Suasana ruang kelas II IPS 2 mendadak senyap, seakan waktu berhenti sejenak. Beberapa murid yang tadinya asyik mencoret-coret meja kini menatap penuh perhatian ke arah pria bertubuh tegap dan berwajah teduh yang berdiri di depan kelas. Ryan Aditya, penulis novel Rindu untuk Nana, menatap mereka satu per satu sebelum suaranya kembali mengalun pelan namun menyayat. “Tokoh utama dalam novel ini… Nana… sebenarnya bukan tokoh rekaan,” ucapnya lirih. Beberapa murid terperanjat. “Hah? Maksudnya, tokoh nyata, Kak?” tanya seorang siswi dengan mata membulat. Ryan tersenyum kecil, senyum yang menyimpan getir. “Iya. Nana adalah panggilan dari Marina Rahayu. Kami satu kelas di SMA St. Mikael ini, beberapa tahun lalu. Dia... cinta pertama saya.” Riuh kecil terdengar di antara murid-murid. Beberapa

