1|| KOTA BANDUNG

896 Words
Kania melirik Rara yang sedang tertidur pulas. Perempuan itu kembali fokus, untuk menyetir. Kali ini perjalanan menuju Jakarta-Bandung. Hanya memerlukan waktu 3 jam. Jalanan siang itu cukup padat, namun tidak macet. Mereka sudah sampai di Bandung, Dan sekarang menuju ke rumah Om Anton. Tak berapa lama, mobil Kania sampai di depan rumah minimalis berwarna coklat s**u. Kania mengoncangkan tubuh Rara, agar adiknya itu terbangun. "Dek, bangun kita udah sampai!" ujar Kania mengencangkan tubuh Rara. "Ehmm," Rara sedikit mengubah posisi tidurnya. "Dek bangun!" titah Kania, berdecak kesal. "Iya kak. nih Rara bangun," balas Rara mencoba mendudukan tubuhnya. Tak menghiraukan Rara, Kania pun turun dari mobil. "Kak, ini di mana sih?" tanya Rara yang masih berada di dalam mobil. "Ya di rumah Om Anton Lah Dek!" seru Kania, sembari mengambilkan koper milik Rara. Rara turun dari mobil, melihat Kania yang tengah mengambil koper miliknya. "Jadi semua ini beneran? Rara nggak mimpi?" tanya Rara menatap Kania terheran-heran. Kania menggelengkan kepalanya. "Ini beneran Rara, kamu nggak mimpi. Ya udah yuk masuk, Om Anton sama Tante Ina udah nungguin kita loh!" ucap Kania membawa koper milik Rara lalu berjalan lebih dulu. Rara menghela nafasnya, lalu  mengikuti  Kania dari belakang. "Assalamualikum," Kania memberi salam. Dengan tangannya yang mengetuk pintu rumah tersebut. "Walaikumsalam, eh Kania sama Rara udah dateng ayo masuk Nak." sapa wanita paruh baya itu menyambut mereka dengan Ramah. "Gimana kabar Tante Ina?" tanya Kania, kepada wanita baruh baya tersebut. "Tante baik, gimana dengan kamu?" balas Ina tersenyum ramah kepada Kania.  "Baik juga kok Tan, Om mana ya Tan?" jawab Kania, mengedarkan pandangannya. "Ommu, lagi ada di gazebo belakang", biasa ngadem." Ina tersenyum. Kania mengangguk paham, "oh iya Tan, ini Rara." kata Kania memperkenalakan Rara. "Ya ampun udah besar ya kamu Rara," Rara tersenyum, lalu menvium punggung tangan Ina. "Kalau gitu, Kania mau nemuin Om Anton dulu ya Tan," Kania pergi meninggalkan Rara dan Ina. "Iya, masuk aja Nia! Rara ayo ikut tante." sahut Ina, wanita itu juga mengajak Rara untuk masuk kedalam rumahnya. **** Kania menatap lelaki paruh baya yang sedang duduk termenung di gazebo rumahnya. " Assalamualikum Om," Kania memberi salam sembari mencium tangan Anton. "Walaikumsalam, baru sampai?" tanya Anton. "Iya Om, Baru aja." Kania tersenyum lalu duduk  di sebelah Anton. "Om, Kania mau titip Rara ya Om. Kania yakin Om bisa didik Rara, Rara sebenarnya dia anak baik cuma ya kebawa teman  yang nakal, belum lagi kurang kasih sayang. Apalagi Jakarta keras Om, mungkin kalau Mama sama Papa masih ada. Om nggk perlu repot-repot untuk ngurusin Rara." "Om janji bakal jagain adik kamu, tapi kamu juga jaga kesehatan kamu. Jangan terlalu lembur di kantor. Kamu juga kan  masih kuliah, jadi Jaga kesehatan kamu Kania" nasehat Anton, Kania hanya menundukkan kepalanya. "Ya sudah, sekarang kita masuk dulu. Nanti kita bicarakan lagi." ajak Anton dan Kania menganggukkan kepalanya. **** "Jadi ini akan Jadi kamar kamu sayang, " Ina berkata sembari membuka pintu kamar tersebut. Kamar yang di tunjukan olah Ina adalah kamar yang elegan. Dinding bercat putih polos degan sentuhan sedikit warna hitam dan lantai yang berdominasi  berwarna Kayu, serta langit-langit berwarna putih polos. "Ayo sini masuk Na," ujar Ina, Rara pun masuk kedalam kamar tersebut. Ruangan ini tidak terlalu besar, Dan masih besar kamarnya yang ada di Jakarta.  Tapi cukup lah, di dalam ruangan ini ada ranjang tidur, Lemari, sofa kecil, serta meja belajar. Rara berjalan ke arah pintu balkon ia melihat ada Gazebo dan kolam renang. Serta ia melihat kakaknya sedang mengobrol dengan Om Anton. "Eh, Tante nggak usah biar Rara aja." ujar Rara  melarang Ina yang akan membereskan pakaiannya. Ina tersenyum," kalau gitu Nanti aja beresinnya, sekarang kita makan siang dulu, pasti Rara laper kan." "Iya Tan, ayo kita makan." Rara berkata antusias. **** Di meja makan sudah Ada Anton dan Kania, " Sebentar ya kita tunggu satu orang lagi." ujar Ina tersenyum manis Tak lama kemudian, seorang perempuan dengan seragam SMA masuk kedalam rumah. "Assalamualaikum," perempuan itu mencium tangan Ina dan juga Anton. "Walaikumsalam," jawab mereka semua, termasuk Rara Dan juga Kania. Rara mengamati perempuan itu. Perempuan yang sedang mencium tangan Anton dan Ina. "Oliv, kamu ganti baju dulu gih. Jangan lama-lama ya" Kata Ina. "Iya bun," balas perempuan itu lalu pergi menuju lantai atas. Rara masih mengamati perempuan yang ia pikir seumuran dengannya. "Tante itu Via? Bukan?" tanya Rara menatap Ina. Ina tersenyum lalu menjawab. "Iya sayang masa kamu lupa." Rara tersenyum ia pikir, ia tidak akan memiliki teman disini ternyata ia mempunyai teman dan lagi seumuran dengannya. Oliv turun dari tangga berjalan ke meja makan." Maaf Oliv lama," perempuan cantik itu tersenyum dan mengambil duduk di sebelah Kania, tepatnya di depan Rara. "lebih baik kita mulai makan," saran Ina mereka pun makan siang bersama. Setelah makan siang, mereka mengobrol di ruang keluarga. " Oliv kamu nggk ingat ini siapa?" Ina bertanya kepada anaknya. Oliv nampak berpikir, sedetik kemudian perempuan itu menggelengkan kepalanya. "Ini Rara sayang masa kamu lupa!" Ina mengingatkan. "Maksudnya Ara?" tanya Oliv kaget. "Iya, lo lupa sama gue. Dasar sepupu laknut!" seru Rara dengan nada sebalnya. "Ya ampun Ra lo masih kecil aja, sih." Oliv meledek Rara, Dan itu membuat Rara bertambah sebal. "Iya-iya lo yang tinggi, Tapi nggk jauh kok tingginya. Dan masih cantik gue" ujar Rara percaya diri, seraya mengibas-ibaskan rambutnya. Sementara Oliv hanya mencibir Rara, dan yang lainnya tertawa. "Mending kekamar gue bantuin beresin barang gue!" ujar Rara menarik tangan Oliv. **** Hay, jangan lupa following akun ku ya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD