Daniel masih menggendong putranya saat mereka sampai di sebuah kafe berkonsep outdoor sekaligus green. Cleo dengan rambut cekelat gelap bergelombang menatap Daniel yang terkesan mengabaikannya sejak dia datang ke kantor. Fokus Daniel hanya Andrew—putra mereka.
“Bagaimana dengan tawaran Papah?”
Andrew menoleh dengan wajah polos yang menggemaskan perpaduan ketampanan Daniel dan kecantikan Cleo menjadikannya seorang anak laki-laki yang memiliki ketampanan di atas rata-rata.
“Tawaran apa, Pah?” tanyanya lupa atau mungkin pura-pura lupa.
“Untuk tinggal di rumah, Papah.”
Andrew menatap mamahnya. Dia menempelkan jari telunjuknya di dagunya. “Emmm—akan Andrew pertimbangkan.” Dia menatap ibunya dan ekspresi wajahnya agak ketakutan.
Kalau Andrew tinggal bersama Daniel, aku akan mendapatkan kesulitan untuk bisa kembali pada Daniel.
“Aku tidak akan mengijinkan Andrew tinggal bersamamu.” Celetuk Cleo.
“Kenapa?”
“Kamu sibuk bekerja dan Andrew akan kehilangan kasih sayangku. Lagian, aku ini ibunya, aku akan mengurusnya dengan sebaik-baiknya. Kamu yang memutuskan berpisah denganku berarti kamu juga harus menanggung konsekuensi akibat keputusanmu untuk berpisah denganku, Daniel.”
Daniel tidak berkata apa-apa selain menatap Andrew yang memainkan tabletnya.
Sampai sekarang Cleo sendiri tidak tahu kenapa Daniel menceraikannya. Alasan Daniel adalah dia merasa sudah tidak cocok dengan Cleo, tapi Cleo merasa hubungannya dengan Daniel baik-baik saja. Tidak ada masalah antara keduanya. Meskipun tidak ingin berpisah, Celo cukup dewasa untuk bisa memahami keputusan Daniel meskipun keputusan itu melukainya.
“Aku dan Andrew akan pergi ke luar negeri selama seminggu.” Katanya memberitahu Daniel.
“Kemana?”
“Kami akan liburan di Singapura.”
Daniel melirik Cleo. “Kamu akan bertemu mantan kekasihmu di Singapura?” tanya Daniel.
“Kalau dia ada waktu dia akan menemuiku.”
“Dan kamu membawa Andrew ke sana untuk memperlihatkan keromantisan kalian pada putraku?”
Cleo menelan salivanya. “Aku liburan di sana. Aku mungkin akan bertemu mantan kekasihku, tapi aku tidak menghabiskan waktu dengannya selama di Singapura.” Jeda sejenak. “Kamu cemburu?” tanya Cleo penasaran berharap Daniel mencegah kepergiannya ke Singapura.
“Tidak. Kalau pria itu bisa membahagiakanmu kenapa aku harus cemburu.”
Cleo tampak kecewa dengan perkataan Daniel.
Apakah Daniel sudah memiliki kekasih?
“Aku ingin kamu menjaga Andrew di sana. Aku mungkin bukan ayah terbaik untuk Andrew tapi aku sangat mencintai putraku.”
“Kalau kamu mencintai putramu kenapa kamu memilih untuk berpisah denganku. Kalau kamu tidak menceraikanku saat ini kita akan tetap bersama. Andrew ada di rumahmu dan kita bisa menghabiskan akhir pekan dengan pergi liburan.”
“Meskipun kita berpisah tapi Andrew tidak akan kehilangan ayahnya. Jangan berdebat ada Andrew di sini.”
Cleo terpaksa harus mengulum keprotesannya.
“Apa kita tidak bisa bersatu lagi?” kalimat tanya itu diluncurkan Cleo setelah beberapa saat terdiam.
Bagaimana aku bisa bersatu dengan Cleo kalau aku masih mencintai Relisha? Aku bahkan menikahinya karena aku mencoba melupakan Relisha. Tapi, aku tidak bisa.
***
“Perlukah kamu melakukan semua ini padaku dan dengan mudahnya mengatakan ‘ini prank, Soraya’. Aku rasa kamu benar-benar gila, Niel.” Soraya misuh-misuh saat Daniel bilang kalau apa yang dilakukannya adalah prank.
Jim terbahak seakan kemarahan Soraya adalah lelucon baginya.
“Well, mau bagaimanapun juga aku bos di sini dan kamu tidak boleh memanggilku ‘Daniel’. Jangan lupa soal kita, Soraya.”
“Soal kita?” Soraya bertanya penasan.
“Ya, soal aku adalah atasanmu dan kamu bawahanku. Ma’af, kopi buatanmu ini sangat manis. Tolong diganti.” Pinta Daniel sembari menyingkirkan cangkir kopi yang baru dibuat Soraya semenit lalu.
“Bagaimana kamu bisa tahu, kamu bahkan belum mencobanya—“
“Eitss!” Daniel menyela Soraya. “Panggil aku, Bos, Pak atau Pria Tampan.”
Jim kembali terbahak.
Sialan!
“Kenapa Daniel jadi aneh seperti ini sih?!” gerutu Soraya.
“Apa kamu bilang tadi?”
“Tidak apa.” Soraya meraih cangkir dari atas meja dan segera menghilang ke pantry.
Jim menoleh pada Daniel. “Jangan terlalu galak pada anak itu.”
“Kamu ini dibayar berapa sih sebagai pembela Soraya.”
“Bagaimana kalau Soraya masih menyukaimu?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari kedua daun bibir Daniel.
“Maksudmu, aku harus menikahi dia begitu?”
“Hei, aku hanya bertanya. Aku rasa anak itu masih mengaggumimu.” Jim tahu jelas kalau Soraya masih menyukai Daniel.
“Aku sedang bingung, Jim.” Daniel tampak serius saat menatap wajah Jim.
“Apa lagi?”
“Cleo masih menjadikan Andrew sebagai alasan untuk bisa bersamaku lagi.”
Jim terdiam. Dia tidak ingin ikut campur terlalu dalam dengan hubungan Daniel dan Cleo tapi menurutnya Andrew memang harus diutamakan. Kalau dengan kembali bersama bisa membuat Andrew bahagia kenapa tidak?
“Cobalah untuk sering berjalan-jalan dengan Cleo. Mungkin dengan itu kalian bisa kembali saling mencintai.” Di sini Jim agak plin-plan. Di satu sisi dia mendukung Soraya dan Daniel tapi di sisi lain dia menyarankan Daniel untuk sering menghabiskan waktu dengan Cleo.
“Aku tak pernah mencintai, Cleo.”
Jim menarik napas perlahan. “Sampai Andrew ada di dunia ini dan kamu bilang tak pernah mencintai Cleo?”
“Aku—masih belum bisa melupakan Relisha, Jim. Kenangan singkatku bersamanya malah membuatku selalu merindukannya. Aku yakin ini adalah cinta. Aku tidak mau memilikinya kalau dia tidak menginginkanku tapi aku ingin dia bahagia.”
“Dan kamu akan hidup dalam bayang-bayangnya selamanya, begitu? Kamu gila, Niel. Aku tidak pernah berhadapan dengan lelaki sinting sepertimu yang menyia-nyiakan hidupmu hanya untuk seorang wanita yang menjadi istri orang lain. Dia tidak memilihmu.” Jim mengingatkan dengan memberi penekanan pada setiap patah kata.
“Ada Soraya di sini. Apa kamu tidak ingin mendekatinya?” tanya Jim dengan nada suara cukup rendah.
“Aku tidak ingin menjadikannya sebagai pelampiasan saja. Hanya sebagai kekasihku tapi aku tidak mencintainya.”
“Apa sedalam itu perasaanmu pada wanita itu?”
“Menurutmu?” Daniel balik bertanya.
“Bukalah matamu, Niel, ada banyak wanita yang menginginkanmu.”
“Jangan samakan aku denganmu.” kata Daniel menyindir halus Jim.
Jim membelai-belai dagunya dengan ekspresi khas pria yang mencoba menantang. “Ouh! Bagaimana kalau aku sukses membuat Soraya tertarik padaku.”
“Aku akan mematahkan lehermu.” Kata Daniel tajam.
“Oh ya, kalau begitu aku akan membuatnya jatuh cinta padaku.” Dia tersenyum licik.
“Kamu boleh bermain dengan siapa saja tapi jangan dengan Soraya.”
“Kenapa?” Jim bertanya dengan ekspresi jenaka.
“Karena dia temanku. Dia temanku dan teman Relisha.”
“Tapi, aku tertarik padanya, Niel. Dan kamu tahu aku tidak bisa menahan diri saat aku tertarik pada seorang wanita.”
“Kalau kamu tetap nekat, aku rasa dia tidak akan tertarik padamu. Jangan sampai nanti kamu cerita tentang kejatuhan harga dirimu, Jim.”
Jim hanya memasang ekspresi tersenyum yang misterius sehingga Daniel makin waswas.
***