Xiao Feng tak sanggup menahan kesedihannya karena sesaat lagi akan kehilangan sahabatnya. Meskipun takut, ia memberanikan diri keluar dari barisannya lalu bersujud di tengah, tepatnya di samping Chen Mei. Sikapnya yang nekad itu mengejutkan semua yang melihatnya, terutama Chen Mei. Dewi cantik itu menoleh lalu menggelengkan kepala sebagai isyarat agar Xiao Feng tidak ikut campur.
“Hamba Xiao Feng, mohon maaf atas kelancangan hamba. Mohon sekiranya raja meringankan hukuman Chen Mei dengan menimbang perbuatan baik yang selama ini ia lakukan. Chen Mei tidak pernah melanggar peraturan apapun sebelumnya, dan ia melakukan itu karena tersentuh hatinya melihat penderitaan manusia. Mohon diberi keringanan karena pelanggaran yang dia lakukan meskipun salah tetapi tidak menimbulkan kerugian pada yang ditolong.” Xiao Feng tidak mendengarkan permintaan Chen Mei, ia tetap keras kepala menyuarakan isi hatinya. Berharap sang raja dapat tergugah karena ada pihak yang berlutut di pihak Chen Mei.
Raja langit menimbang sejenak permintaan Xiao Feng, “Dewi salju, kamu adalah teman baik dewi hujan. Sebagai teman baik kenapa kamu tidak mengingatkannya? Dan lagi, Chen Mei sangat tertarik dengan dunia manusia, dia pasti tidak keberatan jika bergabung dengan mereka di bumi.”
Xiao Feng tidak bisa berkata apa-apa lagi, namun ia tetap bersujud tanpa menghiraukan bisikan Chen Mei yang menyuruhnya berhenti.
“Hamba akui ini juga kesalahan hamba, hamba tahu Chen Mei melakukan pelanggaran namun hamba tidak gigih menghalanginya. Mohon hukum hamba juga.” Xiao Feng bersujud tiga kali dan tidak mau merubah posisinya.
Chen Mei histeris melihat kebaikan hati Xiao Feng, ia merasa sangat bersalah sudah menyeret pihak yang tidak bersalah ikut andil dalam hukuman bersamanya. “Jangan gegabah Xiao Feng, ini bukan saatnya bercanda. Cepat bangun dan jangan campuri urusanku.” Pinta Chen Mei seraya terisak sedih.
Raja langit dan jejeran dewa dewi yang hadir terharu melihat eratnya persahatan dua dewi itu. “Ada yang mau mohon pengampunan untuk dewi Chen Mei lagi?” Tanya sang raja.
Sekilas tidak ada yang bergerak, namun beberapa saat kemudian seorang dewa tampan keluar dari barisannya lalu membungkuk hormat pada raja. “Hamba memohon welas asih raja untuk meringankan hukuman dewi Chen Mei.” Ungkap dewa itu.
Chen Mei menoleh melihat siapa yang bersedia mendukungnya, ia terharu karena dewa itu bukanlah sosok yang dekat dengannya namun bersedia berdiri di pihaknya.
“Hamba juga memohon ampun untuk Chen Mei.”
“Hamba juga….”
Dan semakin banyak pihak yang pro pada Chen Mei, mereka berdiri di belakang Chen Mei dan Xiao Feng yang terus berlutut. Chen Mei menoleh ke belakang, senyumnya mengembang meskipun raut wajahnya lebih identik dengan tangisan. “Terima kasih, teman-teman.” Ujar Chen Mei lirih.
Raja langit manggut-manggut, ia terkesima dengan kesolidan para dewa dewi yang saling mengayomi meskipun tidak begitu saling mengenal. Ia pun sudah mengambil keputusan untuk merevisi hukuman yang ia jatuhkan kepada Chen Mei.
“Baiklah, aku juga tidak bisa tutup mata melihat kalian yang memohon untuk Chen Mei. Sebagai bentuk keringanan hukuman, dan juga demi mendisiplinkan kalian maka hukuman dewi Chen Mei akan diringankan. Ia tetap terlahir ke alam manusia, tumbuh besar di sana dan tidak dikaruniai kesaktian yang ia miliki ketika menjadi seorang dewi. Hukumanmu akan berakhir ketika kamu menyelesaikan kehidupanmu sebagai manusia dan tidak menikah selama jadi manusia. Ketika kamu menikah, maka roda reinkarnasi tidak akan terputus dan kamu harus kembali sebagai manusia lagi dan lagi sampai kamu berhasil menahan diri untuk tidak terjebak dalam arus duniawi. Hanya itu yang bisa kuberikan sebagai pengampunanmu.” Ungkap raja langit dengan tegas, ia melemparkan sebuah plakat keputusan yang menandakan bahwa keputusannya telah mutlak dan tak dapat digoyahkan lagi.
“Terima kasih raja langit.” Seluruh dewa dewi dalam ruangan itu baik yang berlutut, yang berdiri membela Chen Mei maupun yang netral, mengucapkan rasa terima kasih mereka yang sekaligus mengakhiri sidang langit.
Tinggallah Chen Mei yang masih terbingung dengan transisi dirinya, dalam sekejap waktu ia baru saja menolong seorang anak manusia, lalu sekarang ia dijatuhi hukuman reinkarnasi sebagai manusia, yang artinya ia akan melupakan segala kehidupannya sebagai seorang dewi atau dewi pengatur hujan. Chen Mei tak menyangka perubahan frontal itu begitu mengerikan, sebentar lagi ia akan lupa segalanya, lupa akan Xiao Feng sahabatnya, lupa akan kahyangan yang begitu indah dan sempurna, dan lupa akan siapa dirinya.
“Chen Mei, bersabarlah kamu harus ingat pantangannya. Jangan pernah menikah selama di sana, kehidupan manusia begitu singkat, kamu pasti bisa! Aku akan menunggumu kembali.” Xiao Feng memeluk sahabatnya untuk terakhir kalinya, sulit melepaskan Chen Mei yang sudah ia sayangi layaknya saudara.
“Xiao Feng, terima kasih … Kamu sudah banyak membantuku. Aku tidak yakin sanggup mengingatnya, aku tidak ingin melupakanmu juga. Tapi ingatanku pasti dihapuskan, jika memang kita berjodoh lagi kelak aku pasti kembali. Jaga dirimu ya, jangan pernah lakukan pelanggaran seperti aku yang bodoh ini.” Lirih Chen Mei sembari membalas pelukan hangat Xiao Feng. Mereka menangis bersama, cukup lama hingga beberapa prajurit memisahkan mereka dengan paksa lalu menyeret Chen Mei keluar dari istana langit.
❤️❤️❤️
“Silahkan dihabiskan tehnya.” Sebuah mangkuk berisi teh pekat berwarna hitam dan beraroma yang sangat menusuk disodorkan untuk Chen Mei. Ia tak bisa mengelak dari nenek tua yang memang bertugas menyuguhkan teh kepada siapapun yang akan dilempar masuk ke dalam lorong kelahiran.
“Dewi Chen Mei, silahkan tehnya.”Nenek teh itu kembali memaksa Chen Mei secara halus. Ia menyunggingkan senyum lebarnya yang justru membuat keriputnya semakin mengkerut.
Chen Mei mengambil mangkuk itu, kedua tangannya memegang dengan kuat namun tangan yang bergetar ketakutan itu tak bisa disamarkan. Chen Mei menyeruput sedikit tehnya, wajahnya mengkerut ketakutan, ia membayangkan rasa minuman itu yang sangat aneh. Tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
“Dewi Chen Mei, saya tahu kamu dewi yang baik tapi hukuman tetap hukuman. Tidak ada yang bisa menghindarinya, hanya saja… Saya terkesima dengan kebaikan anda. Untuk itu, anggap saja ini sebagai hadiah khusus dari saya.” Nenek itu menyodorkan sebuah bulatan kecil berwarna hitam, dilihat dari bentuknya bisa disebut itu adalah sebutir obat.
Dahi Chen Mei berkerut mendapati pemberian dari nenek tua itu, namun demi menghargainya ia menerima seraya tersenyum. “Apa ini nek?” Rasa penasaran menggugah hati Chen Mei untuk bertanya, ia sungguh tak mengerti apa istimewanya hadiah khusus ini.
Nenek itu tertawa kecil lalu berbisik, “Makanlah mumpung tidak ada yang melihat. Itu adalah pil pengembali ingatan, setelah kamu berusia dua puluh satu tahun maka ingatan kehidupan masa lalumu akan kembali. Ini akan membantumu untuk menghindari pantangan dari hukumanmu, agar kamu bisa segera kembali ke kahyangan lagi.”
Chen Mei tersentak mendengarnya, betapa baik nenek teh itu kepadanya. Ia terharu namun merasa tidak pantas menerimanya, obat dalam genggaman itupun disodorkan lagi pada si nenek.
“Jangan, nek. Aku tidak pantas menerima bantuanmu, jangan sampai nenek melanggar aturan dan dihukum gara-gara aku.” Ujar Chen Mei menjelaskan alasan penolakannya.
Nenek itu tertawa kecil, “Jangan pedulikan aku, cepat telanlah!” Nenek itu memaksa dan memasukkan obat itu ke dalam mulut Chen Mei hingga sedikit tersedak.
Obat itu tertelan sudah, meskipun Chen Mei tidak menginginkannya dan sedikit terbatuk karena itu. Si nenek menghampirinya dengan tatapan sendu, ia harus melakukan tugas selanjutnya. Kedua tangannya dengan sigap mendorong tubuh Chen Mei hingga terjatuh ke dalam lorong gelap nan panjang. Chen Mei tidak siap dengan serangan dadakan itu, tubuhnya terhuyung jatuh lalu terus terjatuh ke dalam kegelapan tanpa dasar.
“Aaarrgghh!”
❤️❤️❤️