Wanita yang Sama

1025 Words
Aku berjalan melewati lorong kampus sambil mencari keberadaan Zee. Tapi tiba- tiba ada yang menarik tangaku dan membawaku ke koridor yang jarang dilewati orang. "Argh!!!" teriak ku kesakitan sampai menutup mata. Rasanya sakit saat tubuhku dihempaskan kedinding oleh orang itu. Saat aku membuka mata, aku terkejut karena yang saat ini berada di hadapanku adalah Raymond. Terlihat kilatan di matanya, seperti singa lapar yang hendak memakan mangsanya. "Ke-kenapa ?" tanya ku takut. "Ternyata emank lo gak sepolos yang gua bayangin. Gimana dapet berapa lo ngelayanin om-om ?" katanya sambil tersenyum sinis. "Maksud lo apa ? Gua gak ngerti." Brak!!! Aku terkejut sampai menutup mataku. Aku takut saat Raymond menghentakan kedua tangannya di dinding dan mengurungku. Aku membuka mataku perlahan dan melihat wajah bengis Raymond. Matanya dengan tajam memperhatikan tubuh ku dari atas kebawah dan kembali ke atas. Bahkan tatapannya berhenti tepat di area d**a ku. Jujur aku sangat tidak nyaman dengan sikapnya saat ini. Dengan gemetar aku berusaha mendorong sedikit tubuh Raymond dengan kedua tanganku agar menjauh dari tubuhku. Tapi dia malah menangkap kedua tangan ku dan menguncinya di atas kepala ku. "Dari pada lo bingung mesti cari korban baru tiap hari. Mending lo jadi simpenan gua. Dengan lo layanin dan puasin gua di ranjang, gua bisa jamin kehidupan lo. Gimana ?" Raymond memberikan tawaran yang merendahkan harga diriku, membuat kedua tangan yang ada di atas kepalaku terkepal. "Gua bener-bener penasaran gimana lo bisa menyamar sehebat ini. Semua orang dikampus anggap lo cewek polos. Bahkan sih Juan ketua klub Judo yang gak berguna itu suka sama lo, karena menganggap lo polos. Cih! Padahal lo tiap malam jadi j*lang." Raymond terus menghinaku. "Pulang kampus temuin gua di cafe XX. Gua mau lo puasin gua malam ini. Gua bakal bayar lo mahal." bisik Raymond di telingaku. Dan entah keberanian dari mana, dengan reflex aku menendang pusat tubuh Raymond dan membuatnya berteriak kesakitan. "ARGH!!! *NJ*NG!!!" teriak Raymond sambil memegang pusat tubuhnya yang aku tendang. Karena kaget dan ketakutan aku mencoba kabur dari Raymond. Tapi Raymond berhasil menarik rambutku membuat ku tidak bisa kabur. "DASAR J*L*NG!" PLAK!!! Aku terjatuh ke lantai setelah mendapatkan tamparan dari Raymond. Kepalaku serasa berputar dan pipiku kebas dan penglihatan ku menjadi kabur karena kacamataku lepas. Dan sepertinya aku merasakan asin di sudut bibirku. Tidak hanya sampai di situ, Raymond malah naik keatas tubuh ku dan membuatku jatuh sampai berbaring diatas lantai. Dia menggenggam kedua pergelangan tangan ku dan menahannya diatas kepala. Aku berusaha berteriak tetapi bi*ir ku sudah dibungkam dengan bi*irnya. Kedua pergelangan tanganku sudah dikunci dengan tangan kanan nya, sedangkan tangan kirinya mengunci rahangku yang terus berusaha menghindari c*umannya. "Hmp... hmp..." Aku hanya bisa menangis dan berdoa dalam hati agar ada orang yang datang dan menolong ku. Dan tidak lama terdengar pekikan seorang wanita yang menghentikan kegiatan Raymond. "RAY!!!" Raymond langsung berhenti dan menoleh kesumber suara. Saat dia melihat siapa pemilik suara itu, dia langsung bangun dari atas tubuhku. Aku benar-benar bersyukur karena Tuhan masih mendengar doaku. "APA-APAAN KAMU RAY! NGAPAIN KAMU SAMA SIH KAMPUNGAN INI!" Bentak Karenina kekasih Raymond. Aku yang melihat Karen memarahi Raymond mencoba bangun dan merapikan diriku. "Ngak sayang kamu salah paham. Dia tadi berusaha menggoda aku. Bahkan tadi dia menarik aku sampai aku terjatuh menimpa tubuhnya." kata Raymond berbohong kepada Karenina. Aku yang mendengar kebohongan yang dikatakan Raymond langsung membelalak dan menggelengkan kepala ku cepat. "Ngak! Dia bohong Karen." PLAK!!! "Jangan sebut nama gua dengan mulut kotor lo itu!" bentak Karen. "Lo pikir gua bakal percaya sama kata-kata lo! Dasar j*lang! Berani-beraninya lo mau ngegoda cowo gua." "Ngak lo salah paham." aku berusaha untuk menjelaskan kejadian yang sesungguhnya, tetapi lagi-lagi aku malah mendapat tamparan dari Karen. PLAK! "KAREN! RAYMOND!" teriak Zee dari ujung koridor. Zee langsung berlari kearah kami dan mendorong Karen agar menjauh dari aku. Dorongan Zee yang kencang hampir membuat Karen jatuh. Untung saja Raymond berhasil menangkapnya. "B*ngs*t ya lo orang. Lo apain temen gua ?! HAH!" bentak Zee sambil menatap tajam Raymond dan Karen. "Temen lo tuh yang yang berusaha ngegoda cowo gua. Dasar p*cun!." teriak Karen tidak mau kalah. "Sayang udah kita gak perlu abisin tenaga berdebat dengan duo "L" ini." Raymond menarik Karen menjauh dari aku dan Zee. "Dasar s*nting!" umpat Zee. Setelah mereka pergi Zee langsung menoleh kearah ku dan mengangkat wajahku. Matanya membelalak melihat kedua pipi ku yng sudah lebam dan darah yang mengalir dari ujung bibir ku. "Na, apa yang udah dilakuin si bren**ek itu sama lo ? Kenapa lo bisa sampe kaya gini ?" tanya Zee khawatir. Aku yang sudah ketakutan langsung memeluk Zee dengan erat dan mulai menangis lagi. "Zee gua takut." kata ku lirih. "Sstt... Sstt tenang ya gua ada disini." kata Zee lembut sambil terus mengelus lembut punggung ku. ***** Setelah kejadian itu aku tidak kekampus selama 3 hari. Jujur aku jadi sangat takut jika harus berjalan sendirian di kampus. Dan kebetulan Zee tidak bisa ke kampus karena ada acara keluarga. Sebenarnya Juan menawarkan diri untuk menemaniku selama Zee tidak ada. Tapi aku menolak tawarannya karena aku takut Juan akan berkelahi lagi dengan Raymond. Ting Tong Bel pintu cafe berbunyi tanda ada pelanggang yang datang. "Selamat siang pak. Mau pesan apa ?" sapaku kepada pelanggan pria yang berada di depan ku. Tetapi bukannya memesan dia malah terus melihat kearah ku tanpa berkedip. Jujur aku sedikit tidak nyaman, terlebih karena pengalaman buruk beberapa hari lalu. "Maaf pak. Ada yang bisa saya bantu." tanya ku lagi. "One hot americano." "Baik ada lagi ?" tanyaku sambil membetulkan posisi kacamataku. "Tidak." "Baik pak. Nanti pesanannya akan diantar." Setelah pelanggan itu meninggalkan couter aku langsung membuatan pesanannya. Setelah selesai aku juga yang megantar pesanan tersebut ke pelanggan tadi. Memang dicafe ini hanya ada 4 orang karyawan, 2 diantaranya sedang beristirahat dan 1 nya ada dibagian dapur. "Selamat menikmati pak." kata ku ramah setelah meletakan gelas kopi dihadapannya. Saat aku ingin pergi dari situ pria tersebut memanggilku lagi. "Tunggu." "Ya pak ada yang bisa saya bantu ?" "Apa kita pernah bertemu sebelumnya ?" tanya pria tersebut. "Hm... sepertinya tidak pak." jawab ku sambil mengeryitkan dahi dan tersenyum ramah. "Saya permisi." aku beranjak pergi setelah mendapat anggukan dari pria itu. "Bukankah dia wanita di club itu ? Tapi penampilannya benar-benar berbeda." batin pria tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD