Chen Ye menyeruput teh hangat yang disajikan untuknya. Tak ada pilihan yang lebih baik untuknya di saat menunggu dalam ruang tamu seorang diri selain mencicipi apa yang ada di dekatnya. Jika bukan karena panggilan dari Robert Ye, ia tidak akan membuang waktunya berada di kediaman pria penguasa itu. Setelah ia menghadap pun, sang ayah belum juga menampakkan dirinya. Entah sengaja atau memang faktor kebetulan, ayahnya yang punya kebiasaan menghargai waktu, ternyata bisa berlaku molor juga. Ketika minuman yang diseruputnya tersisa sedikit lagi, orang yang ditunggu pun akhirnya menampakkan diri. Chen Ye langsung berdiri, bersiap memberikan sambutan kepada ayahnya. “Chen Ye memberi hormat kepada ayah. Semoga ayah panjang umur.” Robert Ye duduk di kursi kebesarannya yang tak jauh dari tempat du

