bc

Sweet Sugar Boy (Indonesia)

book_age16+
1.3K
FOLLOW
23.4K
READ
family
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Ramaryan Adhyatma. Sebut namanya dan semua orang akan menahan napas. Bukan sekedar karena ketampanannya yang luar biasa. Atau kecerdasannya yang mempesona. Tapi juga karena sikap dinginnya yang keterlaluan. Dari ratusan mahasiswi yang mungkin mengejarnya, dia memilihku, yang notabenenya bekerja di tempat ia menuntut ilmu. Pikirkan juga tentang perbedaan usia kami. Sebenarnya aku ini beruntung atau apa? Apakah mungkin untuk berharap lebih dari hubungan antara aku dan dia?

(Renata Velisha)

chap-preview
Free preview
1. Pacar
Aku menatap ragu pada makhluk tampan nan rupawan di hadapanku yang tengah duduk dan menatapku sendu. Aku baru saja menolak permintaannya untuk ikut makan malam bersama keluarganya. Dan lihatlah apa yang kudapat. Ia menatapku sendu seperti anak kucing yang sangat-sangat imut yang meminta dielus. Baiklah, aku akan mengelusnya. Tapi tunggu dulu! Sayang sekali dia bukan kucing, melainkan manusia yang sangat tampan. Dia punya rambut hitam pekat yang lurus tapi sedikit bergelombang dengan ujung rambut yang mencuat kesana kemari, agak berantakan, sedikit panjang menjuntai di bagian tengkuknya, dan sebagian poni yang sedikit berantakan di dahinya, membingkai wajahnya yang sedikit tirus dengan hidung yang mancung sempurna, dan sepasang mata jernih dengan bulu mata yang sangat lentik -seperti saat aku memakai maskara- dan bibir tipis yang seksi sekali. Astaga, apa yang kukatakan? Berhenti melantur! Aku hanya mencoba menggambarkan bagaimana bentuk sosok yang ada di depanku ini. Baiklah, baiklah. Kalau dia sudah menatapku seperti ini, maka aku akan luluh dan mengikuti apapun maunya. Bagaimana tidak? Biasanya dia begitu dingin, kaku, bahkan terkadang menyebalkan. Tapi saat keinginannya tak terpenuhi, ia bisa berubah drastis menjadi kucing pemalu yang haus belaian. Hah! Tapi tunggu, apa tadi permintaannya? "Mau kan, Renata?" tanyanya dengan suara yang membuat darahku berdesir. Bagaimana tidak? Suaranya begitu merdu dan menggoda. Tapi aku harus konsentrasi! "Tidak bisa, Rama.. Aku sibuk malam itu, ada jadwal mengajar kuliah umum.." jawabku, mencoba bertahan dengan keputusanku. "Hmm.." dia menghela napas dan aku ingin sekali menariknya saja ke dalam pelukanku melihat wajah kecewanya itu. Tapi apa yang terjadi? Dia pergi! Dia meninggalkan aku sendiri di taman yang menyebalkan ini! Kenapa menyebalkan? Karena orang-orang menatapku, menatapku karena aku diabaikan oleh kekasihku! Nasibku memang buruk. Mood-ku sudah buruk sekali. Baiklah, ini bukan pertama kalinya dia meninggalkan aku sendiri. Tapi tetap saja ini menyakitkan! Aku sudah meluangkan waktu di sela jam mengajarku untuk bertemu dengannya di taman tak jauh dari kampus, tapi ini balasannya! Sampai kapan aku harus menderita begini? * Aku menyeruput jusku dengan muka sebal. Temanku sesama dosen menatapku bingung. "Kamu ini kenapa sih, Nat? Mataku sakit melihat wajahmu," gerutu Julia. "Aku ini sedang sebal, tau!" sahutku. "Aku pergi dulu, ya!" kata Julia tiba-tiba dan membuatku cepat menoleh padanya. "Mau kemana!?" tanyaku cepat. Dia tersenyum menggoda, melirik ke belakangku dan mengedipkan mata, "Mahasiswa kesayanganmu datang!" jawabnya Wajahku memerah tanpa bisa kucegah. Aku langsung menoleh, dan tentu saja, siapa lagi kalau bukan dia? Sebut dia mahasiswaku kalau aku mengajar di kelasnya. Tapi aku sama sekali tidak pernah masuk ke gedung fakultas kedokteran tempat ia belajar. Ia sampai di hadapanku. Tunggu, dia mau apa? Memang Julia sudah tau kalau aku dekat dengannya, tapi aku sudah bilang padanya jangan dekati aku di kampus. Lihat saja, mata para mahasiswi itu jelalatan mengikuti pria tampan ini. Menangislah kalian! Karena dia milikku. Tapi apa ini? Dia hanya lewat, membisikkan sesuatu dan menghilang di keramaian kantin. Hah! "Kutunggu di parkiran." Itu katanya. Ya ampun! Dia itu makhluk yang tinggal di planet mana sih!? Sepertinya ponsel benar-benar menakutkan baginya. Dia bisa mengatakan hal semacam tadi lewat sms saja kan? Aku bergegas menuju parkiran dan dia di sana, menungguku dengan bersandar pada sebuah sedan biru yang terparkir rapi di parkiran kampus. Dengan cepat kutekan remote pada kunci mobilku dan ia segera masuk ke dalam, lalu aku menyusulnya. Ya, ini mobilku. Bekerja bertahun-tahun membuatku mampu membeli mobil sederhana ini. Jangan mengira aku akan naik mobil milik Rama. Aku tidak seberuntung itu. Memangnya apa yang bisa diharapkan dari pemuda tanggung seperti dia? Walaupun dia juga pernah mengajakku kencan naik mobil, tapi itu mobil kakaknya. Dan jangan kira kencan yang kukatakan itu adalah makan malam romantis di sebuah restoran mewah. Karena itu adalah salah besar! Aku memberikan kunci mobil padanya, dandia menyetir dalam diam. "Kita mau kemana?" tanyaku. "Pulang," jawabnya. "Pulang?" aku mengulang jawabannya dengan nada bertanya. "Ya." "Kemana?" "Rumah." Lihatlah, bicara dengannya sungguh sulit. Dasar makhluk sedingin es! Memangnya kami tinggal serumah maka aku akan langsung mengerti saat dia mengatakan pulang? "Maaf," katanya tiba-tiba. Dan kata itu membuatku tercengang. Ragu-ragu aku merespon, "Untuk..?" "Soal di taman," jawabnya lagi, dengan kalimat yang masih saja irit. Dia minta maaf karena memaksaku ke rumahnya atau karena meninggalkanku sendirian sih? Tapi aku malas berdebat. Lebih tepatnya, malas mengomel sendiri. Jadi aku memilih mengangguk saja. "Berhenti di sini, aku mau belanja sedikit," kataku padanya, dan ia mulai memarkirkan mobil pada sebuah lapangan parkir di dekat swalayan ternama. Aku melenggang memasuki swalayan dan dengan cekatan Rama sudah mendorong troli di sisiku. Aku tersenyum. Sebenarnya, dia sangat manis. Walaupun dia tidak banyak bicara, tapi dia selalu bisa kuandalkan. Yah, lupakan sejenak tentang kelakuannya yang sering meninggalkan aku seenak jidatnya. "Mikir apa?" tanyanya dengan nada suara yang selalu sama, datar. Pasti dia dapat nilai jelek dalam pelajaran bahasa Indonesia karena tidak bisa melafalkan kalimat tanya dengan nada bertanya yang benar. Aku menggeleng, mengambil beberapa makanan ringan dan meletakkannya ke dalam troli. Karena besok hari Sabtu, aku akan memasak. Jadi aku berjalan menuju stand sayuran sementara Rama tetap setia mendampingiku. Aku jadi berpikir, rasanya seperti punya suami. Tapi, suami yang imut. Dan pendiam. Dan kaku. Dan menyebalkan! Lihat saja, baru saja hatiku tenang tadi. Sekarang dia meninggalkan aku dan berjalan menghampiri seorang wanita setengah baya yang tampak sedang memilih bahan makanan tak jauh dariku. Aku mengekorinya pelan karena ragu-ragu. "Mama.." panggilnya lalu merangkul wanita tadi dan memeluknya hangat. Apa katanya? Dia panggil apa wanita tadi? MAMA!? Aku hampir saja terjatuh karena menabrak troli yang ada di hadapanku kalau saja Rama tidak segera menangkap tanganku. Lalu kembali melepaskanku saat aku berhasil berdiri dengan tegak. Ibu itu menoleh dan tersenyum, Ibunya Rama. Oh Tuhan, aku harus bertemu Ibu nya Rama!? Kenapa Rama tidak mengajakku kabur saja, tapi malah menghampiri ibunya dan melupakanku!? Setelah perbincangan hangat mereka sejenak, sementara aku memerhatikan seperti orang bodoh, akhirnya kedua ibu dan anak itu menatapku. Bodoh! Seharusnya aku sudah lari saja kan? "Rama sama bu dosen," kata pria itu. WHAT!? BU DOSEN! SEJAK KAPAN AKU JADI DOSEN KAMU, k*****t TAMPAN!? Tapi tunggu dulu, aku harus berterima kasih padanya. Tidak mungkin aku mengharapkan dia memperkenalkan aku sebagai pacarnya kan? Ibu itu tersenyum ramah padaku. "Wah bu dosennya masih muda ya, cantik lagi," kata ibu itu ramah dan menyalami tanganku. Aku tersenyum kikuk sembari menjabat tangannya. "Ibu ngajar apa?" tanya ibu itu lagi. Mampus! Masa aku mau bilang kalau aku mengajar akuntansi kepada mahasiswa kedokteran!? "Mama udah siap? Yuk pulang sama-sama," terdengar suara Rama memotong pembicaraan kami. Sekali lagi dia menyelamatkanku. Tapi kenapa suaranya tidak famiiliar di telingaku? Begitu lembut, dan ramah.. Ini pasti kepribadiannya yang lain. Tiba-tiba saja kami sudah duduk di mobilku dengan aku yang menyetir, Rama dan Ibunya duduk di belakang. Kasihan sekali kan aku? Rama, dia terlihat ramah dan manja pada ibunya. Ya ampun, itu membuatku memikirkan sesuatu. Dia anak mami!? Yah, apa yang kuharapkan? Dia baru berumur 20 tahun! Bayangkan saja, dia lebih muda 5 tahun dariku! Aku sudah seperempat abad. Dan malah berakhir pacaran dengan berondong kaku dan menyebalkan seperti dia! Seharusnya di usiaku yang sekarang aku sudah menikah, atau malah sudah punya anak. Paling tidak, aku seharusnya punya tunangan atau kekasih yang matang. Bukan mahasiswa seperti dia! Otakku jadi memutar kembali memori yang tersimpan di dalamnya. Bagaimana bisa aku pacaran dengan makhluk seperti ini? Pemuda tanggung yang masih berumur 20 tahun!? * * * TBC * * *

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Skylove (Indonesia)

read
109.4K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

MOVE ON

read
95.2K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.2K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.2K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook