Kekerasan dalam rumah tangga

1318 Words
Sejak hari itu, hari-hariku kembali menyeramkan, tugas-tugas ku bertambah juga, apalagi ada dua bocil yang sangat aktif yang tentu saja pengasuhannya diserahkan kepadaku. Kenapa aku tidak menolak...? jawabannya adalah lagi-lagi Aku ingin berbakti dengan suamiku dan keluarganya. bodoh memang, tapi untuk melawan pun aku belum berani sejauh itu. Aku hanya berharap semoga badai ini cepat berlalu, semoga Allah semakin melebarkan sayapku untuk menghadapi semua ini. Tak terasa satu tahun telah berlalu dari datangnya perempuan tersebut di rumah ini. Tria si gadis cantik bertubuh semampai bermata sipit dan berkulit putih itu semakin menunjukkan kedekatannya kepada suamiku, tak canggung Mereka pun sering makan sepiring berdua bahkan di hadapanku. Sangking seringnya aku melihat hal tersebut membuatku tak merasa curiga sama sekali akan kedekatan keduanya. namun di sinilah awal mula kehancuran pernikahan kami. Di suatu siang yang sangat terik, suamiku pulang dengan membawa pasangan pengantinnya, aku hanya berdiri mematung tak tahu harus bersikap bagaimana. "Ini betulan atau hanya sebuah kejutan...?" batinku dalam hati. "Dek, aku datang dengan membawakan adik madu untukmu, aku datang dengan membukakanmu sebuah pintu surga dengan keikhlasanmu menerimanya sebagai istriku...!" kata suamiku dengan sangat entengnya. Bagaikan disambar petir di siang hari, tubuhku serasa kaku dan tak mampu bereaksi, hatiku rasanya seperti diremas, tak percaya dengan kenyataan yang baru saja menghampiriku. "Kami sudah menikah dek, Dan tolong terima dia... tolong bantu aku menjaganya, karena dia tengah mengandung anakku, anak kita...!" kata-kata lanjutan dari suamiku itu mampu membuatku terpaku dan tak mampu bergerak. Bahkan sepatah kata pun tak bisa keluar dari mulutku ini. "Aku tahu kamu istri yang solehah dek, aku tahu kamu akan menerima pernikahan keduaku ini...!"katanya lagi dan aku pun tak menjawab sama sekali. "Dasar ratu drama... jangan berdiri cengok seperti patung, sana siapkan kamar pengantin untuk kakak iparku...! jangan lupa hias dengan indah biar nyaman...!" kata Yaya dengan sangat songong. "Maafkan aku Mbak, Aku mencintai suamimu, upsss salah suami kita...!" kata wanita tersebut yang sangat aku kenali, ya wanita itu adalah Tria wanita yang sudah setahun ini dekat dengan suamiku. "Aku menolak, aku tak mengizinkannya tinggal di sini...!" tiba-tiba saja Aku berani menyuarakan kata hatiku, entah kekuatan dari mana, biasanya aku hanya diam dan tak mampu menjawab. "Punya hak apa kamu melarangnya...? kamu di sini itu hanya numpang...! ini rumah Abangku Gani, dan kamu hanya orang luar yang kebetulan dipungut oleh Abangku untuk menjadi istrinya, tentu kamu tahu kan kalau kamu bisa menjadi mantan...?" kata Yaya lagi. Aku menatap tajam ke arah suamiku, bulir-bulir bening sudah menganak sungai membasahi pipiku ini, aku merasa geram dengan suamiku yang tingkahnya semakin tak tahu diri. "Seperti yang selalu aku tegaskan kepadamu Bang, semua perlakuan keluargamu aku masih bisa menerimanya, dan membuatku bertahan dalam rumah tangga kita walaupun kamu tidak pernah membelaku, namun dengan mengatas namakan cintaku kepadamu aku bisa bertahan...!" sengaja ku hentikan kalimatku untuk meraup oksigen sebanyak-banyaknya di sekitarku. "Namun jika kamu sudah berani main fisik ataupun berselingkuh, maka tamatlah riwayatmu... saat itu juga aku akan membela hak-hakku sebagai istrimu...!" kata ku lagi dan membuat Bang Gani wajahnya memerah seketika. "Maksudmu apa sih dek...? aku tidak selingkuh, Aku bahkan menikahinya secara sah, meskipun itu hanya pernikahan siri...! berterima kasihlah kamu kepada Tria Karena dia sudah bersedia mengandung anakku dan menggantikan posisimu sebagai ibu dari anak-anakku...!" belum sempat suamiku melanjutkan kata-katanya, ibu mertua sudah menyerobot omongannya. "Untung anakku tidak menceraikanmu, berterima kasihlah karena Tria yang sudah meminta hal itu kepada kami...! kami tidak mengusirmu dan membiarkanmu tetap tinggal di sini, asal kamu melayani kami dengan baik, termasuk melayani Tria...!" kata-kata dari ibu mertuaku itu berhasil membuatku meledakkan tawa sekeras-kerasnya. "Apakah maksud ibu aku menjadi babu di rumahku sendiri seperti selama ini...? bonusnya adalah melayani pelakor itu...? apakah menurut kalian aku sebodoh itu...? sinting...!"kataku dengan berapi-api. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja Bang Gani datang ke arahku kemudian menamparku dengan sangat kerasnya. Rasa nyeri dapat kurasakan di pipi sebelah kanan, Tak hanya itu dengungannya pun sampai terdengar di telingaku. Aku tak percaya jika suami yang selama ini sangat aku hormati dan ku maklumi semua kesalahan dan kekurangannya, kini mendaratkan tangan kekarnya itu di pipiku. Lantas apalagi yang hendak aku pertahankan...? kekerasan fisik dan verbal juga perselingkuhan sudah pun dilakukan oleh suamiku ini. "Prima Abdul Gani bin Gani Mutahar, kuharap kamu tidak lupa siapa pemilik dari rumah yang kamu klaim sebagai rumahmu ini...!" *** Gani menatap tak percaya ke arah istrinya, dia tak menyangka jika istrinya itu akan rumah yang selama ini tak pernah dibahas siapa kepemilikannya. Gani menatap dia dengan tatapan menghunus, ia berniat mengintimidasi istrinya tersebut untuk tidak lebih melanjutkan kata-katanya, karena jika dilanjutkan tentu rahasia yang selama ini dia sembunyikan rapat-rapat dari keluarganya akan terbongkar saat itu juga. "Dasar wanita tak tahu diri, sudah jelas-jelas rumah ini adalah milik putraku...! kenapa pula kamu menanyakan hal itu...? jangan pula kamu mengaku-ngaku bawa rumah ini milikmu, udah jelas putraku yang membelinya dari hasil kerja kerasnya... Kamu hanya seorang ibu rumah tangga yang pekerjaannya hanya ongkang-ongkang kaki di rumah, tak mungkin pula kamu yang membelinya...!"kata bu Imah yang selama ini percaya bahwa rumah tersebut adalah putranya yang membelinya. Kia tertawa dengan terbahak-bahak mentertawakan ketidaktahuan Ibu mertuanya akan kepemilikan rumah tersebut. "Coba pertanyakan langsung kepada putramu itu, apakah dia bisa gentle untuk mengakui segala kebohongannya selama ini...?"jawab Kia dengan menunjuk ke arah wajah laki-laki yang berstatus suaminya tersebut. Tanpa diduga kembali Gani melayangkan tangannya ke pipi istrinya tersebut. tak terima saat apa yang disembunyikannya selama ini harus dibuka begitu saja oleh istri yang selama ini dianggapnya penurut. Tak hanya di situ, bahkan gini Gani berani menyeret Kia menuju ke ruang belakang, ruang yang selama ini dijadikan gudang oleh mereka, entah apa yang akan dilakukan oleh Gani terhadap Kia, Namun sepertinya dia tengah gelap mata. Di kuncinya pintu gudang tersebut, kemudian Gani melakukan penyiksaan penyiksaan terhadap tubuh istrinya. mulai dari tendangan tamparan dan juga sabetan ikat pinggangnya. Kia yang awalnya menjerit saat benda-benda menyentuh tubuhnya, kini dia tak bersuara lagi, tubuhnya Tak bergerak dan itu membuat Gani berhenti dari menyiksa tubuh istrinya. Kepanikan seketika menghampiri, ia takut jika istrinya itu mati. Gani pun memeriksa di bawah hidung istrinya. saat tak di dapati nafas di sana, dia pun mencoba memeriksa nadi kia. Masih terasa denyutan nadi meskipun sangat lemah, akhirnya dia memutuskan untuk membawa tubuh istrinya yang tak berdaya itu ke rumah sakit, ia menggendongnya dengan sangat terburu-buru menuju ke arah mobil. Fikirannya buntu dan mengelana ke mana-mana, ia takut jika istrinya meninggal maka dirinya akan masuk ke penjara. saat dia hendak memasuki mobil tria menghampirinya. "Biar aku saja yang mengemudi Mas, tak aman untukmu membawa mobil dalam keadaan seperti ini...!"Kata Tria sambil memperhatikan wajah Kakak madunya. Senyum tipis tersungging di sana saat mendapati sang kakak madu dalam keadaan demikian, ia puas karena ternyata sang suami benar-benar hilang rasa cintanya kepada istri pertama. dengan kenyataan yang dilihatnya itu dia sangat yakin jika dirinya akan menjadi istri satu-satunya. Dari arah luar mereka tidak menyadari bahwa ada yang memperhatikan pergerakan mereka. seseorang itu merasa curiga dengan tingkah dari tria dan juga Gani. namun seseorang tersebut lebih memilih untuk memperhatikan lebih dahulu. "Bu kia mendapatkan kekerasan dari suaminya Bu...!"pesan singkat itu diterima dari seseorang yang selalu memata-matai keluarga Gani. "Kurang ajar....!"kata seseorang tersebut sambil mencengkram setir kemudi yang ada di tangannya. saking kuatnya dia mencengkram setir kemudi tersebut sampai kuku-kukunya pun terlihat memutih. "Kalian tidak akan aku lepaskan...!"batinnya kemudian. Ia pun memiliki rencana untuk menikung mobil tersebut dan mengambil tubuh Kia untuk dia rawat dan dia terbangkan ke luar negeri agar jauh dari keluarga Gani. Sampai ditempat yang cukup sepi orang tersebut langsung menggunakan penutup wajahnya tak lupa dia menggunakan jaket untuk menyamarkan bentuk tubuhnya. Dia pun kemudian menghadang laju mobil dari Gani, secara mendadak mobil yang dikendarai oleh Tria pun berhenti. keduanya pun keluar untuk memastikan siapa yang telah menghadang jalan mereka. Saat keduanya sudah menghampiri orang itu, dia pun membuka kaca mobilnya, Dia turun dari mobilnya lalu menghampiri keduanya. tanpa banyak kata dia langsung menyemprotkan sesuatu ke arah keduanya, dan itu berhasil membuat keduanya pingsan tak sadarkan diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD