Dengan bantuan orang suruhannya, Kia di bawa langsung dengan mobil ambulan menuju bandara. melihat kondisi yang teramat parah pada tubuh Kia membuatnya memutuskan untuk di bawa pengobatan ke Singapura. bahkan kalau seumpama rumah sakit di sana tidak mampu mengatasi pun akan langsung di bawanya ke China.
"Kamu akan membayar setiap rasa sakit yang di alami oleh Kia, aku bersumpah akan menghitung setiap tetes air matanya yang mengalir...!" ucapnya dengan sangat geram. Dengan mengunakan jet pribadi milik keluarga, Kia di bawa terbang ke Singapura.
***
Tiga bulan dah berlalu sejak kejadian dimana penyiksaan terhadap Kia terjadi, Baik Gani maupun Tria sangat bingung kemana Perginya Kia.
"Sudah tiga bulan loh ini Mas, kemana sebenarnya Kia...? siapa yang membawanya pergi...?" tanya Tria kepada Gani. Ada gurat kecemasan dalam nada bicaranya.
Andai keberadaan kia jelas, tentu dia tidak akan secemas itu, apalagi terakhir kali keadaan kia sangat mengenaskan oleh karena ulah suaminya Gani.
"Andaikan Kia menghilang tidak dalam keadaan seperti itu, mungkin aku tidak akan secemas ini mas...!" Ujar Tria lagi.
"Sudah, kamu tenang saja...! jangan terlalu cemas memikirkan dia...!" kata Gani mencoba menenangkan, padahal hatinya sendiri sedang bergemuruh menahan dugaan-dugaan yang selama ini menghantuinya.
"Kapan kita akan mengadakan syukuran untuk calon anak kita ini...? bulanan sudah lewat loh, Aku tak mau jika 7 bulanan nanti dilewatkan juga...!"Kata Tria.
Mendengar keinginan dari istrinya tersebut buat kepala Gani sakit, semenjak kepergian Kia yang entah ke mana, gajinya yang selama ini tak kurang dari 100 juta ini dia hanya mendapatkan 25 juta saja, nominal yang tentu saja sangat jauh dari yang dia terima selama ini. keyataan yang baru diketahuinya adalah ternyata uang yang selama ini diterimanya adalah dari sang istri. Gani sendiri merasa bodoh karena tak pernah tahu tentang hal itu.
"Maafkan mas ya Tria, kemungkinan acara 7 bulanan pun mas tidak bisa menggelarnya, jika cuma acara syukuran kecil-kecilan, dengan membagi nasi kotak kepada warga sekitar, insya Allah aku bisa...!"jawaban dari suaminya tersebut membuat Tria cemberut, karena bukan hal seperti itu yang dia inginkan. namun dia juga mengetahui jika gaji suaminya tak sama seperti biasanya. itu juga yang membuatnya tak bisa ngeyel untuk melakukan acara 7 bulanan seperti yang dia inginkan.
Sejak kepergian Kia yang entah ke mana, kehidupan Gani beserta keluarganya pun berubah 180 derajat, mereka yang terbiasa dimanja dengan uang gaji milik Dani pun harus rela menekan pengeluaran karena budget yang pas-pasan.
"Andai saja aku tahu keberadaannya gitu Kia, mungkin keadaan kita lebih bagus dari hari ini...! keuangan akan tetapi lagi seperti biasanya...!"kata Gani berandai-andai.
"Kamu sendiri bagaimana...? apakah tempatmu bekerja tidak ada kompensasi sama sekali...? misalnya memberikanmu cuti bekerja, akan memberikan surat pemutusan kerja, rasanya itu tidak adil deh, mengingat selama setahun kamu pun berkontribusi dalam kemajuan perusahaan tersebut...!"tanya Gani.
"Kamu merasa aneh nggak sih Mas..? selama kepergian Kia orang tuanya pun tak pernah loh berkunjung ke sini, dia juga tidak menanyakan tentang keberadaan kia padamu kan Mas...?" bukannya menjawab pertanyaan dari Gani Tria malah mengajukan pertanyaan yang lain yang tiba-tiba muncul di hatinya.
"Mereka nggak ada pertanyaan kepadaku, dan itu cukup membuatku lega, kamu tahu kenapa...? tentu aku tidak bisa menjawab pertanyaan dari mereka tentang Kia jika seandainya mereka bertanya kepadaku....!" kata Gani menjawab.
Di tengah perbincangan mereka tiba-tiba si kembar Rosa dan mawar menghampiri Gani, seperti biasa si kembar selalu meminta sesuatu kepada Om nya jika menginginkan sesuatu, jika dulu Tria merasa tak keberatan dengan apa yang dilakukan oleh dua anak kembar tersebut, tidak untuk kali ini. Apalagi keuangan yang selama ini menjadi penopang mereka semua pun kurang sebanyak 75%.
"Rosa, mawar...! coba deh minta sama mama...! Mama pasti punya uang untuk membelikan boneka Barbie yang kamu mau...!"Kata Tria menegur keponakannya sekaligus memberikan perintah agar meminta kepada mamanya sendiri.
"Kata Mama, sekarang mama tidak pegang uang, Om Gani sudah tidak pernah lagi memberikan jatah uang seperti dahulu sewaktu masih ada Tante kia, makanya mama menyuruhku untuk meminta kepada Om Gani...!"jawab mawar polos mengulang apa yang dikatakan oleh sang Mama tadi.
"Kalau mama tidak punya uang, kan mama bisa minta sama papa...? Papanya mawar sama Rosa masih kan...? maksudnya masih hidup gitu...!"kedua gadis kecil tersebut saling pandang saat mendengar apa yang diucapkan oleh tantenya itu. otak kecil mereka belum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh Tria.
"Kamu apa-apaan sih Tria...? kenapa kamu menghalangi anak-anakku untuk meminta sesuatu kepada omnya sendiri...? jangan lancang ya kamu...!"tegur ila atas perkataan teriak kepada kedua putrinya.
"Lancang bagaimana...? bukannya apa yang aku katakan benar ya...? Mbak Ila beserta Rosa dan mawar kan makannya sudah ditanggung sama Mas Gani...? kenapa Mas Gani harus repot-repot juga memikirkan kebutuhan yang tak penting kedua anakmu...? kebutuhan Rossa dan mawar bahkan Mbak Ila itu bukan tanggung jawab Mas Gani, tapi tanggung jawab suaminya Mbak ila yaitu ayah dari anak-anaknya Mbak Ila...!" jawab Tri ya tegas, tak terdengar sedikit canggung pun di sana.
"Lancang Kamu, jangan pernah kamu ikut campur dengan urusan keluargaku...!"suara Ila semakin meninggi. ia tak terima karena urusannya bersama sang suami diusik.
"Bagaimana Aku tidak ikut campur, untuk urusan perut saja kamu ngerecokin suamiku, ya jelas saja aku ikut campur...!" katanya dengan sangat sewot.
"Ingat ya Tria, kalau bukan karena aku yang menjodohkan mu dengan adikku, Kamu tidak akan pernah menjadi istri dari adik laki-lakiku...!"mendengar itu Tria hanya memutar bola matanya malas. iya sangat malas jasa dari kakak iparnya itu terus diungkit.
Sementara Gani semakin pusing saat mendengar pertengkaran antara istri dan juga kakak kandungnya, padahal dulu dia sama sekali tak pernah seperti itu meskipun Ibunya dan dua saudarinya memperlakukan Kia dengan sangat tidak layak.
Gani lebih memilih pergi meninggalkan keduanya yang pernah bertengkar. hatinya terlalu lelah untuk melerai, meskipun dia tahu benang merah dari apa yang mereka perdebatkan, tapi Dia tak mau mengakuinya. karena seperti yang di doktrinkan oleh Ibunya, bahwa kakaknya dan adiknya adalah tanggung jawabnya sampai kapanpun.
***
Sementara itu di Singapura, pengobatan yang berjalan untuk Kia berangsur-angsur sudah menunjukkan kemajuan, saraf-saraf yang sempat terputus oleh tindakan brutal dari Gani saat itu sudah mulai merespon dan ada perubahannya.
Kia benar-benar berada di dua keadaan yang sangat mengenaskan, saat suaminya melakukan tindakan Kdrt di saat itu juga dia dalam keadaan mengandung tanpa disadarinya.
Parahnya lagi setelah kejadian itu, Janin yang baru bersemayam dalam rahim Kia selama 4 minggu itu harus mengalami keguguran, Tak hanya itu, kini dia harus merelakan rahimnya diangkat karena kerusakan yang sangat parah di dalamnya.
Mimpi paling buruk seorang perempuan adalah kehilangan rahimnya, namun itu belum disadari oleh seorang Kia. Entah apa yang akan terjadi pada wanita tersebut saat dia tersadar nanti. namun Saat ini fokus tenaga medis yang menanganinya adalah tentang kondisi badannya yang belum juga sadarkan diri.
Kia tidak mengalami koma, tapi dia enggan untuk sadar dan membuka matanya, dia terjebak dalam kenyamanannya di dunia bawah sadarnya yang membuatnya enggan untuk kembali ke dunia nyata.
"Bangunlah Kia, tolong bukalah matamu...! kamu tidak sendiri sayang...!"kata dia duduk di samping brangkar sang adik. tak henti-hentinya dia berdo'a dan memohon kepada sang pemilik kehidupan untuk memberikan kehidupan kedua bagi sang adik.
Tak lelah setiap hari dia pun mengajak bicara adiknya tersebut meskipun tak ada satu kali pun jawaban dari sang adik, menurut dokter, meskipun dia terpejam dia bisa mendengar apapun yang diucapkan oleh orang sekitarnya, apalagi kata-kata yang terucap dari orang-orang yang disayanginya.
Namun sudah 3 bulan lebih berlalu, tak satu kali pun dia mau membalas perkataannya, namun hari ini saat Zia mengajaknya berbicara, ada sedikit respon dari matanya, mata itu basah, mengalir air mata yang menandakan bahwa Kia pun mendengar Apa yang diucapkannya.
Zia semakin bersemangat mengajak adiknya itu berbicara, harapan besar mulai muncul di hati seorang Zia melihat respon yang ditunjukkan oleh adiknya.
"Ayolah sayang... jangan biarkan air matamu itu mengalir sia-sia...! bangunlah, kita hadapi semuanya bersama-sama, tapi kamu harus sembuh dulu, itu yang paling penting...!" kata Zia lagi berharap agar adiknya itu mau membuka matanya.
"Bang Gani kejam kak...!"kata-kata itu meluncur dari bibir Zakia meskipun dalam keadaan mata tertutup.
"Katakan lagi sayang, Ayo katakan sesuatu, dan bukalah matamu...!"