2||PENYESUAIAN RARA

981 Words
Jadi lo bakal tinggal disini?" tanya Oliv dengan senyuman yang merekah di sudut bibirnya. "Iya," jawab Rara singkat. Perempuan itu masih sibuk dengan meliputi bajunya. "Ah, gue seneng akhirnya gue punya temen!" seru Oliv seraya memeluk Rara. "Aduh sesek Via," protes Rara seraya melepaskan pelukan Oliv. "Gue tuh seneng banget tau nggk Ra,  Akhirnya gue punya temen juga." ungkap Oliv. "Btw, lo berarti sekolah, di sekolah gue dong?" tanya Oliv menatap Rara. "Iya lah, Cowoknya ganteng-ganteng nggk?" tanya Rara tersenyum centil. Oliv memutar bola matanya sebal, "Ya ganteng-ganteng lah! SMA 17 BANDUNG, Kan terkenal dengan cowok-cowoknya yang handsome." Oliv terkikik geli. "Lo kenapa sih pindah kesini?" tanya Oliv, Perempuan itu sangat cerewet. "Emm, Gue ketauan clubbing , mabok sama kak Nia." Rara menghela nafasnya. "Jadi ya gitu deh, gue di pindah kesini. Dari pada  gue di pesantren. Mending di juga sini," sambung Rara. "What? Lo mabok clubbing? Gila! Parah lo!" kata Oliv kaget. "Gue cuma ikutan temen-temen gue Vi," balas Rara. "Tapi lo sering ngelakuin itu?" tanya Oliv menatap Rara dengan serius. "Nggk ya baru sekali. Kalau ngerokok sering." lagi mata Oliv membelak tak percaya. "Lo,  ngerokok? Demi apa pun lo ngerokok?" Lagi, Oliv terbelakang kaget. "Iya gue ngerokok, tapi kemarin kok sekarang gue belajar buat nggk ngalakuin itu semua." jawab Rara. "Gue harap lo mau insap dan nggk ngelakuin itu lagi." "Iya deh, iya gue nggk ngelakuin itu lagi." ujar Rara sembari tersenyum. *** Kania memeluk tubuh Rara, seraya meneteskan air matanya. Ia akan pulang ke Jakarta, sejujur nya ia berat melepas Sang adik tapi mau bagaimana lagi ini demi kebaikan Rara. "Dek kamu di sini baik-baik ya. Jangan nyusahin om sama tante!" perintah Kania. "Iya kak, Rara janji nggk nakal lagi." jawab Rara. Kania tersenyum lalu mengalihkan pandangan nya ke arah Anton dan Ina. "Om Tante, Kania titip Rara ya." "Iya sayang, kita akan  jaga Rara dengan baik." jawab Ina seraya tersenyum. "Makasih Om, Tante. Liv kakak pulang ya." "Iya kak, hati-hati di jalan." balas Oliv mencium tangan Kania. " Assalamualaikum." " Walaikumsalam." Kania masuk kedalam mobilnya, lalu pergi meninggalkan pekarangan rumah. Rara menatap mobil Kania yang semakin jauh tak terlihat. "Ra, ayo masuk kita sholat magrib dulu." ajak Oliv. Keduanya pun, masuk kedalam rumah. *** Rara menatap baju seragam putih abu-abu miliknya. Dengan tatapan errr....sulit di artikan. Bagaimana tidak biasanya ia akan mengunakan rok span di atas lutut dengan baju ketatnya. Tapi ini seragam di depannya sangat membuat Rara melonggo tak percaya. Kemeja putih khas Anak SMA yg besar. Rok abu-abu panjang sampai mata kaki? Rara mengeleng gelengkan kepalanya. "Ra, lo belum pakai baju? Ayo cepet pakai nanti telat loh!" seru Oliv yang sedang berdiri di ambang pintu kamar Rara. "Vi? ini bener seragamnya kayak gini?" tanya Rara tak percaya. "Ya iya lah, emang kayak gimamana? Lo nggk liat seragam gue juga sama kayak punya lo?" tanya Oliv. Rara mentap Oliv, "oke gue ganti dulu!" ujar Rara lalu masuk kedalam kamar mandi. Oliv keluar dari kamar Rara. Rara melihat pantulan dirinya di cermin. "Waw, Kalau Vio dan Atika tau bisa-bisa mereka ngetawain gue." Rara berkata sambil mengingat eksperesi kedua sahabatnya yang ada di Jakarta. Rara belum mengatakan dengan kedua sahabatnya,  bahwa ia pindah ke Bandung. Entahlah ada alasan tersendiri untuknya. Rara menyusur rambut hitam milik nya. Rambut panjang sepinggang yang di curly di bagian bawah. Memakai sepatu cats  warna hitam dan mengambil sweeter rajut berwarna Biru muda. Rara sudah siap lalu berjalan menunju ruang makan. Setelah sarapan ia dan Oliv pamit dengan Anton dan Ina. "Vi? Kita naik apa?" " Naik bus," jawab Oliv masih berjalan. "What bus?" kata Rara tak percaya. "Iya kenapa?" tanya Oliv menghentikan langkahnya. Untuk sejenak menatap Rara. "Perasaan tadi di rumah ada Mobil. Kenapa nggk naik Mobil aja?" tanya Rara mendengus kesal. "Dari dulu Ayah ngajarin gue biar nggk manja, jadi dari SMP gue udah naik bus." jawab Oliv menatap kanan dan kiri untuk melihat apakah bus yang biasa ia tumpangi sudah lewat. "Ya nanti kalau di bus ada Copet? Gimana? Belum lagi desak-desakan, dan pasti panas!" seru Rara. "Copet? emang ini Jakarta," sindir Oliv. Rara hanya mendumel tak penting. Yang tidak di dengar oleh Oliv. Tak berapa lama, sebuah bus berhenti di depan mereka. "Udah ayo Naik, Nanti keburu telat!" ajak Oliv. Dan Rara hanya mengikuti Oliv dari belakang. Untung lah bus masih agak sepi jadi Oliv dan Rara bisa duduk, tidak perlu berdiri. Rara duduk dengan Oliv. Oliv nampak biasa saja, ketika ada seorang pria paruh baya membawa kantung ayam. Tapi tidak dengan Rara, perempuan itu melebarkan matanya. Rara mengikuti lengan Oliv dengan mengkode matanya. Oliv melirik Rara, menatap sepupunya itu. "Kenapa Ra?" tanya Oliv. "Itu.."  Oliv melihat arah pandangan Rara. "Apa? Ayam?" Petok...petok...petok... Ayam itu bersuara, membuat Rara memejamkan matanya. "Ra lo kenapa?"  "A...ayam," ucap Rara sedikit gugup. "Iya, ayam kenapa?" tanya Oliv yang masih saja tidak paham. Rara tak menjawab, perempuan itu menarik baju seragam Oliv. Seraya memejamkan matanya. Mobil berjalan, Rara membuang wajahnya untuk melihat keluar jendela. Namun, tanyannta masih menarik baju seragam Oliv.  Oliv masih bingung, ada apa dengan sepupunya ini? Oliv sedikit melirik ayam yang di katakan oleh Rara tadi. Lalu bayangannya belari ke masa lampau. Di mana dirinya dan Rara masih kecil dulu. Mengingat hal itu, sontak membuat Oliv tertawa sendiri. Hingga membuat beberapa orang menatap kearahnya aneh.  "Lo masih takut sama ayam?" tanya Oliv sedikit berbisik kepada Rara.  Rara melirik tajam Oliv. "Sialan lo!"  Lagi, Oliv tak mampu menahan tawanya. "Gue masih ingat, gimana lo nangis-nangis karna di kejar sama ayam." Rara membayangkan peristiwa itu membuatnya bergidik ngeri. "Udah ah, jangan di ingat." Oliv tertawa, sementara Rara melirik ayam itu. Ayam itu melihat kearah Rara dengan tatapan tajam. Bayangan ayam yang dulu mamatuknya muncul kembali. Jika Rara masih di Jakarta, mungkin saja Rara tidak akan bertemu dengan ayam 'sialan' ini.  Tapi didikan Anton sangatlah keras membuatnya harus rela untuk berdesak-desakan. Naik bus ke sekolah, bersama ayam. Mulai sekarang, Rara harus bisa menyesuaikan dirinya. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD