BAB [2]

1902 Words
"Jika tidak ingin menjadi figuran dalam cerita maka kamu harus memilih dua peran, ingin menjadi tokoh protagonis atau antagonis? Atau hanya sekadar menjadi dibalik layar cerita." - Rekayla - *****      DISINILAH ketiga gadis yang tadi diteriaki kakak panitia karena ketahuan mengobrol, siapa lagi kalau bukan Kayla, Letta, dan Aster. Terlihat disini yang takut hanya Letta sedangkan dua gadis disebelahnya menampilkan wajah biasa saja. Bahkan keduanya masih sempat saja berbisik lalu tertawa seolah-olah tidak ada rasa takut ketika mereka disuruh berdiri di depan barisan para peserta MPLS. "Heh lo berdua!" bentak gadis berseragam sangat ketat dengan almamater OSIS berwarna maroon dan juga name tag. Kayla dan Aster sontak menoleh bersama kearah panitia yang memanggil mereka berdua, Kayla dan Aster bersedih melihat penampilan kakak panitianya yang terkesan sangat menor. "Ada apa tante?" tanya Kayla dengan sengaja sambil memasang wajah santai membuat yang dipanggil mendelik tak percaya. "Apa lo bilang? Tante, heh gue masih muda ya. Gue ini kakak kelas lo!" hardiknya dengan kasar tapi dibalas Kayla dengan memutar bola matanya. "Emang lo peduli Ter kalo dia kakak kelas kita?" tanya Kayla menatap Aster yang dibalas pelototan. "Kakak kelas gue ga kek cabe La, mon maap aja nih," balas Aster dibalas kekehan Kayla. Sedangkan peserta yang lain hanya menahan nafas tak percaya melihat tingkah berani dua gadis yang berdiri di depan mereka. "Kakak kelas gue apalagi, mana ada dandanan menor kek tante-tante di sekolah gue dulu kecuali kalo mau godain om-om, ups!" Kayla menutup mulutnya secara sengaja, "Yah kelepasan" sambungnya. Kayla menatap kakak kelasnya itu yang sudah menatapnya dengan tajam dan mengepalkan tangan. "Hormati senior lo ya! Jangan mentang mentang lo peserta, jadi ga ada sopan santunnya sama kakak kelas sendiri," bentaknya tak terima dipermalukan di depan peserta MPLS yang lain. "Lo jaga sikap dong jadi adek kelas, kita disini Kakak OSIS," seru anggota panitia yang lain menatap kesal Kayla dan Aster. Kayla memangku tangannya dan menatap remeh lawan bicaranya. Apa yang mesti Kayla takutkan? Modelan tante-tante bukanlah tandingan Kayla. "Terus kalo lo semua Kakak OSIS disini kenapa? Jabatan lo semua udah lebih tinggi? Mesti dihormati dan tunduk gitu? ya sorry aja ya gue bukan tipe orang yang mudah tunduk kecuali orang tua gue dan ya pastinya orang yang lebih tua tapi memiliki sopan santun," ucap Kayla santai. "Dan apa tadi? Lo minta dihormati? Ngaca dulu deh tante, kalo mau dihormati liat diri sendiri dulu, itu udah ngehormatin orang lain apa belum? Kalo belum ya kaga usah minta dihormati lah, bedak kek Kekeyi aja songong mentang-mentang kakak OSIS," cecar Kayla. Peserta MPLS menganga tak percaya dengan sikap kelewatan batas Kayla bahkan Aster saja sempat tercengang, berani sekali temannya itu menjelekkan di depan orangnya langsung. "Gue salut ama lo, La," bisik Aster dibalas acungan jempol Kayla dan cengirannya. "Anjing lo berdua!" Gadis bernama Dara itu hampir saja melayangkan tangannya ke wajah Kayla sebelum Kayla menahan tangan itu dengan cepat. Tatapan santai Kayla berubah menajam dan datar. Seketika semua hening, tak ada lagi yang bisa mencegah bahkan saat smirk milik Kayla keluar , semua meneguk ludahnya karena Kayla terlihat menyeramkan bagi mereka. "Anjir kek setan," celetuk Aster tak sadar, "Aster ngomongnya ga boleh gitu ih," ucap Letta sangat pelan karena dia juga takut melihat Kayla yang lain dari pertama dia bertemu. "Aaaa----sakitt!!!" Pekikan Dara terdengar kencang saat Kayla memutar lengan gadis itu dengan kuat lalu mendorongnya kasar hingga jatuh ke tanah. Dara sudah menangis memegang lengannya karena dia yakin tulangnya pasti bermasalah karena saat Kayla memutar nya terdengar bunyi krek. "Berani main fisik sama gue berarti badan lo harus siap juga terluka," ucap Kayla pelan sambil menunduk menatap Dara dengan sinis. "Ada apa ini?" Suara berat seseorang menggema di tengah keheningan lapangan, bahkan ketika langkah itu mendekat ke tengah lapangan menuju ke tempat Dara dan yang lainnya. Laki-laki itu mengernyitkan dahinya bingung melihat rekan OSIS nya yang duduk di bawah dengan salah satu peserta MPLS yang menunduk dengan tatapan sinis. "I--itu Ketosnya kan?" "Ganteng banget astaghfirullah," "Astaga anjer anjer itu cogan woi!!" "Bjir ini nih visual dewa namanya," "Sempurna banget njir mukanya kek ga ada celah dosanya," "Lo kalo ngomong jangan ngelawak bahlul!" "Itu ketos sekolah sini kan? Gila ganteng" "Ini nih alasan gue mau masuk sekolah ini, ada pangeran berkuda putih soalnya," "Anjir silau gara gara pesonanya," "Masa depan gue cerah banget ye," "Yang tau instagramnya sini woi kasih ke gue apalagi WhatsAppa, Line, atau apapun dah," "Ini nih calon mantu emak gue, idaman banget," "Kalah saing lo To, liat noh cewe-cewe langsung terpesona," "Kaga, masih gantengan gue anjir!" "Iya ganteng kalo disamain ama sepatunya die," "Setan!" Laki-laki dengan almamater maroon dengan tatapan dinginnya melangkah mendekat, suasana seketika hening. Semua orang malah terlihat terpesona lain halnya dengan Kayla dan Aster tak peduli eh jangan lupakan Letta yang hanya menunduk takut. Gadis itu memang benar-benar penakut dan sangat pemalu. "Rey, liat deh mereka ini anak nakal masa gue ngomong malah ga di dengerin, harga diri gue yang malah diinjek mereka," adu Dara dengan lebay nya. Sedangkan Kayla memutar bola matanya malas lalu Aster yang bergidik ngeri melihat kelakuan aneh kakak kelasnya itu. "Kek cewek murahan pas lagi ngegoda om-om njir," bisik Aster dengan kasarnya namun sayangnya Rey sang Ketua Osis mendengarnya dan langsung menatap tajam Aster. Laki-laki itu mengeluarkan aura mencekamnya, baru kali ini ada peserta seberani itu dengan para panitia. "Ulangi lagi," suara datar Rey membuat semuanya bergidik ngeri. Aster sendiri tiba-tiba saja merasa merinding dan terintimidasi dengan aura Rey, entah kenapa kuat sekali berbanding terbalik dengan Kayla yang sedang melihat kukunya. "Dia bilang tuh cewek k*****t kek cewek murahan pas lagi ngegoda om-om, peka juga lo punya telinga. Tapi ya kalo lo denger ngapain minta di ulangin lagi? Lo tuli apa gimana?" sembur Kayla tak sopannya membuat semua orang yang disana terkejut. Keberanian Kayla memang melewati batas, gadis itu sudah sedikit keterlaluan namun Kayla juga tidak akan demikian jika tidak dipancing sama sekali. Gadis itu malas mencari masalah. Rey memandang gadis kecil di depannya dengan tatapan membunuh. "Artha lo urus dia dan biar gue urus yang satu ini, gadis kecil sok pemberani," ketus Rey menatap tajam Kayla dan Kayla tidak peduli malah menaikan alisnya. "Ok," Artha segera membawa Aster memisahkan diri dari lapangan, dia akan menerima hukuman setimpal sama dengan Kayla yang sebentar lagi akan terkena hukuman dari Rey. "Dar, pegang kendali semuanya tapi bukan berarti lo juga semena-mena disini. Gue bakal pantau lo dan yang lainnya," suara dingin Rey membuat Dara langsung mengangguk. Gadis itu tidak ingin menerima semprotan amarah Rey juga karena dia tau Rey sangat jarang marah dan jikalau pun marah maka seperti malapetaka. Terlalu menyeramkan. Setelah berkata demikian, Rey segera menarik Kayla dengan kasar membuat yang lainnya tercengang. "Anjir ga usah kasar sialan!" umpat Kayla mencoba melepaskan cengkraman Rey yang kuat pada pergelangan tangannya. Semua itu Kayla lakukan tapi hasilnya sia-sia bahkan sampai Kayla sudah berada di ruang Ketua OSIS yang memang disediakan khusus oleh sekolah. "Merah kan, bundaaa..." gumamnya  tanpa suara takut Rey mendengar rengekan manjanya. Rey duduk di single sofa menatap Kayla yang masih melihat pergelangan tangannya. "Rekayla Queielettla Radmilo, anak pasangan Kenrick Mahaswira Radmilo dan Aliana Putri Pangestu sudah berkelakuan tidak baik hari pertama sekolahnya dengan melanggar peraturan, menjelekkan orang lain di depan orang banyak, dan berkata kasar serta u*****n," Rey memandang tajam Kayla yang masih anteng dengan mengusap pergelangan tangannya, tidak ada rasa takut sama sekali wajahnya. "Menurut lo, berapa poin untuk hari ini?" tanya Rey membuat Kayla melirik sesaat lalu kembali fokus. Setelah beberapa menit terdiam, Kayla mengangkat kepalanya dengan seringaiannya, terlihat sedikit menyeramkan. "Mau 100 point pun gue ga peduli, karena gue berada di tempat yang seharusnya. Kecuali gue emang melakukan kejahatan disini, baru gue merasa bersalah," jawab Kayla dengan tenang. Rey menghela nafas, "Dengan keributan tadi lo masih belum ngaku salah? Kalo ga mau di didik di sekolah ini silahkan keluar, cari sekolah lain yang mau nampung cewek bar-bar dengan omongan ga bertata kayak lo," sembur Rey dengan kasar. Kayla bergeming sesaat namun menampilkan raut datarnya. "Kalo gue maunya disini gimana dong?" ejeknya memangku tangannya. Rey hanya mendengus kasar, lalu mulai menuliskan sesuatu di buku jurnal kecilnya yang selalu dia bawa di sekolah. Ya, sejenis buku merah untuk siswa yang tidak mentaati aturan. Kayla sendiri tak peduli namanya ditulis di buku merah padahal masih pertama kali masuk sekolah. Imagenya sudah terlihat sangat buruk dan ya habis ini akan banyak yang tidak menyukainya, Kayla yakin sekali. "Ikuti aturan sekolah disini, jangan membuat peraturan sendiri. Lo sebagai adik kelas dan peserta didik baru harusnya paham apa itu aturan, aturan dibuat untuk dipatuhi," ucap Rey menutup bukunya kembali lalu menatap dingin Kayla. Kayla berdecak, "Kata siapa peraturan dibuat untuk dipatuhi? Di kamus gue sendiri peraturan itu dibuat untuk dilanggar," ucap Kayla dengan menampilkan smirk andalannya. Rey akui adik kelas di depannya sangat pintar beradu argumen bahkan gadis itu mempunyai beribu jawaban untuk membuat lawannya diam tak membantah lagi. "Jadi apa masalah lo sampai menjelekkan salah satu panitia OSIS disini?" Rey berusaha tenang kembali daripada terus melawan yang ada akan semakin panjang. "Maksud lo si mie burung Dara yang cabe itu? Emm gimana ya, dia tadi bentak gue ama Aster aja si terus bilang gue anjing dan mau nampar gue tapi ya sorry aja gue ga suka ditindas masalahnya," ucap Kayla santai sambil memainkan kukunya. "Ga mungkin panitia disini langsung berbuat tanpa ada pancingan," ucap Rey tak percaya, "Jadi menurut lo gue disini yang mancing gitu?" tanya balik Kayla. "Ga menutup kemungkin, Kayla," ucap Rey datar. Kayla mengangguk sebentar, "Tapi faktanya emang gitu dan kata lo peraturan ada untuk dipatuhi kenapa panitia lo itu ga mematuhi peraturan sekolah ini juga? Bahkan gue liat seragam dia lebih kecil dan pendek dari punya gue cuma ya ketutup ama almamater lo pada aja si," ucap Kayla. Kayla berdiri dari kursinya dan bersiap melangkah, namun dia berhenti melangkah dan menundukan sedikit badannya kearah telinga Rey dan membisukan sesuatu. "Bilangin anak buah lo, kalo mau dihormati maka hormati juga orang lain. Jangan cuma mau sok berkuasa," bisik Kayla pelan dengan senyum kecilnya lalu menepuk bahu Rey pelan. "Ah gue tunggu hukumannya, Ketua Osis Rey," Rey termangu saat Kayla sudah pergi dari ruangannya, dia bahkan sampai mengusap wajahnya dengan kasar. Baru kali ini dia menemukan peserta MPLS atau adik kelas paling berani seumur hidupnya. *****       KBM belum dilaksanakan untuk beberapa hari ke depan di SMA Rajawali, untuk menggantinya maka akan diadakan MPLS bagi para peserta didik baru. Bahkan sekarang jam kosong terlihat dimana-mana, guru-guru memberi waktu istirahat sejenak bagi para muridnya sebelum KBM dimulai minggu depan. Kayla mengemut permen tangkainya dengan santai, gadis itu tak peduli dengan tatapan setiap orang kepadanya. Dia hanya ingin menemukan dua curutnya, apakah mereka baik-baik saja dia tinggal? "Kayla!" Itu pekikan dari mulut Aster bercampur Letta, Kayla dapat melihat dua curutnya berlari dari arah depan menuju kearahnya. Akhirnya dia bisa menemukan dua teman yang menurutnya cocok dijadikan sahabatnya. "Lo darimana aja anjir, gue kira abis dimakan ama Ketos lo," celetuk Aster dibalas dengusan kesal Kayla. Letta memberikan teh kotak kearah Kayla dari plastik yang dia bawa, tadi Aster dan Letta sempat ke kantin membeli cemilan untuk mereka sebelum lanjut mencari Kayla. "Gue minum ini Let," Kayla mengangkat s**u kotak coklatnya kearah Letta dan Aster, "Jadi lo berdua yang gue nobatkan sebagai sahabat gue hari ini, duh berasa pelantikan anjir," kekeh Kayla. "Waa Letta mau sahabatan sama Kayla, mau!" Letta semangat mendengar Kayla menganggapnya sebagai sahabat sedangkan Aster memasang wajah absurd nya. "Karena sebagai sahabat Kayla, jadi lo pada harus tau bahwa kalo ke kantin harus beli s**u kotak rasa coklat sama permen tangkai, kaga mau tau," ucap Kayla, "Lo kira kita babu, gile aje," Aster melangkah kembali meninggalkan dua orang aneh yang sudah memekik kesal kearahnya. "Gini amat cerita gue di SMA yaelah," gumamnya pelan. Tadi dia sudah mendapatkan hukumun dari salah satu panitia bernama Artha dengan membersihkan lapangan belakang sekolah pulang nanti dan ya kalian tau Aster tidak akan melakukannya. Gila saja, lapangan belakang sekolah sama saja luasnya dengan lapangan dalam sekolah. Bisa mati mendadak karena kelelahan nantinya, lebih baik dia langsung pulang. "Woi daster tungguin!" Suara Kayla tak diacuhkan oleh Aster, gadis itu ingin bersantai dan mungkin akan sedikit terganggu oleh dua teman barunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD