8. Full Day With You

1122 Words
Full Day With You   Tuhan apakah ini cinta? gumam Clarisa dalam hati. Heran. Akhir-akhir ini Clarisa sering deg degan, kalau berada di dekat Rendy. Memang tidak di pungkiri. Rendy memang baik hati. Ia selalu menuruti apa perintah Clarisa tanpa mengeluh.   Clarisa melepaskan pelukannya setelah suara petir itu tidak Clarisa dengar lagi. Sekarang ia lebih tenang. Tidak seperti tadi ketakutan. Rasanya nyaman sekali di dekat Rendy. “Jangan terpesona gitu ah lihatin guenya hha,” goda Rendy ke geeran. “Geer lo! Awas lo jangan bilang-bilang, kalo gue takut petir yah! Kalo engga…” terputus. “Kalo ga, lo malu kan? Gengsi lo gede amet sih. Clarisa Clarisa udah ah gue mau lanjutin kerjaan gue,” Rendy akan meninggalkan Clarisa. “Tunggu!!” tangan Clarisa berhasil menahan tangannya Rendy. Mereka saling bertatapan. Tatapannya teduh penuh kehangatan. Baru kali ini Clarisa melihat orang tulus, setulus Rendy. Dia memang misterius. Sampai-sampai hobinya, kalau di tempat kerja selalu menyendiri. Cowok dingin engga banyak omong. Dan selalu menjadi topik pembicaraan di kantor. Sikapnya ramah membuat orang betah berada di sampingnya. “Kenapa?” pertanyaan Rendy membuyarkan lamunan Clarisa tentang Rendy. “Hah? Gi.. gini. Minggu depan client gue minta lo dateng ke ulang tahun anaknya. Katanya beliau pengen lihat fotografernya,” Clarisa ragu. Ya, ampun detak jantung Clarisa semakin heboh melihat mata Rendy. Serangan jantung? Tentu bukan. Apa ini cinta? Mungkin. “Oke,” singkat Rendy kemudian meninggalkan Clarisa. “Rese! Gue ngomong panjang-panjang jawabannya cuma oke! Songong!” dumalnya saat Rendy pergi.   ♡♡♡♡   Satu Minggu kemudian.   Acara wedding khas islami berjalan dengan lancar. Semua sesuai rencana. Lagi-lagi Molefatho Wedding Organizer mendapatkan pujian dari client. Bahkan, WO Molefatho telah di booking penuh sampe akhir tahun ini. God Job. Malam ini, Clarisa datang bersama Rendy ke ulang tahun clientnya. Kecanggungan terjadi saat mereka dalam mobil. Rendy di perbolehkan Clarisa untuk menyetir mobilnya. “Gue turun sebentar dulu yah,” kata Rendy. “Emang lo mau ke mana?” Rendy hanya tersenyum tanpa kata kemudian keluar dari mobil. Clarisa manyun. Lancang Rendy melakukan hal itu pada Clarisa. Tiga bulan berkerja sama dengan Rendy lumayan juga. Setidaknya kalau petir datang, Clarisa bisa nyaman di pelukan Rendy hihi. Clarisa melihat ke jok belakang mobilnya. Camera? Clarisa melihat-lihat camera itu. Sepertinya camera punya Rendy. Ia melihat foto-foto yang ada di dalamnya. Clarisa terkagum dengan hasil jeptertanya. Rendy sangat bisa mengambil objek dengan sempurna. Eh, tapi tungggu. “Ini kan.. foto gue! Foto gue waktu di taman itu! Udah gue duga dia fotoin gue!” Rutuknya. Tidak lama Rendy datang secara tiba-tiba. “Eh udah Ren?” Clarisa sontak kaget. Kemudian ia letakan lagi camera Rendy di jok belakang. “Udah,” singkatnya. Kemudian ia menstater mobilnya dan menjalankannya. “Lo suka fotografi juga?” “Emmh engga juga. Emang kenapa?” Rendy tersenyum. “Kalo lo suka. Tar gue ajarin deh pake cameranya. Kemaren-kemaren gue lihat lo pegang kamera mulu. Tadi juga kan lo pegang kamera gue. Foto itu jangan asal jepret. Kita harus perhatiin dulu setiap objek yang akan kita ambil,” ceritanya. “Lo pikir, gue ga bisa pake camera! Gue bisa kali,” Clarisa angkuh. “Emmhh masih aja kaya gitu,” desah Rendy. Gengsi Clarisa memang sangat besar. Untung saja Rendy sangat sabar menghadapi sikapnya. ♡♡♡♡   Gemerlapan lampu kelap kelip seperti cahaya bintang di langit. Bintang pun iri pada sang lampu yang lebih terang dari dirinya. Nuansa putih menjadi dekorasi ulang tahun client Clarisa. Client ini merupakan pengusaha fashion terbesar se-asia. Tidak heran, ulang tahun anaknya juga sangat mewah. Maklum, sweet saventen juga jadi terlihat glamour. Gaun putih yang terbuat dari sutra terbalut rapih, di tubuh anak pengusaha itu. Renda-rendanya yang artistik mempercantik keindahan gaunnya. Berlian berbentuk hati melingkar di lehernya. Belum lagi sepatu kacanya yang terbuat dari Kristal, membuat ia tampak mempesona. “Hai!” sapa anak itu. “Hai Princes Jasmine,” balas Clarisa. “Ah kakak berlebihan. Nanti pas dansa kakak dansa yah. Sama kakak yang di sebelah aja,” pintanya sedikit berbisik, Rendy masih bisa mendengarnya. “Hah? Ada pesta dansa juga Jas?” Jasmine mengangguk. “Ini kak Rendy kan? Fotografer yang waktu nikahan kakakku?” “Ia. Jas, aku Rendy. Bagus juga yah dekorasinya,” puji Rendy. “Makasih kak Rendy, wah kak Clarisa sama kak Rendy cocok banget. Kalian udah jadian yah?” goda Jasmine. Wajah Clarisa merah padam. Rendy hanya tersenyum saja. Apakah itu sebuah pertanda? Apakah senyuman Rendy mempunyai makna kalau Rendy menyukai Clarisa? Clarisa berharap seperti itu.   “Ayo kak, pesta dansannya di mulai,” Rendy dan Clarisa nurut dengan permintaan Jasmine. Musik yang merdu mulai mengalun. Semua pasangan mulai saling berhadapan. Mereka siap untuk berdansa. “Kalo ga karena Jasmin yang minta gue ga mau dansa sama lo,” rempet Clarisa gengsi seperti biasa. “Gue juga kali. Males dansa sama orang angkuh macem lo hahha,” tidak ada sedikit pun ucapanya bermaksud menyakiti Clarisa. Angkuh? Memang iya kok, Clarisa angkuh. Rendy memgang pinggang Clarisa, ia menatap Clarisa. Clarisa juga memegang pundak Rendy. Menatap Rendy penuh perasaan. Rasanya teduh sekali. Mata itu bercahaya penuh ketulusan.   Dag dig dug. Yang Clarisa rasakan. Rasanya Clarisa tidak mampu berkutik, kalau di pandang seperti itu sama Rendy. Ya Tuhan, ganteng banget makhluk yang ada di hadapan gue ini, gumam Clarisa dalam hati.   Satu jam kemudian. Pesta dansa selesai. Saatnya dinner. Semua pasangan dansa tadi akan makan satu meja saat dinner. Itu artinya Clarisa akan satu meja dengan Rendy. Hmm… Hari ini Clarisa full, terpesona dengan kharisma Rendy. Pembawan Rendy selalu tenang di acara apapun. “Lo suka spagety?” Tanya Rendy. “Hah?” ucap Clarisa dengan nada lumayan tinggi. Rendy tepok jidat. “Lo kenapa sih? Gue lihat lo bengong mulu. Mikirin kerjaan ya? Ris, boleh kali, sejenak kita lupain  dulu kerjaan. Lagian besok juga hari kosong kan. Lo rilex aja di sini,” Clarisa tersenyum. “Nah gitu dong. Senyum jangan cemberut mulu,” Clarisa langsung menatap dongkol Rendy. Memang selama ini Clarisa selalu jutek. Jangankan tertawa. Senyum saja tidak pernah menghiasi wajahnya. “Apapun masalah yang kita hadapi. Kita harus tetep tersenyum Ris, karena senyum adalah pertanda kalau kita bisa tegar, meskipun  di balik senyum itu kita menyimpan berjuta luka,” ucap Rendy lembut. Ya, sepertinya Clarisa lupa cara tersenyum. Selama dua tahun ini. Hidupnya di penuhi dengan kebencian dan dendam terhadap ayahnya. “Kalo aja lo bisa lebih ramah sedikit, mungkin karyawan lo juga bakalan segen sama lo. Bukannya takut,” tambahnya. “So tahu lo. Lo ga tahu apa-apa soal gue. It's me. Terserah gue aja mau gimana,” huuft sikap juteknya belum hilang juga dari Clarisa. “Ehh.. gitu lagi,” Rendy pasrah.      Apakah Rendy jatuh cinta juga pada Clarisa? Bagaimana keseruan mereka di acara pernikahan selanjutnya?  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD