"Putri papa...!" Abid Memeluk putrinya dengan penuh keharuan.
Ada setitik nyeri yang ia rasakan saat menyaksikan keadaan putrinya yang tak baik-baik saja. namun ia sengaja diam dan hanya menikmati pertemuan mereka.
"Kamu bohong...!"dalam pelukan itu tiba-tiba saja Abid berkata demikian dan itu membuat ziya dan Kia tersentak kaget.
"Maksud Papa...?"tanya Kia, dia menduga jika orang tuanya sudah mengetahui keadaannya.
"Kalau memang Putri Papa ini merindukan Papa, tentulah akan selalu berkirim kabar dan menjumpai bapaknya...! namun apa...? sudah hampir 7 bulan loh papa menanti kabar darimu bahkan itu hanya sekedar telepon saja, Namun nyatanya sekalipun kamu tidak pernah menghubungi papa...!" kata-kata itu benar-benar menampar seorang Kia.
"Maaf...!"hanya kata-kata itu yang bisa lolos dari bibirnya. kemudian rasa canggung itu tercairkan dengan ucapan sang mama.
"Papa ini, sudahlah, lebih baik kita masuk ke rumah dulu, kita bisa mengobrol panjang lebar di sana, Mama tahu kalau Putri kita yang nakal ini punya banyak cerita yang ingin disampaikannya kepada kita...! bukan begitu sayang...?" Kia menunduk kemudian mengangguk menjawab pertanyaan dari Rora sang mama.
"Ihhhh, sebel deh...! kalau adik pulang pasti Kakak dicuekin...!" Zia pura-pura merajuk lalu masuk terlebih dulu ke dalam rumah.
"Anak itu, usia sudah lebih dari 25 tahun kok masih seperti bocah...!" kata Abid dengan menggelengkan kepalanya.
"Kamu sosial Zia dulu mah, nanti ngambeknya parah itu kalau tidak segera ditenangkan...!"kata Abid kemudian memberikan perintah kepada istrinya.
Meskipun dia ingin lebih dulu menuntaskan kangennya kepada sang putri bungsu, namun perintah dari suaminya itu juga tak diabaikannya. Dia segera melangkah ke dalam rumah untuk menyongsong Putri sulungnya.
Interaksi antara orang tuanya dan kakaknya membuat Kia mengulum senyumnya, meskipun Kia terlahir sebagai anak bungsu tapi menurut sifat dialah yang jauh lebih dewasa dari Zia.
Zia terkesan manja kepada kedua orang tuanya, sementara Kia sedari kecil sudah terlihat kemandiriannya.
"Itulah kakakmu dek, tak pernah berubah...! masih saja kolokan...!" kata Abid merangkul pundak Putri bungsunya lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah.
"Apa kabarmu dek..? angin apa yang membawamu bertandang ke rumah mama dan papa...? dan kenapa bisa bersama dengan Zia pulang ke rumahnya...?"tanya Abid penuh dengan kelembutan.
"Kia pasti cerita semuanya Pah, tapi sebelum itu Kia mau meminta izin kepada Papa untuk sementara waktu tinggal di sini sampai keadaan Kia pulih...!" jawab Kia sekaligus meminta izin kepada papanya untuk tinggal di sana.
"Rumah Ini rumahmu juga, kamu dan Zia punya hati yang sama untuk tinggal di sini, tak perlu meminta izin mama dan papa karena ini memang rumah kalian, rumah kita, selama apapun kalian tinggal di sini, Tak akan ada yang bisa menghalanginya...!" Abid berkata dengan kesungguhan yang terlihat jelas di matanya.
"Doli, tolong kamarnya non Kia siapkan ya...? ganti semua gorden dan spreinya, bersihkan dengan bersih jangan sampai ada debu sedikitpun di sana...!" perintah Abid kepada seorang wanita muda seusia Kia yang bekerja di rumah tersebut.
"Baik Tuan...!" setelahnya wanita itu berlalu pergi menuju ke kamar yang selama ini ditempati oleh Kia.
"Ceritalah sayang...! Papa sudah tidak sabar menunggu dan menanti kisahmu...!"
Mendengar ucapan papanya Kia pun menarik nafasnya berat sekali, ia mencoba meraup oksigen sebanyak-banyaknya sebelum bercerita tentang apa yang dialaminya.
"Apakah suami pilihanmu itu tak berlaku baik kepadamu...? apakah luka-luka yang Papa lihat ini adalah hasil dari lukisan suamimu itu...? atau ada hal apa yang kamu sembunyikan dari kami sebagai orang tuamu...!" perkataan menohok itu membuat Kia susah untuk menelan salivanya. mulutnya terbuka namun tak satupun kata-kata yang mampu keluar dari sana.
"Garis besarnya benar Pah, tapi detailnya Papa harus dengar dari mulut adikku ini...!" Zia menyambar perkataan papanya
Namun pukulan ringan dari Mamanya membuat Dia sedikit meringis dan menjerit kecil.
"Aw mama...! sakit ih...!" katanya dengan manja.
"Lagian, kamu jadi Kakak kok sok tau banget, Kamu seolah tahu apa yang dialami oleh adikmu ini, atau memang sebenarnya kamu sudah tahu yang terjadi pada Kia...?" tanya Rora mendelik ke arah Putri sulungnya.
Cengiran kuda ia tunjukkan kepada mamanya, sementara untuk sang papa dia pun mengangguk berharap meminta pertolongan dari papanya tersebut.
"Duduklah kalian bersisian, lalu jelaskan kepada Papa apa yang sebenarnya terjadi...! dan untukmu Zia, kamu berhak menutup mulutmu sebelum Papa bertanya kepadamu...!" kata Abid dengan sangat tegas menunjuk kursi double yang cukup untuk duduk Kia dan juga Zia.
"Itu lebih baik, ingat ya Zia, kamu tidak boleh membuka mulutmu jika Papa tidak menanyakannya...!" kata Rora mempertegas perkataan dari sang suami.
Dengan muka cemberut dan bibir mengerucut, Zia berjalan ke arah sang adik dan duduk di sampingnya, Ia pun melakukan apa yang diperintahkan oleh sang papa untuk diam dan tak bersuara sebelum diminta.
Kemudian mengalirlah cerita dari dia tentang apa yang dialaminya selama di rumahnya sendiri, mulai dari kebahagiaannya bersama sang suami yang berjalan lebih dari satu tahun, kemudian hadirnya seluruh anggota keluarga suaminya, dan tentang menikah nya kembali suaminya dengan seorang wanita muda yang awal ke sana diperkenalkan sebagai keponakan, dan yang terakhir mengenai KDRT yang dilakukan oleh Gani suaminya.
"Lalu...!"kata Abid mengeraskan rahangnya menahan kemarahan.
"Kakak membawaku berobat ke luar negeri, kata kakak aku tak sadarkan diri selama hampir 4 bulan...!" jawab Kia.
"Kia juga kehilangan janin beserta rahimnya, dikarenakan hantaman yang cukup keras di tubuh dan perutnya yang tanpa sengaja mengenai janin dan rahimnya, dan hal itu menyebabkan gugurnya janin dalam rahim Kia dan pengangkatan rahim untuk menyelamatkan nyawa Kia...!" yang disampaikan oleh zia membuat semua orang yang ada di sana tersentak kaget terkecuali Kia sendiri.
"Aku hamil...? Aku kehilangan rahim...?"Beonya saat mendapati kenyataan bahwa kini dirinya bukanlah lagi wanita sempurna. yang lebih menyakitkan lagi Dia kehilangan janinnya sebelum dia menyadari kehadirannya.
Zia segera memeluk adiknya dari samping untuk menyalurkan kekuatan bahwa dia tidak sendiri, dari pelukan itu seolah mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Melihat reaksi dari KIA, membuat Abid dan Rora menyimpulkan sesuatu bahwa Putri bungsunya itu tak mengetahui keadaan yang baru saja disebutkan oleh anak sulungnya.
"Maafkan kakak karena tak memberitahukanmu saat itu juga, maafkan kakak karena sengaja menyembunyikan ini, karena kakak belum yakin kalau keadaanmu kuat untuk menerima berita besar seperti ini...!" kata Zia lirih.
Tiba-tiba saja Kia langsung memejamkan matanya, tubuhnya lunglai dipelukan sang kakak, Kia pingsan karena kabar yang sangat mengejutkan tersebut.
"Kia...!" jerit ketiga orang itu secara bersamaan.
"Cepat hubungi dokter Mah... biar papa bawa dulu Kia ke kamarnya...!" perintah Abid kepada Rora.
Tak menunggu diperintah untuk kedua kalinya Rora langsung menghubungi dokter keluarga mereka, dokter yang selalu menangani setiap kondisi kesehatan anggota keluarga tersebut termasuk para ART dan pekerja lainnya.
"Kurang ajar, berani-beraninya dia melakukan hal itu kepada salah satu putri kesayanganku...!" ada kilatan marah saat dia mengucapkan kata-kata itu.
Abid sama sekali tak mau beranjak dari duduknya, ia tak mau meninggalkan putrinya itu yang tengah tak sadarkan diri.
Dokter pun memeriksa kondisi Kia, dokter keluarga yang sudah cukup umur namun masih berstatus lajang itu memeriksa dengan seksama kondisi dari Putri keluarga dan Danenn.
"Tidak perlu khawatir, kondisi dia baik-baik saja, dia hanya mengalami syok hingga tak sadarkan diri...! sebentar lagi juga siuman...!" kata dokter Ilman.
"Setelah dia bangun, tolong berikan vitamin ini, untuk memulihkan segala tenaganya, Dia sedang masa pemulihan bukan...?"Tanya dokter Ilman kepada Abid yang biasa disebut dengan tuan Danenn.
"Kamu sedang tidak bohong kan Ilman? Kia baik-baik saja bukan...? coba kamu periksa lebih teliti lagi...! Aku tak mau putriku tak baik-baik saja...!" Abid meragukan penjelasan dari Ilman.
"Fisik putri Bapak ini sangatlah bagus, dia tidak mudah tumbang, imun dalam tubuhnya sejak kecil sudah terlihat kuat, dan itu terbukti dari keadaannya sekarang, Anda bisa melihat bekas luka-luka dalam tubuhnya itu bukan...? jika orang dalam kondisi imun tubuhnya lemah, tentu sudah tidak bisa bertahan. tapi Kia sangatlah kuat...!" jawab Ilman.
"Kalau boleh tahu, apakah yang terjadi pada Kia? apakah dia mengalami KDRT...? atau mengalami kecelakaan...? kalau dilihat dari Lukanya itu bukanlah luka karena kecelakaan, melainkan...!"ucapannya terhenti oleh jawaban dari Abid.
"Dia mengalami KDRT oleh suami tak bergunanya itu...!"jawab Abid.
"Mumpung masih ada bukti, saya sarankan untuk melaporkan menantu anda itu ke kantor polisi, supaya menjadi efek jera dan tidak menyakiti Kia lagi...!"