"Bang Gani jahat...!"lagi-lagi hanya kata itu yang terucap dari bibir seorang Kia.
Mendapati adiknya tak berkunjung juga membuka mata namun hanya seperti orang yang mengigau membuat Zia langsung menekan tombol intercom yang ada di ruang rawat tersebut. Tak lama setelahnya dokter yang menangani dia pun datang menghampiri.
Tak perlu dijelaskan lagi karena saat itu juga dia masih dalam keadaan mengigau. Dokter tersebut langsung memeriksa keadaannya dan dia pun tersenyum ke arah Zia.
"Syukur alhamdulillah, sungguh kemajuan yang sangat luar biasa, semua saraf-saraf sudah kembali kepada tempatnya, dan kini saudari Kia bisa merespon apapun yang kita katakan, teruslah ajak beliau berbicara, pancing supaya dia mau melompat dari kenyamanannya di dunia mimpi...!"kata dokter tersebut yang membuat Zia sangat puas dan bahagia.
Zia menggenggam erat tangan adiknya, berusaha menyalurkan atmosfer baik yang ada dalam dirinya agar sang adik segera sadar dan pulih. ia Tak sabar ingin melihat adiknya itu sembuh. setelahnya baru dia akan melakukan rencana-rencana berikutnya.
Zia sendiri sengaja tidak mengabari kedua orang tuanya, dia hanya berkata kepada kedua orang tuanya bahwa dia sedang berlibur dan tak ingin diganggu. kedua orang tua Zia dan Kia yang selama ini memang memberikan kebebasan maksimal kepada kedua putrinya pun tak pernah curiga dengan apa yang dituturkan oleh Putri sulungnya itu. bahkan saat dia mengatakan dirinya tak mau diganggu pun orang tua dari Kia menyetujuinya.
Dua hari telah berlalu sejak hari di mana Kia sering mengigau, dan hari ini dia sudah bisa membuka matanya, dan itu membuat Zia sangat bahagia.
"Kamu sudah sadar dek..? Alhamdulillah... kakak mohon, tolong jangan kembali kamu menutup matamu...! ada kakak di sini, kita hadapi bersama ya dek...?" kata Zia dengan menggenggam erat tangan adiknya.
Kia mengangguk meskipun dia bingung dengan apa yang diucapkan oleh kakaknya itu. ia bingung berada di mana karena terakhir yang dia ingat adalah dia tengah berada di ruang belakang rumahnya dan mengalami penyiksaan yang luar biasa dari sang suami. Dia tidak sadar jika kejadian tersebut sudah hampir 4 bulan berlalu.
"Kia di mana Kak...?" kata Kia bertanya kepada kakaknya.
"Kamu di rumah sakit luar negeri, kakak yang membawamu ke sini...!" jawab Zia dengan memamerkan senyum di bibirnya.
"Sembuh lah dek, bangkitlah, kita akan membalas mereka dua kali lipat lebih sakit dari apa yang kamu terima...!" kata Zia mencoba menyulut kobaran api dendam di hati adiknya.
Ia sama sekali tak ikhlas jika adiknya yang baik hati itu diperlakukan sedemikian rupa oleh suami beserta keluarganya.
"Kurang baik apanya coba adikku ini, kepada keluarga suaminya itu apapun diberikannya, Namun balasannya adalah penghianatan dan penghinaan, seujung kuku pun aku takkan pernah mengikhlaskan itu terjadi...!" batin Zia dalam hatinya
Berangsur-angsur kondisi dia mulai pulih, kini tinggal beberapa hari lagi mungkin dia diizinkan untuk pulang. hal itu cukup membuat dan Kakak bahagia.
"Apa rencanamu setelah ini dek...?"Tanya Kia ingin memastikan bagaimana adiknya bertindak.
"Menurut Kakak bagaimana...?"Dia malah balik bertanya.
"Apa kamu ikhlas jika semua yang kamu alami tak terbalas...? maksudnya apakah kamu ikhlas jika mereka tertawa di atas penderitaanmu, mereka bebas menikmati segala yang kamu punya...!" pancing Zia mencoba ingin tahu keadaan hati sang adik. apakah masih mencintai Gani ada perasaan itu sudah mati.
Terlihat Dia sangat berat menarik nafasnya, Dia seolah berpikir bagaimana menjalani hari esok setelah apa yang ia alami.
"Aku akan kembali ke rumah itu kak, rumah itu milikku, dan segala yang apa mereka nikmati selama ini adalah milikku juga...!" kata Kia dengan tegas.
Mendengar itu Zia sangat khawatir, ia takut jika apa yang dialami oleh adiknya akan terulang kembali.
"Kalau kakak tidak setuju...? apakah kamu akan tetap bersih keras untuk tinggal di sana...?" tanya Zia.
"Apa alasan kakak melarangku untuk kembali ke rumah itu...?" tanya Kia.
"Apalagi...? untuk kakak tidak ingin apa yang kamu alami saat itu kembali terulang...!" jawab Zia dengan tegas.
"Saat itu mungkin aku lemah kak, Karena hati dan jiwaku masih dikuasai oleh cinta buta terhadap Bang Gani...!" ia berhenti sejenak dalam berkata.
"Aku akan kembali ke rumah itu dengan wajah yang berbeda, karakter yang berbeda, dan Kia yang berbeda...!" jawab Kia.
"Maksudnya kamu ingin operasi wajah gitu...?" tanya zia kaget.
Kia menggelengkan kepalanya dan itu semakin membuat kakaknya penasaran.
"Wajahku tetap yang ini tapi penampilanku yang akan berubah, mereka harus membayar setiap kesakitan yang aku rasakan selama-lama ini, mereka harus membayar setiap luka baik itu secara fisik maupun mental...!"
"Kakak tidak lupakan kalau aku selama ini sudah belajar bela diri...? aku yakin kali inilah saatnya aku menggunakan itu jika mereka terutama Bang Gani akan menyakitiku lagi...!" kata Kia yang membuat kakaknya manggut-manggut.
"Apa Kakak boleh ikut tinggal bersamamu...? terus terang saja Kakak sangat khawatir dengan keadaanmu...!" Zia meminta izin untuk tinggal bersama sang adik karena kekhawatirannya yang sangat tinggi.
"Kapan kakak akan menikah jika terus mengurusi tentang hidupku...?" Kia berusaha menggoda kakaknya dengan topik pernikahan.
"Jodoh Kakak itu belum sampai, jadi biarkan kakak untuk menjadi pelindungmu di rumah itu nanti...!" jawab Zia yang tak pernah tersinggung jika adiknya menyinggung tentang pernikahan.
Usia antara Kia dan Zia hanya satu tahun saja, untuk itu keduanya lebih terlihat seperti sahabat dan teman dekat di banding kakak beradik. kasih sayang keduanya benar-benar tulus sebagai saudara.
"Kamu boleh kembali ke rumah itu, tapi dengan syarat kamu harus benar-benar pulih agar bisa menjaga kondisi badanmu, tunggulah beberapa bulan lagi dalam masa pemulihan...!" kata Zia.
"Aku ingin segera pulang ke tanah air kak, Aku ingin memulihkan diri di rumahnya mama...!" jawab Kia yang membuat Zia kaget dan seketika mukanya menjadi pucat.
"Kenapa kak...? apakah aku tidak boleh tinggal di rumahnya mama dan papa...?" pertanyaan dari adiknya membuat zia langsung menggelengkan kepalanya.
"Bukan itu dek, tapi mereka sama sekali tak tahu dengan apa yang kamu alami ini, apakah itu aman...?"jawab Zia.
"Baguslah, dengan aku pulang ke rumah berarti mereka akan tahu yang sebenarnya, aku juga butuh dukungan dari mama dan papa...!" jawabnya enteng dan santai.
Keesokan harinya dua kakak beradik itu pulang kembali ke tanah air, namun kepergian mereka kali ini ingin menikmati fasilitas umum bukan naik jet pribadi seperti saat itu.
Mereka pulang menuju ke kediaman orang tua mereka. mereka berdua di sambut dengan sukacita oleh kedua orang tuanya. dan itu cukup membuat hati seorang Kia menghangat.
Ia mengingat kebodohannya yang meninggalkan rumah hanya demi menuju neraka berbalut bakti istri kepada suaminya.
"Kia yang dulu telah mati, Kia yang baru sudah lahir dan tentu saja tidak sama seperti dulu lagi...!" Katanya dalam hati
"Maaaa... paaa...!" Kia dan di sambut oleh cinta pertamanya itu dengan merentangkan kedua tangannya agar sang putri masuk dalam pelukannya.
"Kia kangen papa...!"