bc

Waiting For You

book_age16+
738
FOLLOW
4.8K
READ
possessive
second chance
boss
drama
sweet
bxg
campus
office/work place
first love
model
like
intro-logo
Blurb

Ardio Angga Perwira, pria berusia 22 tahun yang merupakan anak dari pasangan Qiana dan Valdo (Pernikahan Sementara) telah jatuh cinta kepada sosok Aurora Amara. Gadis yang sejak kecil dia kenal dan ikut tumbuh bersamanya.

Aurora adalah cinta pertamanya dan berharap akan menjadi cinta sejatinya. Sayangnya, ada suatu hal yang tidak bisa Dio langgar dan hal itulah yang membuat Dio tidak bisa menjadikan Aurora kekasihnya dan dia terpaksa harus menunggu.

Sayangnya, di tengah penantiannya, Aurora menikah dengan pria lain. Apakah Dio bisa menerimanya? Menerima takdirnya yang berbeda dari rencana yang telah dia rangkai.

Cover by Canva

chap-preview
Free preview
Satu: Ardio Angga Perwira
"pagi bunda" "pagi kak, kak tolong dong ke kamar adek, kayanya adek nangis. Bunda masih goreng nasi kak" suruh Qiana langsung kepada Dio yang baru tiba di ruang makan dimana ruang makan tersebut menyatu dengan dapur bersih. Setiap pagi, Qiana akan sibuk di dapur bersih untuk menyiapkan sarapan. Dio mengangguk, lalu melangkah menuju kamar adik bungsunya yang berada di sebelah kamar kedua orang tuanya. Sudah Satu tahun belakangan, Abian, si bungsu, pindah dan belajar tidur sendiri. Meskipun sang bunda sempat tidak tega dan sesekali menginap di kamar Abian, kini si bungsu sudah terbiasa, walaupun setiap pagi akan selalu ada drama. Membuka pintu, Dio masuk kedalam kamar, dan seperti biasanya, Adik bungsunya memang tengah menangis di atas tempat tidur. "kenapa adek?" tanya Dio sambil duduk di sisi tempat tidur. "bundaaa" jawab Abian dengan wajah sedihnya dan air mata yang mengalir di kedua pipi. Dio tersenyum, meraih bocah berusia lima tahun tersebut agar duduk di pangkuannya. "bunda ada kok, lagi bikin sarapan buat adek" "papa?" tanya Abian, raut wajahnya masih terlihat begitu sedih. "papa lagi mandi" jawab Dio sambil mengusap air mata di pipi Abian. "jangan nangis lagi ya, kan gak ada yang jahat disini. Kalau adek bangun tidur, mau ketemu bunda, adek tinggal keluar kamar. Adek kan hebat" Abian mengangguk, lalu memeluk leher Dio. Dio tersenyum dan mengusap lembut kepalanya. Masih memangku Abian, Dio bangun dan membawa Abian ke ruang makan. "Adek sayang, nangis ya?" Qiana menatap Dio yang kembali ke ruang makan dengan Abian yang ada di gendongannya. Dia masih bergelung di depan kompor. "Iya bun" jawab Dio. "Udah cuci muka?" "Belum" "Tolong bantu cuci mukanya dulu kak, bunda bentar lagi selesai kok" Mengangguk, Dio melangkah menuju kamar mandi yang ada di sebelah ruang makan. Mencuci wajah adiknya dengan lembut dan hati-hati. "ganteng banget adiknya kakak" puji Dio. Tidak diragukan lagi, Dio benar-benar sosok kakak yang luar biasa untuk adik-adiknya. Dengan Chala, meskipun selalu ribut, jika ada yang menyakiti dia, Dio akan menjadi orang paling depan membuat perhitungan. Abian tersenyum lebar, sisa-sisa air mata sudah menghilang dari kedua pipi gembulnya. "kakak ganteng kaya Bian" Dio tertawa, mencium pipi gembul Bian "kita ke bunda lagi" "eh, anak ganteng papa sudah bangun" Valdo datang dengan pakaian santainya. Sejak kehadiran Abian, Valdo lebih banyak meluangkan waktunya untuk keluarga. Jika ada pekerjaan yang bisa diselesaikan di rumah, dia akan melakukan itu. Terlebih, sekarang ini Dio sudah mulai ikut membantunya dalam mengelola restoran, walaupun dia sendiri sudah sangat sibuk dengan cafe miliknya. "Kak, hari ini sibuk gak?" Tanya Valdo saat Dio tengah mendudukkan Abian ke kursi miliknya. "seperti biasanya. Kenapa pa?" tanya Dio lalu duduk di kursi yang berada di samping kiri Valdo. "cek resto yang di Jak Bar ya, tolong. Sempet gak?" "jam tigaan tapi, gak apa-apa? ada yang urgent gak?" "gak urgent sih. Sebisa kamu aja cek jam berapa" Dio mengangguk, lalu meminum teh hangat tanpa gula miliknya. Sudah hampir tiga tahun dia terbiasa meminum teh tanpa gula di pagi hari, bagi Dio, rasanya lebih menenangkan saat mencium harumnya teh. "yang mau anter teteh, Kak Dio atau papa?" Chala datang dengan keadaan sudah rapih, memakai seragam dan membawa tas. "Kakak aja, sekalian" jawab Dio. Chala mengangguk, lalu menghampiri Qiana untuk membantu. "teteh bantuin bun" ucap Chala. "nanti kotor teh, udah rapih pake seragam. Duduk aja, udah selesai kok" "bunda mah suka gitu, suka bikin enak aku" canda Chala lalu melangkah ke kursinya. Ucapan Chala sontak membuat mereka tertawa. "emang kamu mah basa-basi doang. Pencitraan pengen bantu" sahut Dio. Qiana datang membawa piring di kedua tangannya. Pertama dia meletakkan piring berisi nasi goreng untuk Valdo dan Dio. Lalu kembali ke kabinet untuk mengambil nasi goreng untuknya dan Chala. Sedangkan Abian sarapan sereal. *** "Kak, aku pulang mau main dulu ya" ucap Chala sebelum turun dari mobil. "sama siapa?" "sama Kak Rara" Dio menghela napas "kamu main mulu, udah kelas tiga, belajar" Chala memutar bola matanya "belajar mulu. Emang kakak mau tanggung jawab kalau kepala aku meledak?" "ck, ngeles aja kamu" "aku bukan bajaj yang jago ngeles" "emang bukan. Kamu itu kan belut" "sembarangan! pokoknya pulang sekolah aku mau pergi sama Kak Rara. Titik segede kelapa!" Chala langsung mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Dio. "belajar yang bener" pesan Dio setelah Chala mencium tangannya. "hmmm." respon Chala lalu keluar mobil. Setelah mengantar Chala, Dio lanjut menuju cafe miliknya. Cafe yang baru dia buka lima bulan yang lalu. *** Ardio Angga Perwira, anak pertama dari pasangan Qiana dan Valdo. Pria berusia dua puluh dua tahun dengan segala prestasi cemerlang yang dia miliki. Sudah lulus kuliah dengan nilai akademik yang sempurna, juga sudah memiliki bisnisnya sendiri. Soal paras, jangan diragukan, Dio lahir dari bibit unggul. Terbukti dengan status selebgram yang dia pegang sejak masih di bangku sekolah dan model sejak dia masih kecil. Banyak brand-brand besar yang mempercayakan Dio sebagai talent mereka. Meskipun masih berstatus single, faktor tidak laku atau tidak ada yang memilih jelas tidak cocok untuk Dio. Dio single karena sebuah alasan yang memang dia sendiri yang memutuskan. "pagi" sapa Dio kepada para karyawan yang tengah menyiapkan cafe untuk dibuka. "pagi pak" sahut para karyawan serempak. "udah gue bilang, gue gak setua itu" ucap Dio dengan ekspresi datarnya. "iya om" sahut salah satu pegawai wanita yang lebih tua dari Dio. Dio hanya menggelengkan kepalanya lalu lanjut melangkah menuju ruangannya. Bukan hal aneh jika para pegawainya sesekali melayangkan candaan. Dio sendiri memang tidak ingin terlalu formal, dia lebih senang hubungannya dengan para pegawai lebih santai tapi tetap tahu batasan dalam pekerjaan. Meskipun, kepribadian Dio saat di rumah dan di luar rumah cukup berbeda. Di dalam rumah, Dio benar-benar sosok yang hangat dan banyak bicara, jika di luar, meskipun tidak jutek, Dio lebih banyak diam dan hanya berbicara jika perlu dan beruntungnya, Dio juga tidak diberi label sombong oleh orang lain. Pintu di ketuk saat Dio baru duduk di kursi kerja miliknya. "masuk" Muncul Arif, manager cafe. "pagi boss" "kenapa Rif?" tanya Dio. Arif berumur tiga tahun lebih tua dari Dio, tapi selalu menolak di panggil kakak atau bapak oleh para pegawai, termasuk oleh Dio. "ini, ada food vloger yang izin mau bikin video di cafe" lapor Arif. "kapan?" "besok. Katanya teman boss juga" Dio mengerutkan keningnya "siapa? kok dia gak chat gue" "channelnya MakYuk" "gak kenal" jawab Dio langsung. Dia memang mengenal beberpa food vloger, tapi nama yang Arif sebutkan memang tidak Dio ketahui. "katanya pernah bareng di salah satu acara sama lo" "kalau bener, berarti gue yang lupa" "dia minta kita barter" "maksudnya?" "dia minta makan gratis dan mereka promoin cafe kita di youtubenya" "lah, dia yang mau. Nanti, dia juga dapat bayaran adsene. Bilang sama dia, kalau mau datang, silahkan, tapi bayar normal, toh nanti juga balik modal pas videonya udah tayang. Lain cerita kalau kita yang ngundang" jelas Dio. Dio sering mendengar cerita dari para temannya yang mengatakan beberapa oknum menggunakan status yang mereka miliki untuk meminta barang gratisan atau discount gila-gilaan dengan iming-iming barang akan di posting. Arif mengangguk "oke, nanti gue