4. Tergoda

762 Words
Kaizan tengah menuruni tangga dan hal pertama yang ia lihat kedekatan Yasmin dan Rafka. Hari ini adalah hari minggu dan seperti biasa Sarah tak di rumah dan menghabiskan waktu di luar sana sejak kemarin. Kaizan berdeham lalu duduk di kursi kerjanya. “Tuan sudah bangun?” tanya Yasmin. Kaizan mengangguk. “Saya siapkan sarapan dulu,” kata Yasmin hendak bangkit dari duduknya. “Ada Nur yang akan siapkan sarapan, kamu duduk saja dan temani Rafka.” Yasmin mengangguk lalu kembali duduk disebelah Rafka, Yasmin menoleh melihat Kaizan memijat leher belakangnya, Yasmin tahu betapa lelahnya pria yang kini duduk dihadapannya, pria yang begitu tampan dan kaya, namun tak cukup membuat sang istri menetap bersamanya. Yasmin tahu bahwa rasa sepi tengah menguasai majikannya. Jadi, Yasmin berusaha untuk mengambil alih tugas Sarah. “Tuan, mau saya pijat?” tanya Yasmin. Kaizan menggeleng. “Tante, Papa, Rafka ke kamar dulu, Rafka mau main di rumah Jojo.” “Baiklah. Jangan main jauh-jauh.” “Iya, Pa, soalnya Rafka sudah janji sama Jojo mau main.” “Ya sudah. Rafka pergi dan jika sudah waktunya pulang ya pulang, ya?” Rafka mengangguk lalu berlari keluar dari rumah, membuat Yasmin tersenyum melihatnya dan langsung bangkit dari duduknya. “Maaf, Tuan,” ucap Yasmin. “Kamu minta maaf untuk apa, Yas?” “Saya jadi duduk di sini, padahal saya hanya asisten rumah tangga.” “Sudahlah. Posisi itu tetap sama. Kamu manusia juga, ‘kan?” Yasmin tersenyum lalu melangkah menuju belakang tubuh atasannya. “Saya pijat Tuan, ya?” “Tapi—” “Tidak apa-apa, Tuan, saya ahli dalam memijat,” kata Yasmin terlihat jelas betapa menggodanya. Yasmin lalu memijat bahu majikannya dengan lembut, membuat Kaizan merasakan kenyamanan, bahkan ia sampai menutup mata saking enaknya sentuhan ARTnya itu. Yasmin terlihat lihai dalam memijat, ia tak lupa pula menyentuh bagian-bagian sensitive bosnya. Membuat Kaizan merasakan debar yang tidak biasa, bahkan miliknya sudah hendak menjulang sakit nikmatnya sentuhan itu, apalagi bagian leher dan belakang telinga yang disentuh oleh Yasmin. “Yasmin, sudah,” geleng Kaizan. “Ada apa, Tuan? Apa pijatan saya tidak enak?” “Bukan tidak enak, tapi tidak nyaman saja, kamu ini bukan istri saya.” “Tuan yang memberi gaji kepada saya, jadi saya siap melakukan apa saja untuk Tuan, bahkan hanya memijat seperti ini, bagi saya ini tidak masalah dan gampang,” jawab Yasmin meyakinkan Kaizan, membuat Kaizan mengangguk lalu kembali menikmati sentuhan Yasmin yang berhasil membuat perasaannya bergejolak. “Tuan, sarapan sudah siap,” kata Nur menghampiri keduanya. Sementara itu, Yasmin tidak perduli dengan tatapan Nur saat ini, yang membuat Nur kaget karena apa yang ia lakukan pada atasannya. Kaizan lalu bangkit dari duduknya dan melangkah menghampiri ruang makan, Kaizan berbalik sesaat melihat Yasmin yang kini menatap punggungnya. “Tuan, saya mau ke pasar dulu,” kata Nur. “Jika butuh sesuatu katakan pada Yasmin.” “Baiklah,” jawab Kaizan. Yasmin lalu menemani majikannya sarapan dan berdiri tak jauh dari Kaizan. Tugasnya memang seperti ini menunggu sampai sang empunya rumah ini selesai makan dan ia akan membersihkan setelahnya. “Kamu sudah sarapan?” tanya Kaizan. “Sudah, Tuan,” jawab Yasmin. “Ya sudah, kamu tak perlu menemani saya, saya mau makan sendiri.” “Baik. Kalau begitu saya ke kamar dulu,” kata Yasmin membuat Kaizan mengangguk. Yasmin belum berhasil mendekati majikannya, karena Kaizan masih sangat cuek, Yasmin tidak memiliki kesempatan dalam hal ini, walau ada kesempatan tapi Kaizan tidak menginginkannya. Yasmin masuk ke kamarnya dan meninggalkan sang empunya rumah ini sarapan sendirian, seperti yang Kaizan inginkan. Kaizan mendesah napas halus, ia mulai ada rasa terhadap Yasmin, ini tidak mungkin terjadi karena Kaizan tak pernah semudah ini untuk jatuh hati, Kaizan harus menghindari Yasmin sebelum terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan, walaupun perceraiannya dengan Sarah sedang dalam proses. Beberapa menit ketika menikmati sarapannya sendiri, tanpa Rafka dan tanpa Sarah, dan taka dan tak ada siapa pun, Kaizan kembali mendengar suara desahan yang begitu indah kedengarannya, Kaizan membulatkan mata dan menoleh melihat ke arah Lorong menuju kamar ART-nya. Kaizan menautkan alis dan baru menyadari satu hal, suara desahan yang sering Kaizan dengar tanpa sengaja, adalah suara desahan Yasmin. Karena di rumah ini hanya ada Yasmin, tak ada siapa pun. Kaizan berusaha tenang, walau jiwa kesepiannya bergejolak seolah meminta peraduan terakhir, Kaizan tergoda dengan suara desahan Yasmin yang begitu indah kedengarannya, Kaizan pun langsung menghentikan sarapannya dan melangkah menuju suara tersebut, Kaizan melangkah pelan agar tidak ketahuan Yasmin. Kaizan hanya penasaran apa yang sebenarnya terjadi, apa yang Yasmin lakukan sehingga suara desahannya menggoda seperti itu. Kaizan berusaha tenang, walau jantungnya berdetak kencang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD