Cahaya pagi menembus tirai apartemen yang belum sepenuhnya ditutup semalam. Suara lalu lintas dari kejauhan terdengar samar, seakan enggan membangunkan dua insan yang masih terbaring di atas ranjang biru laut itu—masih tenggelam dalam kehangatan yang belum ingin mereka lepaskan. Nu menggeliat pelan, membuka matanya dengan malas, lalu membalik tubuhnya ke arah Ryan yang masih tertidur. Ia mengamati wajah pria itu dalam diam. Jemari Nu bergerak perlahan, menyusuri garis rahang Ryan, lalu berhenti di pipinya. Dibelainya lembut, dan seketika Ryan membuka mata. “Sudah bangun?” Ryan berbisik dengan suara berat khas orang yang baru terjaga. Nu tersenyum. “Belum. Tapi aku kangen kamu,” bisiknya manja, lalu memeluk tubuh Ryan dan menyembunyikan wajahnya di d**a pria itu. Hening sejenak. Yang ter

