Sembilan belas

1013 Words
Malam itu, diawal tidurnya Rai kembali mengalami hal yang sama seperti malam - malam sebelumnya. Jikadi urutkan kejadian itu sudah dia alami sebanyak tiga kali, tetapi belakangan hal itu terjadi beruntun selama dua hari berturut - turut. Mengalami ketindihan atau rep erep bukanlah suatu hal yang terasa biasa. Apalagi sebelumnya Rai belum pernah mengalaminya. Setelah mengalaminya, itu membuat Rai merasa sedikit takut untuk mengawali masuk kedalam alam tidurnya. Seperti biasa malam itu pun Pras dengan penuh perhatian menenangkan Rai yang baru saja terjaga dari ketindihan. Berteriak - teriak sampai akhirnya terbangun secara mendadak, sudah menjadi pola yang Pras tahu jika istrinya baru saja mengalami ketindihan. Sesudahnya, Pras pasti akan ada disamping Rai untuk kembali menenangkan Rai yang selalu terlihat kelelahan setelah terjaga. Keringat dingin sebesar biji jagung selalu membasahi seluruh tubuh istrinya itu, juga muka pucat khas orang ketakutan pasti akan tampak setelah Rai tiba - tiba terjaga setelah sebelumnya lebih dulu berteriak - teriak. "sudah, tidur lagi ya, sayang. Mas belum tidur sampai kamu sudah benar - benar tidur dengan nyaman." itulah yang selalu Pras ucapkan untuk menenangkan Rai, agar mau kembali pergi tidur. Karena tidak jarang Rai tidak mau kembali tidur karena takut akan kembali mengalami ketindihan. *** Pagi itu Pras tidak pergi ke kantor, karena hari itu adalah akhit pekan dimana merupakan hari libur untuknya. Jujur saja, setiap akhir pekan walaupun hanya dirumah dan tidak pergi kemana - mana, tetapi itu plaing membahagiakan untuk Rai, karena seharian itu dia tidak perlu sendirian dirumah. Dia tidak perlu merasa bosan dan kadang sedikit takut. "dek, kamu tahu rumahnya mbah Darmi?" tanya Pras pada istrinya. "ya gak tahu sih, mas, tetapi aku rasa penduduk sekitar pasti tahu. Nanti kita bisa tanya sama tetangga." jawab Rai. "memang kamu yakin mas, mau mempekerjakan mbah Darmi dirumah ini?" tanya Rai yang saat ini malah merasa ragu dengan keputusan suaminya itu. "yakin! Bagi mas yang penting kamu merasa aman dan nyaman saja. Lagi pula kalau kamu sendirian terus di rumah, mas di kantor juga jadi tidak tenang, selalu kepikiran." lanjutnya. Setelah disepakati, rencananya nanti sebelum matahari begitu meninggi, pasangan suami istri itu akan datang menemui mbah Darmi. Untuk menanyakan apa benar dia berminat untuk bekerja dengan mereka. Dan nanti mungkin mereka akan mengajukan penawaran - penawaran. Pasangan itu keluar rumah, saat jarum jam menunjuk angka sepuluh lewat beberapa menit. Berbekal nol informasi, mereka berdua akan mencari rumah wanita tua yang kemarin datang pada Rai menawari tenaga tuanya untuk membantu Rai menguruh rumah yang mereka tempati. Setelah bertanya pada beberapa warga yang berpapasan dengan mereka di jalan. Akhirnya Pras dan Rai ada di depan sebuah rumah yang cukup sederhana, ada sebuah bale - bale dari pohon awi di depan rumah itu. Sepertinya bale - bale itu biasa digunakan untuk duduk - duduk bersantai membuang jenuh. Rumah yang mereka datangi untuk terlihat sangat sepi. Entah apakah orang yang mereka cari ada dirumah atau tidak. Rai jalan terlebih dahulu di depan suaminya, melangkahkan kakinya semakin dekat kearah rumah yang begitu sederhana didepannya. Tok!! Tok!! Tok! "Assalamualaikum... " Rai mengetuk pintu sambil mengucapkan salam, agar yang ada di dalam rumah mengetahui kedatangan mereka. Tidak sampai tiga kali Rai mengetuk dan mengucapkan salam. Alhamdulillah muncul seseorang dari dibalik pintu yang baru saja Rai ketuk, terdengar ia menjawab salam yang Rai ucapkan. Rai melihat Mbah Darmin keluar dari balik pintu dihadapan Rai. Wajah wanita tua di depannya itu cukup terkejut saat melihat Rai ada di depan rumahnya. "Eh, ada mbak Rai dan..." ucap mbah Darmi bingung sambil melihat kearah Pras yang ada di samping kiri belakang istrinya. "Pras, mbah, panggil saja saya Pras." seolah mengerti kebingungan wanita tua dihadapannya itu, dengan cepat Pras memberitahukan namanya. "oh, mas Pras." sahut mbah Darmi."mari,mari, duduk. Maaf rumahnya begini keadaannya." mbah Darmi mempersilahkan Rai dan Pras duduk dengan mengiring mereka ke bale - bale yang ada di depan rumah. Mereka bertiga pun duduk disana. Memulai untuk meyampaikan maksud pertemuan mereka saat itu. " Apa Benar mbah Darmi berminat kerja dengan kamu?" Pras kembali memastikan hal tersebut kepada wanita tua yang duduk dihadapannya. "iya toh, den. Mbah ini sudah tua tetapi alhamdulillah masih sehat. Masih sanggup untuk bekerja. Setelah kepergian bapak, jujur saja si mbah sedikit merasa kesepian dirumah ini. Saat melihat rumah yang kalian tempati sekaranglah, si mbah merasa lebih dekat dengan suami si mbah yang sudah lebih dulu pergi menghadapa tuhan. Setidaknya dengan berada di rumah itu bisa sedikit mengurangi rasa rindu yang mbah rasakan, karena di rumah itu banyak kenangan yang terjadi." mbah Darmi terdengar menjelaskan dengan menahan kerinduan pada suaminya itu. "tapi mbah, kalau misalkan kami minta si mbah untuk ikut tinggal disana bagaimana?menginapa! Apa si mbah mau?" Pras mengajukan pertanyaan pada mbah Darmi." si mbah bisa pulang kerumah ini setiap akhir pekan kalau mau?" lanjutnya. "tidak masalah buat mbah." mbah Darmi menyanggupi tanpa berpikir lama. "sebenarnya mbah, jujur saja kami berdua belum terlalu membutuhkan tenaga tambahan untuk mengurus semua pekerjaan rumah, tetapi saya butuh seseorang untuk menemani istri saya dirumah. Saya merasa khawatir meninggalkan dia sendiri disaat saya harus bekerja." Pras menjelaskan keadaannya pada mbah Darmi. "alhamdulillah, beruntung sekali mbak Rai, punya suami yang sangat perduli dan menyanyai mbak." Mbah Darmi tersenyum kearah Rai setelah mendengar oerkataan Pras. "kira - kira bagaimana, mbah? Kapan mbah akan datang keruma?" ucap Rai memastikan. "mbah minta sedikit waktu yah. Untuk mengemas - ngemas dan merapihkan barang dirumah ini, karena akan ditinggal. Mbah juga perlu pamit kepada tetangga." jawab mbah Darmi meminta pengertian dari pasangan menikah dihadapannya itu. Pras dan Rai menyetujui permintaan wanita tua dihadapannya itu. Tidak lama ia pun meminta undur diri lebih dulu. "kalau begitu, kami tunggu dirumah ya mbah. Sekarang kami pamit pulang lebih dulu." ucap Pras sebelum akhirnya pergi dari rumah sederhana itu. "iya, silahkan. Nanti biar mbah datang sendiri kerumah." jawab mbah Darmi. Wanita tua itu merasa senang, dia diberi kesempatan untuk bisa datang kembali kerumah dinas itu. Banyak hal yang harus dia ketahui sebelum dia pergi menyusul. Suaminya suatu saat nanti, dan dia sangat tahu, semua jawaban - jawaban dari semua hal yang belum terungkap dan mengganjal dalam hidupnya itu, ada dirumah yang dulu pernah ia tinggali dengan suaminya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD