminya. Rai mengambil ponselnya. Ia mencoba menghubungi Pras dan memastikan bahwa yang diluar itu memanglah dia. "hallo, dek! Dek, kamu lagi ngapain sih? Kamu ada dirumah atau gak? Mas sudah cukup lama ini diluar rumah tapi mas panggil - panggil kamu tidak ada keluar." sebelum Rai sempat membuka pembicaraan di saluran telepon itu, Pras sudah langsung mencecarnya terlebih dahulu. "I –iya, mas, maaf aku ketiduran. Tunggu sebentar! Ini mau aku buka." Rai sudah yakin bahwa yang ada diluar kali ini adalah nenar suaminya. Rai segera bergegas keluar dari balik selimutnya. Ia turun dari atas ranjang dan keluar dari kamar tidur yang menjadi tempat berlindungnya. Rai langsung berjalan menuju pintu depan. Ia memutar kunci yang mang sudah menggantung dilubangnya. "Assalamualaikum, " ucap Pras setelah mendapatkan istrinya itu membukakan pintu untuknya. " waallaikumsalam," sahut Rai."maaf ya, mas, aku lama bukakan pintunya." Rai kembali meminta maaf. Pras hanya menggangguk, ia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Justru sebelumnya dia sempat panik dam khawatir mengira istrinya itu tidak ada dirumah atau terjadi hal yang tidak - tidak di dalam sehingga membuat istrinya tidak juga nampak setelah ia mengetuk pintu begitu lama. Setelah tahu Rai hanya ketiduran dan baik - baik saja, laki - laki itu pun menjadi lega. Ia tidak terlalu mempermasalahkan dirinya yang menunggu lama diluar. Rai memperailahkan suaminya itu untuk bersih - beraih lebih dulu. Dapat Rai rasakan dengan jelas suaminya itu terlihat sangat lelah. Mungkin tenaganya banyak terbuang saat perjalanan pulang tadi. Rai menunggu Pras sambil kembali menyalakan televisi. Setelah kedatangan suaminya suasana di rumah dan lingkungan itu kembali berubah tidak sehening tadi saat di waktu maghrib tadi. Pras pun keluar dari kamar mandi dengan rambut basah yang membuatnya terlihat jauh lebih segar. "kamu sudah salat maghrib, mas?" Rai memastikan hal itu terleboh dahulu pada suaminya. "alhamdulillah sudah tadi selagi nunggu ban motor di perbaiki dibengkel." jawab Pras sambil mengusap - usap rambutnya yang basah dengan handuk yang melingkar di pundaknya. "sudah makan belum?" Rai kembali memberika pertanyaan. "kalau itu belum. Mas lapar banget." jawab Pras sambil mengelus - elus perutnya manja. "ya sudah, bentar ya! Aku siapkan makan malamnya dulu." ucap Rai seraya berdiri lalu berjalan menuju dapur. Tidak butuh waktu lama, Rai kembali keruang tengah dengan membawa beberapa piring dan mangkuk berisi makanan. Rai menyiapkan beberapa makanan di atas meja ruang tengah. Karena belum memiliki meja makan, selama ini mereka berdua memang selalu makan bersama di meja depan televisi tersebut. Pras terlihat sangat lahap dan menikmati makan malamnya. Rupanya tenaganya seharian ini benar - benar sudah terkuras. Apalagi saat perjalanan pulang tadi. Setelah selesai, Rai kembali merapihkan meja yang mereka jadikan sebagai meja makan darurat itu. Sementara Pras sedikit bersandar di atas sofa sambil menyalakan televisi di hadapannya. Tidak lama, Rai pun bergabung di depan televisi bersama suaminya itu, dengan membawa dua cangkir berisi teh hangat yang ia letakkan diatas meja. Sambil menemani suaminya melepas lelah, Rai beberapa kali bicara membuka obrolan. Saat itu ia pun teringat dengan wanita tua bernama mbah Darmi, yang tadi siang sempat datang ke rumah dan menemuinya. "oh, iya, mas." ucap Rai sambil menghadap suaminya. Pras pun melihat kearah Rai yang terlihat ingin membicarakan sesuatu hal penting. "tadi siang ada nenek - nenek kesini. Namanya mbah Darmi. Dia sempet cerita kalau dulu, dia itu pernah kerja sama orang yang tinggal dirumah ini." Rai mulai menceritakan tentang mbah Darmi pada suaminya. Pras terlihat cukup tertarik mendengar cerita istrinya itu. "lalu?" Pras bertanya. "hemm, gak ada lalu sih, mas. Intinya dia itu datang kesini untuk menawarkan tenganya bekerja pada kita dirumah ini." Rai mengakhiri ceritanya. Pras yang awalnya terlihat serius mendengar cerita dari istrinya itu, terlihat menarik nafas panjang. Ia pikir cerita tentang mbah Darmi itu akan sangat panjang. "menurut kamu gimana, mas? Apa perlu kita terima mbah Darmi kerja sama kita dirumah?" Rai bertanya. "memang kamu sudah perlu tenaga orang lain untuk mengurus rumah ini, dek?" Pras balik bertanya pada istrinya itu. "hmm, sebenarnya sih aku masih sanggup mas mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri. Apalagi sejauh ini kita hanya berdua, pekerjaan rumah juga belum terlalu banyak." jawab Rai atas pertanyaan suaminya itu. "terus kalau kita pekerjakan mbah Darmi dirumah kita, untuk apa?" tanya Pras kembali. Rai terdiam cukup lama setelah mendengar pertanyaan suaminya itu. "lagi pula mas kan masih baru di kantor yang sekarang. Mas belum tau apa penghasilan mas cukup untuk membayar tenaga orang untuk bekerja dirumah kita." Pras kembali menjelaskan situasinya kepada Rai. Rai pun sangat memahami itu. Wanita itu hanya mengangguk - angguka setelah mendengar penjelasan laki - laki dihadapannya itu. "kamu bagaimana seharian ini dirumah? Bosankah atau ada kejadian lainkah selain kedatangan mbah Darmi kerumah?" Pras balik bertanya pada istrinya itu. Mendapati pertanyaan dari suaminya itu, Rai pun langsung menceritakan kejadian yang ia alami tadi di waktu maghrib. Rai menceritakan semua hal kepada Suaminya tanpa ada satu hal pun yang terlewatkan. Rai bercerita mulai dari kejadian suara - suara dihalaman samping. Suara orang menyapu halaman hingga ketukan yang cukup keras dikaca jendela. Hingga kejadian saat ia mengintip keadaan diluar melalui jendela kamarnya. Pras terlihat cukup terkejut saat Rai menceritakan itu semua. Ia semakin merasa khawatir pada Rai. Ia merasa kasihan pada istrinya itu, yang harus ia tinggal sendiri dirumah setiap harinya. "kalau begitu, besok kita coba temui mbah Darmi kerumahnya. Mungkin dia bisa diminta tinggal disini untuk menemani kamu dirumah." ucap Pras tanpa berpikir lagi. Ia merasa lebih aman jika istrinya ada yang menemani dirumah. Apalagi mbah Darmi merupakan wanita tua yang mungkin bisa mengayomi mereka dirumah itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD