Di jodohkan.
Pagi itu jalanan sudah di penuhi dengan lalu-lalang kendaraan bahkan bisa di sebut macet. Namun ada satu kendaraan yang lajunya lumayan kencang karena sang pengendara sudah hampir kesiangan, yaitu seorang wanita yang mengendarai sepeda motor metik nya. Namun saat di pertigaan tiba-tiba lampu merah dan itu membuat dia kaget dan langsung menarik rem namun sayang posisi saat itu di depannya ada mobil dan tak dapat terhindarkan terjadilah tabrakan.
"Aduh, mampus dah gue, mana mobil mahal lagi" Gumam nya.
Sang pemilik mobil pun keluar saat merasakan kendaraannya ada yang menabraknya. Seorang pemuda berjalan ke arahnya.
"Heh, lo bisa bawa motor gak? "Bentak pemuda itu dengan wajah marah.
" Bisa "jawab wanita itu dengan wajah polos.
" Terus kenapa lo nabrak mobil gue? Sekarang lo harus ganti"ucap pemuda itu lagi pada wanita.
"Iya nanti aku ganti, sekarang biarkan aku pergi dulu karena aku sudah ke siangan" Ucap wanita itu sambil naik lagi ke atas motor.
"Eh enak saja, gak bisa dong" Ujar si pemuda sambil memegang satang motornya.
"Terus gimana? " tanya si wanita.
"Lo harus tanggung jawab dong" jawab nya.
"Ya sudah gini saja" Sambil mengambil kertas di tasnya lalu menuliskan nama dan nomer ponselnya.
"Itu nama aku dan nomerku dan ini kalung saya sebagai jaminan ku, kamu cari saya ke kantor itu saja"penjelasannya sambil memberikan kertas itu pada pemuda yang mobilnya dia tabrak. Si pemuda pun mengambil kertas yang di berikan sang gadis.
Setelah menyerahkan itu Aqila langsung menjalankan motornya setelah melihat lampu berubah jadi hijau. Gadis itu bernama Aqila Nur Farida seorang gadis yang bekerja di sebuah perusahaan properti di kota ini usianya sudah hampir dua puluh lima, namun di usia segitu dia belum memikirkan untuk mencari pasangan karena dia mempunyai alasan tersendiri.
Sesampainya di kantor Aqila langsung menuju meja kerjanya dan mengambil berkas yang harus dia bawa di rapat pagi ini. Beruntungnya rapat belum di mulai.
"Wi, belum di mulai kan?" Tanyanya pada teman satu divisi.
"Belum, karena pimpinan barunya belum datang" Jawabnya dengan berbisik.
"Sukur deh" Ucapnya merasa lega.
Tak lama masuk lah seseorang dan semua orang langsung berdiri untuk menyambut kedatangannya. Namun berbeda dengan Aqila dia di buat kaget karena orang yang berdiri di depannya itu adalah orang yang mobilnya dia tabrak tadi.
"Selamat pagi, mari saya kenalkan pemimpin cabang kantor kita yang baru pak Dimas dia dari kantor pusat" Ucap pak Dodi selaku HRD di kantor ini. Pria yang mobilnya di tabrak oleh Aqila bernama Dimas.
Aqila selama rapat hanya menunduk karena takut orang itu mengenalinya. Tanpa di sadari Aqila, Dimas juga terus memperhatikan Aqila. Selesai rapat Aqila langsung keluar menuju mejanya dan dia menarik nafas dalam karena bisa terbebas dari ruangan itu.
"La, kamu kenapa dari tadi aku perhatikan kaya yang gak nyaman gitu saat rapat" Ucap salah satu teman Aqila yaitu Dewi.
"Giman aku bisa nyaman, cowok yang berdiri di depan itu yang mobilnya aku tabrak"ucapnya dengan berbisik.
" Serius kamu"teriak Dewi.
Aqila langsung memukul Dewi karena berisik.
"Sorry aku kaget" Ujarnya.
Mereka pun mulai bekerja, karena hari ini ada pimpinan baru jadi kerjaan mereka banyak karena harus terlihat bagus di depan pimpinan baru mereka. Tapi berbeda dengan Aqila yang dari tadi hanya bengong karena memikirkan nasibnya nanti. Saat jam pulang Aqila langsung turun dan menuju parkiran namun tak pernah dia sangka kalau Dimas sudah menunggunya di dalam mobilnya. Saat Aqila sedang memakai helm tiba-tiba Dimas menghampirinya dan memberikan sebuah rincian harga perbaikan mobil. Aqila langsung melihat ke arah Dimas "apa ini?" Tanya nya.
"Kamu baca sendiri! " Jawabnya dengan dingin.
Aqila pun mengambilnya lalu melihatnya "mahal banget" Ucapnya dengan nada kaget.
"Mobil gue itu, mobil mahal ya wajar kalau perawatannya juga mahal" Ucapnya dengan santai dan dingin.
"Tapi aku gak ada uang segitu pak! " Lirihnya.
"Ya udah aku potong gaji kamu saja" Sarannya.
"Yah jangan dong pak" mohon nya.
Namun Dimas tak menjawab dan langsung pergi dari hadapan Aqila.
Aqila tidak bisa bicara lagi karena dia tidak mungkin melawan atasannya ini, masih untung dia gak langsung di pecat.
Aqila pun pulang dengan perasaan sedih dan tak semangat. Sesampainya di rumah Aqila langsung masuk kamar setelah menyalami kedua orang tuanya. Di dalam kamar Aqila langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi tengkurep.
"Aaaaaa" Teriaknya frustasi.
"Kenapa gue harus berurusan sama tuh cowok" keluhnya sambil menjambak rambutnya.
Aqila langsung bangun dari rebahan nya dan langsung masuk kamar mandi. Saat makan malam pun dia merasa tak selera karena membayangkan kalau bulan ini dia tidak akan mendapatkan gaji.
"Teh, kok gak di makan? " Tanya mama yang heran melihat Aqila hanya mengaduk-aduk makanan yang ada di piring.
"Aqila udah kenyang ma" Jawabnya berbohong lalu bangkit dari duduknya.
"Mau kemana? " Tanya Ayah.
"Ke kamar yah" Jawabnya.
"Tunggu di ruang keluarga ada yang ingin ayah bicarakan sama semua orang" Ucap ayah.
Akhirnya Aqila pun tak jadi masuk kamar dia langsung ke ruang keluarga sambil menunggu yang lain makan dia hanya memainkan ponsel. Tak lama semua anggota keluarga datang dan langsung duduk.
"La" Panggil ayah pada Aqila.
"Iya ayah" Jawab Aqila sambil menatap ayah.
"Nindi adik mu bulan depan akan di lamar oleh Marwan" Beritahu ayah.
"Ya bagus dong yah, jadi anak ayah akan ada yang menikah dan ayah akan segera punya cucu" Ucap Aqila dengan senang hati.
"Tapi ayah gak mau dia melangkahi kamu sebagai kakaknya" Ujar ayah membuat Aqila terdiam.
"Sayang, mama sama ayah gak mau kamu jadi pembicaraan orang kampung, jadi mama sama ayah ingin tahu apa kamu sudah punya pasangan? " Tanya mama dengan lembut sambil menggenggam tangan Aqila.
Aqila hanya menggelengkan kepala karena dia benar-benar sedang tidak dekat dengan pria mana pun.
"Kalau memang kamu belum ada calon, ayah dan mama ada tapi kamu harus mau di jodohkan karena ini jalan satu-satunya" Ucap ayah membuat Aqila tak bisa membantah.
Aqila hanya diam seribu bahasa dengan hati sedih dan dia sudah tak bisa membendung air matanya. Dia pun bangkit dan langsung lari menuju kamarnya. Aqila menangis di dalam kamar dengan diam karena dia gak mau keluarganya tau kalau dia menangis. Walau sebenarnya sang mama tahu kalau anak sulung nya menangis. Hati dan pikiran Aqila benar-benat kacau karena dia harus menerima keputusan sang ayah yang akan menjodohkan nya dengan pria yang sama sekali gak dia kenal. Aqila sadar pasti selama ini mama sering mendengar omongan orang yang mencapnya sebagai perawan tua.