sampaikan" "iya. Selain itu, udah cukup banyak juga food vloger terkenal yang datang dan gak ada yang minta gratis, kecuali kita sendiri yang kasih" "sip. Gue langsung komunikasikan ke mereka" "sip. Ada lagi?" "Tentang kolab, dari pihak chef tadi nanya lagi" "Minta jadwal untuk ketemu" Arif mengangguk "oke. Cukup, laporan selesai" "Oke" Arif keluar dari ruangan Dio, rencananya, cafe miliknya memang akan mengadakan kolaborasi dengan salah satu chef yang sekarang ini cukup terkenal, terlebih dalam bidang dessert. Lanjut Dio memeriksa beberapa laporan. Dia sangat bersyukur dengan perkembangan cafe miliknya. Meskipun tergolong baru, tidak sulit untuk mengenalkan cafe miliknya kepada masyarakat. Selain itu, jaringan pertemanan juga sangat membantu, sebuah previlage yang sangat Dio manfaatnya. Selesai memeriksa beberapa laporan, Dio meraih ponselnya, masuk kedalam aplikasi ruang obrolan. "Hari ini mau pergi kemana lagi sama Chala?" Tanya Dio melalui pesan. Tidak butuh waktu lama, Dio mendapatkan balasan pesan. Aurora Ada deh. Dio berdecak, lalu menulis balasannya lagi. Serius. Mau kemana? Aurora Main. Udah ah, aku mau masuk kelas. Dosennya galak! Dio kembali berdecak setelah membaca balasan pesan dari Aurora. Menyebalkan. *** "thank you ya Kel" "iya mas, sama-sama" "jangan lupa, nanti laporannya kirim langsung ke papa" "siap mas" Dio mengangguk, "pulang ya" pamit Dio. Kelvin, -manager di restoran Valdo- balas mengangguk sebagai salam "iya mas, hati-hati" Dio mengacungkan jempolnya lalu melangkah keluar restoran. Akhirnya. Pekerjaan dia hari ini selesai. Cafe miliknya dan restoran sang papa bisa dia kontrol sesuai jadwal. Beruntung di keduanya tidak ada masalah besar yang terjadi. Baru saja Dio akan menyalakan mesin mobil, ponselnya berdering. Dilihatnya layar ponsel dan ternyata sang bunda yang menghubungi. "halo kak" "iya bunda" "kakak dimana? masih kerja atau udah perjalanan pulang?" "baru keluar dari resto papa, baru mau nyalain mobil menuju pulang" Terdengar suara tawa pelan Qiana dari sebrang telepon, membuat Dio tersenyum seketika. Salah satu hal paling indah dalam hidupnya adalah melihat sang bunda tersenyum. Wanita lemah lembut, penuh kasih sayang dan ibu yang luar biasa. "bunda minta tolong dong kak, boleh gak?" "apa bunda?" "kakak mampir ke mall dulu bisa? beliin cookies cokelat kesukaan Abian" "ada lagi bun?" "cheese cake!" Bukan suara Qiana, Dio kali ini mendengar suara sang papa yang nimbrung. "cheese cake buat papa" lanjut Qiana. "bunda mau apa?" "bunda- ummm, bentar. Mikir dulu" Dengan sabar, Dio menunggu ucapan selanjutnya dari sang bunda. "ayam yang jajanan Taiwan itu kak. Tapi yang rumput laut ya, jangan yang pedes" ucap Qiana akhirnya. "oke bunda. Kalau ada lagi, chat atau telepon ya bun" "oke kak. Makasih ya. Nyetirnya hati-hati, jangan ngebut" "iya bunda. Aku tutup ya" "iya kak. Dahh" "dah bunda" Setelah menutup sambungan telepon, Dio langsung menyalakan mesin dan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli makanan titipan sang bunda. Tiba di pusat perbelanjaan, Dio langsung menuju toko kue dan roti yang cukup terkenal untuk membeli cookies dan cheese cake. Tanpa berpikir lama, dia mengambil dua toples cookies keju dan cokelat kesukaan Abian. Lalu sepuluh macaroon untuk dimakan bersama dan dua potong cheese cake. Selesai membayar, Dio lanjut menuju tempat makanan selanjutnya untuk membeli pesanan sang bunda. Salah satu street food Taiwan. Ayam goreng dengan tepung yang di potong-potong. Setelah mendapatkan makanan terakhir pesanan sang bunda, Dio langsung melangkah pergi menuju pintu keluar, tidak ada hal lain yang harus dia lakukan di pusat perbelanjaan tersebut. Hingga saat dia melewati sebuah restoran yang menjual makanan Itali, langkah Dio langsung berhenti. Dengan jelas, Dio bisa melihat Chala dan Aurora tengah duduk bersama dua pria yang tidak Dio kenal. Mengepalkan tangannya, Dio memilih lanjut melangkah, meninggalkan pemandangan yang menyebalkan itu. Tapi Dio pastikan, mereka tidak akan lepas dari introgasinya. *** Bersambung

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
57.1K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook